Ikan wader pari (Rasbora argyrotaenia) terdapat di Filipina, Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Indonesia di habitat aslinya. Rasbora perak adalah spesies yang baru didomestikasi di Indonesia dengan signifikansi komersial sebagai makanan dan ikan hias. Karena hasil budidaya terbatas, tangkapan ikan wader pari liar masih menjadi sarana utama untuk memenuhi permintaan pasar. Budidaya ikan wader pari masih berkembang, dan informasi yang lebih mendasar tentang teknik budidaya diperlukan untuk mencegah penangkapan berlebihan di alam liar.
Dalam peternakan banyak spesies, manajemen pakan adalah pengetahuan penting. Untuk pertumbuhan ikan yang optimal, teknik pemberian pakan yang baik memerlukan pemberian pakan yang efisien pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat. Hasil produksi yang tidak efisien kemungkinan terjadi disebabkan overfeeding maupun underfeeding. Pemberian pakan yang berlebihan menyebabkan kualitas air yang buruk (oksigen terlarut yang lebih rendah dan kandungan amonia yang lebih tinggi), pemanfaatan pakan yang berkurang, dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi sebagai akibat dari stres yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk. Kurang makan, di sisi lain, memiliki efek langsung pada periode produksi karena pertumbuhan melambat ketika populasi ikan kekurangan gizi sebagian.
Penggunaan pakan yang optimum dapat mempersingkat masa produksi, meningkatkan konversi pakan, meningkatkan media pemeliharaan (kualitas air), dan meningkatkan keseragaman ukuran ikan hingga panen. Regimen ini berbeda menurut spesies, ukuran/usia/stadia, campuran diet, dan media pemeliharaan. Pertumbuhan dan produktivitas ikan bergantung pada pengendalian jumlah pakan yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan maksimum, yang dapat dicapai dengan memvariasikan tingkat pemberian pakan. Laju pemberian pakan juga bervariasi menurut spesies dan selama berbagai tahap pertumbuhan ikan, dan budidaya ikan yang sukses memerlukan penetapan pakan dan laju pemberian makan yang sesuai. Pada penelitian sebelumnya, feeding rate menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan tambaqui (Colossoma macropomum), juvenil gilthead sea bream (Sparus auratus), Clarias garipienus, lele bagrid tropis (Mystus nemurus), gabus (Channa striata), dan nila Nil (Oreochromis niloticus). Sementara itu, belum pernah ada penelitian tentang pengaruh feeding rate terhadap ikan wader pari. Petani dapat secara efektif meminimalkan biaya, mengoptimalkan produksi, dan mengelola aspek lain seperti variasi ukuran individu dan kualitas air, yang semuanya penting dalam pemeliharaan ikan, dengan mengoptimalkan tingkat pemberian pakan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian pakan yang bervariasi terhadap pertumbuhan wader pari.
Sebanyak 400 benih ikan wader pari dengan panjang total 2,5 ± 0,5 cm dan berat badan 266,1 ± 9,51 mg diperoleh dari fasilitas budidaya Universitas Airlangga, Kampus Banyuwangi. Pada penelitian ini terdapat 5 perlakuan feeding rate (4 ulangan) yaitu at satiation, 1%, 3%, 5%, dan 7% dari biomassa ikan. Semua perlakuan dan ulangan dilakukan pada 20 akuarium kaca (30 x 40 x 50 cm3) dengan padat tebar 20 ekor/akuarium selama 40 hari. Berdasarkan hasil penelitian, feeding rate berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap semua parameter. Pemberian pakan optimum pada penelitian ini adalah 3%, dimana konsumsi pakan yang lebih rendah diperoleh pertumbuhan yang sama dengan perlakuan lainnya.
Penulis: Darmawan Setia Budi, S.Pi., M.Si.
Informasi lebih lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/1036/1/012069
(Nisak, Agustono and Budi, 2022)
Nisak, L., Agustono and Budi, D. S. (2022) ‘The effects of different feeding rates on the growth of silver rasbora (Rasbora argyrotaenia)’, in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, p. 1036 012069. doi: 10.1088/1755-1315/1036/1/012069.