VVC (Vulvovaginal Candidiasis) adalah inflamasi yang terjadi pada vulva dan vagina akibat infeksi jamur Candida dan merupakan salah satu infeksi yang paling sering terjadi pada wanita. Infeksi ini biasanya dialami oleh wanita pada usia subur, dan sekitar 40-50% dari mereka akan mengalami kekambuhan. Ada sekitar 242 pasien VVC baru yang tercatat di Divisi Infeksi Menular Seksual (IMS), Unit rawat jalan Kesehatan Kulit dan Seksual, RSUD Dr. Soetomo Surabaya sejak tahun 2007 hingga tahun 2009. Berdasarkan morbiditasnya, Candida spesies albicans adalah penyebab paling umum dari VVC. Terhitung 80-90% kasus yang disebabkan karena Candida albicans, diikuti oleh Spesies Candida non-albicans, seperti Candida parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, dan Candida glabrata yang juga menyebabkan VVC tetapi lebih resisten terhadap pengobatan konvensional.
Candida albicans adalah jamur yang memiliki kemampuan untuk membentuk biofilm. Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme yang menempel pada permukaan biotik atau abiotik serta menghasilkan suatu matriks EPS (Extracellular Polysaccharide Substances ). EPS mengandung polisakarida, protein, dan DNA. Pembentukan matriks biofilm ini diduga digunakan sebagai pusat perkembangan penyakit, oleh karena itu, biofilm merupakan zat yang dapat melindungi mikroba atau bertindak sebagai mekanisme pertahanan diri bagi mikroba yang hidup di dalamnya terhadap gangguan fisik maupun kimiawi dari lingkungan. Pembentukan biofilm pada C. albicans meliputi tahapan yang dimulai dari pelekatan, perbanyakan, pembentukan biofilm, pematangan biofilm, dan pelepasan mikroba. Beberapa sel plankton akan dibawa ke permukaan untuk memulai pembuatan biofilm, diikuti oleh perbanyakan dan membentuk lapisan tunggal (monolayer) dari biofilm. Mula-mula, pembentukan biofilm ini adalah proses pelekatan yang reversible, namun kemudian berkembang menjadi bentuk pelekatan yang ireversibel. Setelah selesainya yang pertama lapisan biofilm, sel dari spesies yang sama atau lainnya akan ditarik dari biofilm. Biofilm dimulai sebagai lapisan kecil, kemudian menjadi lebih tebal dan lebih tebal hingga menyerupai jamur atau menara. Biofilm sel menghasilkan EPS, yang mengikat bakteri untuk terbentuk mikrokoloni pada suatu permukaan. Biofilm bakteri mengental setelah tahap pembentukan mikrokoloni dan menjadi struktur tiga dimensi dengan sel yang diselimuti terhubung. Setelah itu, terkait biofilm gen diekspresikan. Beberapa sel bakteri beralih ke pertumbuhan planktonic saat biofilm matang. Sel-sel yang tersebar ini menjelajahi permukaan baru dan menempelkan diri pada permukaan tersebut.
Akibatnya, penyebaran menandai akhir dari keduanya siklus hidup biofilm dan awal dari siklus hidup lainnya. Tahap akhir pembentukan biofilm adalah diseminasi bakteri sel tunggal dari biofilm ke yang baru lingkungan. Efisiensi pelekatan, siklus pembentukan biofilm, lingkungan fisikokimia, faktor mekanis, genotipe, serta sumber nutrisi merupakan elemen yang mempengaruhi pembentukan biofilm. Salah satu yang terpenting adalah sumber nutrisi, karena mikroorganisme membutuhkan nutrisi untuk bertahan hidup. Pada penelitian akan ditinjau bagaimana perbedaan nutrisi akan mempengaruhi pembentukan biofilm dari C. albicans. Hal ini sangat penting dipeljari agar bisa dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan masalah kandidiasis vulvovaginal tersebut atau yang berhubungan dengan infeksi C. albicans dengan parameter yang lebih spesifik seperti tingkat produksi protein maupun EPS. Pada penelitian ini telah dilakukan studi pengaruh lingkungan terhadap pembentukan biofilm menggunakan sampel isolat C. albicans dari pasien di suatu rumah sakit di Malang serta isolat murni ATCC 14053. Metode pengukuran pembentukan biofilm digunakan TCP (Tissue Culture Plate). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pembentukan biofilm membutuhkan waktu 48-72 jam pada suhu 25 °C dan waktu yang lebih panjang yaitu 96-120 jam pada suhu 37 °C. Berdasarkan hasil pengamatan, pembentukan biofilm C. albicans sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan ditandai dengan nilai OD yang tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan biofilm dapat dipercepat dengan cara menurunkan suhu inkubasi menjadi 25 °C selama 48-72 jam, menggunakan biomassa 107 CFU/mL, dengan nutrisi media Potato Dextrose Broth (PDB) dan glukosa 1%, serta pelarut asam asetat 30% untuk mendapatkan kondisi asam. Selain pengaruh lingkungan terhadap pembentukan biofilm pada C.albicans, kandungan nutrisi yang berbeda pada media pertumbuhan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Nutrisi tersebut termasuk karbohidrat, protein, karbon, nitrogen, dan glukosa. Hal ini merupakan hal yang sangat penting karena diperlukan media tumbuh yang baik untuk dapat mempelajari sifat-sifat suatu mikroorganisme.
Penulis: Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si.
Jurnal: https://www.phcogj.com/article/1984