Competitive state anxiety (CSA)merupakan bentuk kecemasan yang terjadi di olahraga. Layaknya pisau bermata dua, CSA dapat berdampak baik bagi atlet dengan berdampak positif bagi atlet ditunjukkan dengan kemampuan atlet dalam mengelola rasa gelisah akibat kondisi lingkungan kompetisi sehingga timbul rasa semangat dalam berkompetisi. Sebaliknya, CSA juga dapat merugikan ketika atlet tidak mampu mengelola rasa gelisah yang berujung pada rasa kewalahan dan tidak dapat memenuhi tuntutan yg diberikan dalam pertandingan (Ford, dkk., 2017). Di satu sisi, kompetisi karate yang terdiri dari nomor Kata dan Kumite mengharuskan seorang atlet berhadapan dengan lawan maupun lingkungan yang berpotensi tinggi mengamplifikasi dampak negatif dari CSA. Kondisi tersebut akan mengarahkan atlet pada performa yang buruk sehingga memperbesar kemungkinan untuk kalah. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah persiapan berupa latihan mental yang bertujuan untuk melatih mental atlet untuk siap menghadapi pertandingan dan menghasilkan performa yang baik. Salah satu bentuk latihan mental tersebut yaitu Mindfulness Sport Performance Enhancement (MSPE) (Pineau, dkk., 2014).
Pelatihan MSPE untuk mengatasi Competitive State Anxiety
MSPE dianggap sebagai pendekatan alternatif yang layak untuk mempersiapkan atlet dalam kinerja yang optimal. Hal ini disebabkan karena MSPE menghindarkan seorang atlet dari the precisely counterintentional error yang berpotensi terjadi pada penggunaan teknik lain akibat proses penelusuran pengalaman negatif di masa lalu(Gorgulu, 2019). Keuntungan latihan dengan MSPE dapat terjadi latihan tersebut berfokus pada tujuan, pada momen saat ini, dan tanpa menilai pengalaman yang terjadi (Kabat-Zinn, 2004).
MSPE yang berdurasi 6 minggu dengan 6 kali pertemuan, terbukti berdampak signifikan pada kondisi CSA atlet karate. Hal ini dilakukan melalui beberapa bentuk latihan seperti latihan permen, olah nafas diafragma, meditasi duduk, body scan, mindful yoga, danmeditasi olahraga. Pengaruh ini ditunjukkan dengan adanya pengaruh signifikan dari latihan MSPE pada ketiga dimensi CSA yaitu Cognitive Anxiety, Somatic Anxiety, dan Self-confidence.
Birrer dkk., (2012) berasumsi bahwa intervensi mindfulness mengubah perilaku dengan membantu individu dalam menghadapi proses kognitif dan emosional. Intervensi mindfulness mengarahkan seseorang untuk dapat terbuka pada pikiran negatif, sehingga menghasilkan coping positif pada kondisi negatif di berbagai kondisi dan kehidupan sehari-hari. Meta-analisis yang dilakukan oleh Woodman dan Hardy (2003) menemukan bahwa kecemasan kognitif berperan sebesar 10% dalam menurunkan performa. Hal tersebut disebabkan adanya distraksi atensi. Individu yang terjebak pada ekpektasi negatif cenderung kesulitan mengkonsentrasikan atensi pada sinyal yang relevan dengan stimulus di lapangan. Latihan mindfulness yang berorientasi dalam melatih penerimaan terhadap stimulus akan mengarahkan individu pada strategi kontrol rangsang yang efektif (Goodman, dkk., 2014; Lyonfields, dkk., 1995). Hal ini membantu atlet untuk tetap berpikiran terbuka dan non-judgemental pada setiap kondisi yang dialami (Brown & Ryan, 2003).
Somatic anxiety dapat diatasi oleh MSPE yang berorientasi pada penerimaan mendorong individu untuk merasakan sensasi emosi, pikiran, dan tubuh tanpa berupaya untuk mengubah, mengontrol, dan menghindarinya (Hayes, dkk., 1999). Peningkatan penerimaan (acceptance) memberikan berbagai dampak positif berupa fleksibilitas, non-defensif, reseptif, serta kesadaran dan perhatian yang berfokus pada momen saat ini (Weinstein & Ryan, 2011). Kondisi ini memungkinkan individu untuk dapat terlepas dari berbagai ekspektasi seperti rasa khawatir akibat pengalaman masa lalu dan kecemasan terhadap masa depan. Pendekatan ini telah menjadi dasar dalam mengembangkan intervensi perilaku yang menjanjikan untuk menghadapi kecemasan dan depresi penurunan reaktivitas emosional dan seiring meningkatnya telaah secara kognitif (Hayes , dkk., 1999; Roemer & Orsillo, 2002; Segal, dkk., 2002).
Penelitian oleh Campbell-Sills dkk. (2005) menunjukkan bahwa instruksi yang diberikan pada sebuah intervensi juga berpengaruh pada detak jantung, aritmia sinus pernafasan, dan tingkat konduktansi kulit. Individu dengan instruksi penerimaan cenderung mengalami penurunan pada variabel distres subyektif. Instruksi penerimaan diberikan dengan mendorong para responden untuk tetap menghadapi berbagai pengalaman yang dialami. Hal ini berdampak pada hubungan dengan emosional masing-masing individu yang semakin membaik sehingga berpengaruh pada penurunan detak jantung. Hal tersebut lantas membantu atlet memiliki sense of control yang tinggi. Peningkatan tersebut diiringi dengan meningkatnya self-confidence pada atlet (Kee & Wang, 2008).
Saran terkait pelatihan MSPE dalam mengatasi Competitive State Anxiety
Terdapat beberapa terkait dalam implementasi pelatihan MSPE yang dijelaskan di atas bagi beberapa pihak dalam mengatasi CSA atlet.
Saran selanjutnya, pelatihan mindfulness perlu diterapkan dengan pengukuran tiap sesi dengan mengontrol beberapa variabel seperti tingkat kompetisi yang diikuti seperti regional, nasional, dan/atau internasional. Hal ini bertujuan membantu peneliti memperoleh gambaran yang lebih mendetail mengenai perubahan variabel yang diukur dalam penelitian. Adapun variabel yang dapat diukur tidak hanya psikologis, melainkan variabel fisiologis dan hormonal juga dapat menjadi konstruk yang dapat diukur.
Oleh: Adiwignya Nugraha Widhi Harita, Suryanto, dan Rahkman Ardi
Link jurnal: https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pjk/article/view/17807