Universitas Airlangga Official Website

Pengembangan Reverse Genetics System untuk Tofla Virus

ilustrasi Genetics (sumber: dok istimewa)

Reverse genetics adalah metode dalam genetika molekuler yang digunakan untuk membantu memahami fungsi gen dengan menganalisis efek fenotipik yang disebabkan oleh rekayasa genetika. Proses ini berjalan berlawanan arah dengan forward genetic screens pada genetika klasik. Sementara forward genetic screens berusaha menemukan dasar genetik dari fenotipe atau sifat, reverse genetics berusaha menemukan fenotipe apa yang dikendalikan oleh sekuens genetik tertentu. Sistem reverse genetics telah dibuat untuk memungkinkan para peneliti memanipulasi genom virus, mempelajari fungsinya, dan menyelidiki interaksinya dengan sel inang.

Genus Orthonairovirus diklasifikasikan dalam keluarga Nairoviridae dan ordo Bunyavirales. Genus ini mencakup beberapa virus yang ditularkan melalui kutu, seperti Nairobi sheep disease virus (NSDV) (Orthonairovirus nairobians), virus Dugbe (Orthonairovirus dugbeense), dan Crimean-Congo hemorrhagic fever virus (CCHFV)/demam berdarah Krimean-Kongo (Orthonairovirus hemorrhagia). Virus-virus ini menyebabkan penyakit yang parah, termasuk demam berdarah, baik pada manusia maupun hewan. CCHF adalah penyakit yang sangat patogen pada manusia dengan distribusi geografis yang luas karena jangkauan vektor kutu yang meluas. NSD menyebabkan penyakit yang parah, termasuk demam berdarah, dengan angka kematian yang tinggi pada domba dan kambing. Saat ini, tidak ada agen antivirus yang efektif yang tersedia untuk melawan virus-virus ini. Untuk mengembangkan pengobatan khusus untuk penyakit-penyakit ini, sangat penting untuk menjelaskan faktor-faktor penentu yang mempengaruhi patogenisitas orthonairovirus.

Virus Tofla (TFLV) (Orthonairovirus japonicum) diisolasi dari kutu di Jepang dan terkait erat dengan Hazara virus dalam kelompok CCHFV. TFLV dapat menginfeksi cell lines mamalia, termasuk sel yang berasal dari manusia, dan mematikan pada tikus IFNAR-KO. TFLV telah terdeteksi pada kutu dari berbagai daerah di Jepang, dan beberapa strain telah diisolasi. Menariknya, kami menemukan babi hutan yang seropositif di Nagasaki, Jepang, yang menunjukkan bahwa TFLV menginfeksi hewan liar dan dapat menyebabkan penyakit menular pada mamalia. Oleh karena itu, penting untuk menjelaskan infektivitas dan patogenisitas TFLV pada penyakit menular yang baru muncul. Selain itu, kami mengusulkan bahwa TFLV dapat menjadi model yang berguna untuk mempelajari CCHFV.

Penulis : Shelly Wulandari, drh., M.Si
Link : https://doi.org/10.1016/j.virol.2024.110170

baca juga: Gagas Ide Restorasi Terumbu Karang, Tim Reefstoration Lolos PIMNAS