Perawatan rongga mulut oleh dokter gigi merupakan perawatan yang tidak terlepas dari kontak dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien, salah satunya adalah virus HIV pada pasien HIV/AIDS. Laju peningkatan HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Pada tahun 2017 penambahan kasus HIV/AIDS di Indonesia, paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Timur dengan kasus sebesar 8.201 kasus baru. Surabaya sebagai ibu kota Jawa Timur menjadi pusat dari penambahan kasus HIV terbaru dengan penambahan kasus sebesar 915 kasus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan pada rongga mulut yang diberikan oleh dokter gigi muda adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap penyakit tersebut. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keputusan yang mereka buat. Sedangkan perilaku adalah respon yang dapat dilihat oleh orang lain, pengetahuan dan sikap adalah tanggapan yang tidak terlihat sehingga kecil kemungkinannya diperhatikan atau dirasakan oleh orang lain. Oleh karena itu, secara teori, pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikapnya, yang selanjutnya, akan mempengaruhi perilaku mereka.
Sebagai penyedia pelayanan kesehatan di masa depan, dokter gigi muda akan memegang peranan penting dalam perawatan pasien HIV/AIDS yang mempunyai manifestasi oral di rongga mulut. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi muda untuk meningkatkan pengetahuan terkait proses penyakit HIV. Pengetahuan sangat dibutuhkan dalam penegakan diagnosis dan tatalaksana pasien HIV/AIDS sehingga dokter gigi muda memiliki sikap positif terkait perilaku perawatan rongga mulut pasien HIV/AIDS.
Atas dasar tersebut, kami melakukan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter gigi muda dalam perawatan rongga mulut pasien HIV/AIDS, dengan melibatkan sebanyak 132 dokter gigi muda dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga angkatan 2020 sebagai responden.
Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 63 dokter gigi muda (47,7%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik, dan sebagian besar memiliki sikap dan perilaku netral terhadap perawatan gigi dan mulut pasien HIV/AIDS, masing-masing sebanyak 74 responden (56,1%) dan 72 responden (54.5%) secara berurutan. Uji statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ketiga faktor tersebut.
Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap dokter gigi muda terhadap pasien HIV/AIDS. Hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap terhadap pasien HIV/AIDS saat melakukan perawatan gigi dan mulut menunjukkan arah yang sama. Hubungan searah artinya semakin baik pengetahuan tentang HIV/AIDS maka sikap terhadap pasien HIV/AIDS juga akan semakin baik, atau sebaliknya.
Selanjutnya juga, didapatkan hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku perawatan gigi dan mulut pasien HIV/AIDS. Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku perawatan gigi dan mulut pasien HIV/AIDS juga menunjukkan arah yang sama, artinya jika pengetahuan meningkat maka perilaku perawatan gigi dan mulut pada pasien HIV/AIDS akan semakin baik pula.
Sikap berhubungan dengan perilaku dalam perawatan rongga mulut pasien HIV/AIDS. Hubungan antara sikap dan perilaku dalam perawatan gigi dan mulut pasien HIV/AIDS menunjukkan arah yang sama atau dapat dikatakan semakin positif sikap terhadap pasien HIV/AIDS, maka semakin positif perilaku terhadap perawatan rongga mulut pasien.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dokter gigi muda tentang HIV/AIDS akan mempengaruhi sikap terhadap pasien HIV/AIDS dan perilaku dalam perawatan rongga mulut pasien HIV/AIDS.
Penulis: Fatma Yasmin Mahdani, drg., M.Kes.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami dengan judul “Knowledge, attitude, and behaviour of clinical dental students in the oral care of HIV/AIDS patients” pada Journal of Health and Allied Sciences NU 2022 melalui link berikut: https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/pdf/10.1055/s-0042-1750183.pdf