Lobster pasir, Panulirus homarus, merupakan salah satu komoditas laut ekonomis penting di Indonesia karena permintaan yang tinggi dan harga jual yang tinggi. Menurut Kementerian Perikanan dan Kelautan Indonesia, volume ekspor lobster Indonesia pada tahun 2021 mencapai 1.374 ton dengan total nilai lebih dari $US 17.468.241,-. Namun, volume ekspor tersebut masih di bawah target Indonesia sebesar 1.400 ton. Salah satu kendala dalam proses budidaya adalah adanya kanibalisme, sehingga dianggap sebagai salah satu tantangan terpenting dalam budidaya lobster. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh naungan buatan terhadap tingkat kelangsungan hidup dan penampilan pertumbuhan lobsterpasir. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengurangi kanibalisme adalah penggunaan shelter buatan.
Maka sebuah penelitian dilakukan untuk mengkaji penggunaan 4 (empat jenis shelter buatan) pada budidaya lobster yaitu: polivinil klorida (PVC), jaring nilon, karung semen dan tanpa shelter sebagai kontrol. Hasil percobaan menunjukkan bahwa shelter buatan secara signifikan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan kinerja pertumbuhan lobster pasir. Tingkat kelangsungan hidup pada kelompok kontrol hanya 62%. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan (chelter) jauh lebih tinggi, 76 hingga 82%. Demikian pula, pertumbuhan absolut dan laju pertumbuhan spesifik lobster pasir yang dipelihara dengan naungan buatan secara signifikan lebih baik daripada lobster pada kelompok kontrol. Pertumbuhan terbaik diperoleh dari lobster yang dipelihara pada shelter dengan jaring nilon, diikuti dengan karung semen dan pipa PVC. Temuan ini dapat digunakan untuk memilih shelter (tempat berlindung) yang cocok untuk membudidayakan lobster pasir.
Penulis: Muhamad Amin
Dosen Departemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
