Universitas Airlangga Official Website

Penggunaan Vaksin Whole Virus untuk Mencegah Penyakit Infeksius Bronkitis pada Unggas

Foto oleh nimedhealth.com.ng

Industri perunggasan menempati posisi strategis sebagai salah satu penyedia kebutuhan protein asal hewani di Indonesia. Saat ini, seiring meningkatnya teknologi pengembangan di dunia perunggasan, berbagai macam penyakit infeksius juga meningkat. Salah satunya adalah penyakit infeksius bronkitis. Penyakit infeksius bronkitis (IB) merupakan salah satu penyakit viral yang menyerang sistem pernapasan unggas yang disebabkan oleh virus dari family Coronaviridae. Virus IB merupakan virus beramplop yang memiliki genom untai positiv dengan panjang 27,600 base pair (bp) dan termasuk dalam grup Gammacoronavirus. Virus IB tersusun atas empat structural protein yaitu protein spike (protein S), protein matriks (protein M), protein amplop (protein E) dan protein nukelokapsid (N). Diantara keempat protein tersebut, protein spike (S), protein matriks (M), dan nukleoprotein (N) merupakan protein imunogenik yang memiliki peranan dalam menginduksi respon kekebalan humoral, utamanya protein S karena memegang peranan penting bagi pathogenesis virus IB.

Penyakit IB menginfeksi unggas domestik seperti ayam dari berbagai umur. Khususnya ayam usia muda. Seiring bertambahnya usia ayam, resistensi terhadap infeksi penyakit IB juga meningkat. Penyakit IB pada umumnya menyerang organ pernapasan unggas. Akan tetapi virus IB juga mampu menginfeki organ internal lainnya seperti ginjal. Gejala klinis infeksi virus IB pada ayam diantaranya adalah ; produksi eksudat dari lubang hidung, pembengkakan kepala, dan gangguan pernapasan. Pada ayam petelur di masa produktiv, penyakit IB ditandai dengan penurunan produksi telur dan abnormalitas pada telur seperti bentuk telur yang tidak normal dan kerabang yang kasar. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa infeksi virus IB pada day-old-chick (DOC) menimbulkan kerusakan permanen pada ovarium unggas. Virus IB ditularkan dari satu ayam ke ayam yang lain melalui kontak langsung antara ayam terinfeksi dengan ayam sehat, atau melalui peralatan kendang, air minum, ataupun pakan yang terkontaminasi dengan partikel virus IB.

Penyakit IB pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1930. Sejak saat itu, penyakit IB ditemukan di berbagai tempat dibelahan dunia. Kejadian infeksi virus IB di Indonesia pertama kali tercatat pada tahun 1977. Virus ini diketahui sering menginfeksi ayam petelur dibandingkan ayam pedaging, sehingga infeksi virus IB mampu menurunkan produksi telur ayam dan merugikan dunia perunggasan nasional.

Salah satu pencegahan terhadap penyakit ini adalah dengan melakukan vaksinasi. Pada umumnya, vaksinasi ini dilakukan menggunakan strain virus IB Massachusetts (Mass) dan Connecticut (Conn). Akan tetapi, seed vaksin ini tidak memberikan proteksi yang cukup terhadap infeksi virus IB lapangan, karena perbedaan serotype dan genotype, walaupun beberapa prototype dari vaksin IB tetap bisa memberikan kekebelan silang terhadap infeksi virus IB dilapangan. Oleh karena itu, penggunaan isolat lokal sebagai seed vaksin diharapkan bisa memberikan proteksi terhadap infeksi virus IB dilapangan.

Vaksin untuk penyakit IB bisa menggunakan whole virus IB ataupun protein immunogenic dari virus IB seperti protein S. Efektivitas vaksin IB dari isolat local ini bisa di uji dengan menggunakan hewan coba seperti mencit. Analisis efektivitas dari vaksin ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknik indirect-Enzyme-Linked Immunoassay (indirect-ELISA). Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan vaksin menggunakan whole virus IB mampu memicu produksi antibodi lebih tinggi dari pada hanya menngunakan protein virus. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan whole virus sebagai seed vaksin mampu memicu produksi antibodi lebih baik daripada hanya menggunakan protein S dari virus IB. Teknik indirect-ELISA merupakan salah satu metode yang sensitiv yang bisa digunakan untuk mengukur titer antibodi paska vaksinasi rutin. Teknik ini menggunakan secondary-antibody untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas dari uji ELISA. Selain itu, penggunaan benih vaksin lokal menghasilkan titer antibodi yang lebih tinggi daripada benih vaksin pada umumnya seperti benih vaksin Massachusetts. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan seed vaksin lokal bisa menjadi alternativ untuk menggantikan seed vaksin Massachusetts dan Connecticut yang selama ini sering digunakan sebagai seed vaksin untuk mencegah penyakit IB pada unggas. Selain itu, seed vaksin lokal juga memiliki kekerabatan lebih dekat dengan virus IB lapangan, sehingga diharapkan selain mampu memberikan proteksi terhadap serangan virus IB juga mampu menetralisisr virus IB dan mencegah penyebaran virus IB kelingkungan. Hal ini bisa menjadi strategi untuk memberantas virus IB yang bersirkulasi di lingkungan.

Penulis: Dr. Jola Rahmahani, drh., M.Kes.

Link: https://repository.unair.ac.id/116711/

Paper : Imunogenisitas Virus Infectious Bronchitis Strain Lokal dan Massachusetts