Universitas Airlangga Official Website

Pengukuran Efisiensi Produksi dan Pemasaran Komoditas Organik

Ilustasi buah dan sayuran organik (Foto: dekoruma.com)
Ilustasi buah dan sayuran organik (Foto: dekoruma.com)

Pertanian organik semakin berkembang dan akan membutuhkan perhitungan yang tepat supaya dapat berjalan secara efisien. Selama ini, petani organik di Kawasan Agropolitan Kopeng belum sepenuhnya memiliki keterampilan dalam bertani organik dan mereka menghadapi berbagai kendala. Mereka akan menghadapi kendala dalam bentuk input produksi yang tidak mudah diperoleh, proses pemasaran kubis organik juga tidak seperti kubis pada umumnya karena pasar kubis organik tidak untuk semua kalangan melainkan hanya untuk konsumen tertentu. Petani kubis organik masih terkendala dengan sertifikasi pertanian organik karena prosedurnya yang tidak mudah dan biaya yang tidak murah. Permintaan terhadap input finansial dan manufaktur dalam jumlah besar akan berdampak signifikan terhadap produksi kubis organik. Kombinasi jumlah dan faktor produksi yang seringkali tidak mencukupi dan akan mempengaruhi pada jumlah produksi dan biaya yang dikeluarkan. Situasi ini mengharuskan petani untuk menggunakan faktor-faktor produksinya untuk dapat mengelola usaha pertanian secara efisien. Apabila tidak dikelola secara efisien, mereka tidak akan mampu untuk meningkatkan pendapatan pertanian dan menciptakan surplus serta potensi merugi. Selanjutnya, produksi yang rendah dan tinggi biaya akan mengakibatkan rendahnya pendapatan petani. Oleh karena itu, studi ini ingin melakukan analisis efisiensi produksi dan pemasaran usahatani kubis organik untuk mengetahui apakah usaha ini telah dijalankan secara efisien.

Studi ini menggunakan pendekatan Stochastic Frontier Analysis untuk menghitung efisiensi. Pendekatan ini merupakan model berbasis parametrik yang mengukur efisiensi dan manajemen risiko, termasuk di sektor pertanian. Model ini mempunyai keunggulan dibandingkan metode regresi atau Data Envelopment Analysis, karena dapat digunakan untuk menilai risiko, mengoptimalkan sumber daya input, membantu peneliti dalam menciptakan tujuan yang terukur, dan mengidentifikasi kombinasi pabrik yang optimal untuk diversifikasi risiko. Untuk menghitung nilai efisiensi, kami menggunakan teori fungsi produksi Cobb–Douglas, yaitu sebuah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas dan satu variabel terikat. Fungsi produksi Cobb–Douglas mempunyai beberapa sifat yang sangat berguna untuk penelitian empiris, dan fungsi produksi dapat diawali dengan membuat logaritma sehingga mudah dianalisis menggunakan analisis regresi linier.

Penelitian ini melibatkan responden petani kubis organik di kawasan agropolitan Kopeng yang berjumlah 60 orang. Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 24 hingga 60 tahun. Namun, sebagian besar petani adalah lansia, dengan rentang usia 45–60 tahun, sebanyak 60%. Tingkat pendidikan responden sebanyak 15% tidak tamat SD, 40% tamat SD, 35% tamat SMP, 9% tamat SMA, dan 1% terakhir mempunyai ijazah sarjana atau sederajat. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani adalah 0,70 ha, yang terdiri dari lahan milik, sewa, dan lahan garapan. Beberapa tahun terakhir, para petani di kawasan agropolitan menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian lahan pertanian, mengingat tingginya ketergantungan terhadap pupuk kimia. Permasalahan lainnya adalah sulitnya memperoleh pupuk kimia bersubsidi, dan harga jual komoditas organik yang cenderung lebih tinggi serta semakin meningkatnya harga pupuk kimia. Kesadaran petani semakin meningkat akan pentingnya pertanian organik karena ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia membawa dampak buruk bagi aktivitas pertanian seperti penurunan kualitas kesuburan tanah, biaya input juga turut menyebabkannya harus membayar juga meningkat. Dengan kesadaran ini, banyak petani yang beralih dari pertanian anorganik ke organik.

Studi ini memberikan temuan bahwa luas lahan sebagai salah satu faktor terpenting dalam pertanian kubis berpengaruh positf terhadap hasil produksi pertanian, meskipun tidak semua pelaku pertanian memiliki lahan sendiri dan sebagian besar merupakan lahan sewa. Faktor produksi benih atau bibit berperan penting dalam pertanian kubis organik karena semakin berkualitas akan mempengaruhi hasil produksi.  Pupuk punya peran penting dalam aktivitas pertanian dimana pupuk organik dapat menjaga kesuburan tanaman dan meningkatkan hasil produksi kubis organik. Input produksi dalam bentuk tenaga kerja berpengaruh positif pada kegiatan pertanian karena berkaitan dengan proses budidaya pertanian organik. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah tenaga kerja sebagai input primer kegiatan produksi. Tenaga kerja di bidang pertanian berperan dalam proses budidaya, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, perawatan hingga panen. Tenaga kerja pertanian diperlukan untuk menyiapkan tanah pada tahap awal. Kegiatan ini meliputi pembajakan, penyiangan, pengelolaan struktur tanah, dan pembuahan awal. Pekerja pertanian bertanggung jawab menyiapkan tanah untuk penanaman benih atau bibit. Mereka akan melanjutkan dengan menanam bibit atau benih, memastikan jarak tanam dan kedalaman yang tepat untuk setiap jenis tanaman. Sepanjang masa pertumbuhan tanaman, mereka harus melakukan berbagai tugas pemeliharaan kemudian tahap pemanenan menuntut kerja keras dari pekerja pertanian dapat memanen hasil pertanian yang sudah matang.

Kawasan Agropolitan Kopeng secara teknis belum masuk kategori efisien karena berpotensi ada penggunaan input yang berlebihan dan perlu dikurangi untuk mencapai efisiensi. Faktor produksi yang perlu dikurangi adalah penggunaan tenaga kerja yang berlebihan, meskipun sebagian besar petani menggunakan tenaga kerja dari keluarganya sendiri, namun mereka juga harus memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk waktu dan tenaga yang digunakan. Pertanian kubis organik berlaku law diminishing return, ketika penambahan input produksi dapat menurunkan hasil produksi. Dari sisi harga juga belum mencapai efisiensi sehingga perlu dilakukan peningkatan input produksi pada usahatani kubis organik di Kawasan Argopolitan Kopeng. Penambahan faktor produksi perlu diperhatikan mengingat terbatasnya modal yang dimiliki petani. Inovasi adalah dibutuhkan dalam penyediaan input produksi seperti pupuk dan pestisida, karena mereka dapat meracik pupuk organik secara mandiri.

Hasil studi memberikan kesimpulan bahwa usahatani kubis organik di kawasan Agropolitan Kopeng sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi mulai dari luas lahan, bibit, pupuk organik, pestisida organik, dan tenaga kerja. Analisis efisiensi ekonomi, teknis, dan produksi menunjukkan bahwa pertanian yang dilakukan masih perlu ditingkatkan efisiensinya sehingga perlu dilakukan pemanfaatan input produksi yang lebih optimal. Dari sisi pemasaran, hasilnya efisien karena pemasaran kubis organik mempunyai dua saluran pemasaran meskipun manfaat yang diterima petani bisa lebih optimal. Petani memerlukan komposisi input produksi yang tepat untuk mencapai usahatani kubis organik yang efisien. Studi merekomendasikan perlunya program pendampingan bagi petani mengenai tata cara penggunaan input yang benar. Pemerintah perlu memberikan pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik guna menekan biaya produksi. Diperlukan suatu sistem pendampingan dalam pengurusan sertifikasi produk organik agar petani dapat menjual hasil panennya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

Penulis: Etty Puji Lestari, Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti, Fauzul Adzim, Faizul Mubarok, Arif Rahman Hakim

Baca Juga: Selulosa sebagai Material Anti-fouling di Bidang Maritim