Universitas Airlangga Official Website

Penilaian Kardiologis Sebagai Prediktor Kematian pada Pasien Geriatri dengan COVID-19

Penilaian Kardiologis Sebagai Prediktor Kematian pada Pasien Geriatri dengan COVID-19
Photo by joss.co.id

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia mencatat 2 kasus pertama sindrom pernapasan akut parah virus corona 2 (SARS CoV-2). Sekitar 2 minggu kemudian, World Heart Organisation (WHO) menyatakan virus ini sebagai pandemi. Di Indonesia, kasusnya ada lebih dari 6,4 juta kasus

Menurut WHO, geriatri adalah individu berusia 60-75 tahun. Meskipun populasi hanya 16% dari seluruh populasi penyakit Covid-19, namun 80% total kematian berasal dari kelompok geriatri

COVID-19 bukanlah satu-satunya penyebab kematian, namun penyakit penyerta juga memainkan peran penting. Sebuah penelitian menyatakan bahwa orang yang menderita penyakit kardiovaskular (CVD) dan masalah kardiovaskular lainnya dua kali lebih mungkin tertular COVID-19 yang parah dibandingkan dengan populasi umum.

Studi kohort retrospektif dilakukan di rumah sakit akademik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Indonesia. menggunakan data mulai 1 Maret 2020 hingga 30 April 2021 untuk pasien geriatri yang terkonfirmasi COVID-19 dari beberapa rujukan rumah sakit di Jawa Timur, Indonesia. Dan data diambil dari tanggal 25 September s/d 5 Desember 2022 dari Registri COVID-19 Jawa Timur.

Didapatkan ada lima penyakit jantung yang dapat memberikan risiko kematian yang lebih tinggi pada pasien geriatri dengan COVID-19 yang dapat digunakan sebagai skoring prediktor kematian pada pasien geriatri dengan COVID-19. Parameter pertama adalah  kardiomegali, yang telah ditunjukkan dalam penelitian sebelumnya terlibat dalam kasus COVID-19 yang parah.

Parameter kedua adalah abnormalitas ST yang diklasifikasikan menjadi ST elevasi dan ST depresi. Menurut penelitian sebelumnya, elevasi ST umum ditemukan pada pasien COVID-19 yang memerlukan  perawatan intensif. Sedangkan, depresi ST sering terjadi pada kasus peradangan sistemik yang parah dan dalam keadaan kritis.

Parameter ketiga adalah inversi gelombang T patologis. Temuan gelombang T patologis pada EKG dikaitkan dengan  risiko kematian yang lebih tinggi, kebutuhan ventilasi mekanik, dan nilai biomarker jantung dibandingkan dengan  pasien dengan EKG normal

Parameter keempat adalah deviasi sumbu jantung. Sebuah penelitian menunjukkan proporsi angka lebih tinggi yang tidak selamat pada pasien dengan penyimpangan axis, yang disebabkan oleh gangguan depolarisasi

Parameter terakhir adalah sinus takikardia yang dikaitkan dengan peningkatan angka kematian  pada pasien COVID-19. Sinus takikardia memiliki hubungan yang signifikan, ditandai dengan  peningkatan CRP, CXR abnormal dan rawat inap yg lebih lama.

Penulis: Prof. Dr. Yudi Her Oktaviano, dr.,Sp.JP(K)FIHA.FICA.FAsCC.FSCAI

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/cardiologic-scoring-system-as-predictors-of-mortality-in-geriatri

Baca juga: Korelasi Ultrasonografi Tendon Tibialis Posterior dengan Sudut Inklinasi Kalkaneal