Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang berhubungan erat dengan permasalahan gizi dan kesehatan pada lansia. Di Indonesia, sebesar 58% lansia yang tinggal di panti werdha mengalami kekurangan gizi yang berhubungan secara kuat dengan kerentanan pada lansia. Kerentanan pada lansia merupakan salah satu prediktor kuat dari penyebab kematian pada lansia yang tinggai di panti werdha. Kekurangan gizi pada lansia juga menyebabkan konsekuensi negative seperti penurunan kualitas hidup, peningkatan waktu tinggal di rumah sakit, dan peningkatan biaya perawatan kesehatan. Untuk meningkatkan status gizi lansia, diperlukan peningkatan kualitas konsumsi makanan sebagai salah satu factor esensial untuk mengintervensi kekurangan gizi pada lansia. Salah satu langkah yang dapat menginisiasi perbaikan konsumsi makanan pada lansia adalah evaluasi terhadap menu makanan yang disediakan oleh panti werdha, sebagai penyedia makanan utama untuk lansia.
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap menu makanan lansia yang disediakan oleh penyelenggara makan panti wreda Surabaya. Observasi menu dilakukan oleh ahli gizi meliputi keseluruhan satu siklus menu yaitu 5 hari yang diterapkan UPTD Griya Wreda yang terdiri dari menu sarapan, makan siang, makan malam, dan makanan selingan.
Studi ini juga melibatkan lima juru masak dalam mengklarifikasi hasil observasi sebelumnya yang dilakukan pada menu makanan 5 hari tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bias dalam analisis kandungan zat gizi dalam makanan. Analisis zat gizi dilakukan melalui aplikasi nutrisurvey 2007. Penilaian status gizi lansia dilakukan melalui pengukuran komposisi tubuh dengan menggunakan alat Bio Impedance Analysis (BIA) pada 61 lansia yang tinggal di Griya Werdha, Jambangan, Surabaya.
Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan bahwa kandungan zat gizi dari menu hanya memenuhi 69,03% dari kebutuhan kalori harian yang dibutuhkan oleh lansia dan 65,62% dari kebutuhan protein harian yang dibutuhkan oleh lansia. Salah satu hal yang menyebabkan rendahnya persentase pemenuhan kalori dan protein pada lansia adalah alokasi dana yang minimal, yaitu sebesar Rp.15.000/hari. Alokasi dana yang rendah untuk penyediaan menu lansia menyebabkan kandungan zat gizi dalam makanan menjadi rendah, terutama kandungan zat gizi mikro yang diperlukan sebagai pendukung fungsi fisiologis lansia. Serat, kalium, dan kalsium teridentifikasi jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi harian. Sebaliknya, zat gizi mikro natrium yang seharusnya konsumsinya dibatasi pada lansia justru mengalami kelebihan pemenuhan, yaitu sebesar 177% dari kebutuhan natrium harian. Peningkatan konsumsi natrium pada lansia dapat menyebabkan lansia berisiko untuk mengalami peningkatan tekanan darah yang akan menurunkan kualitas kesehatan lansia.
Kandungan gizi menu yang disajikan untuk lansia di panti jompo belum memenuhi kebutuhan harian dan masih di bawah rekomendasi yang dianjurkan untuk lansia, sehingga kandungan gizi menu perlu ditingkatkan untuk mencapai status gizi yang optimal. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi pelayanan makanan secara terus menerus dan serentak dengan tidak hanya melihat kandungan gizi tetapi juga penerimaan, kepuasan, dan sisa makanan untuk mendapatkan asupan yang tepat pada lansia di panti jompo. Selanjutnya, pola makan harus disesuaikan untuk mendapatkan pola makan yang berkualitas. Lebih lanjut, perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap menu yang diberikan pada lansia dan dampak menu yang diberikan terhadap peningkatan status gizi lansia.
Penulis: dr. Farapti, M.Gizi dan Martina Puspa Wangi
Informasi lebih lengkap dari penelitian dapat diakses pada:
https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/40191
Farapti, F., Wangi, M. P., & Adiningsih, A. (2023). The Assessment of Daily Menus in Nursing Home Residents for Improving Intake and Nutritional Status in Elderly. Jurnal Amerta Nutrition, 7 (2), 262-266. https://doi.org/10.20473/amnt.v7i2.2023.262-266