Penyakit gastrointestinal (GI) saat ini telah meningkatkan beban global, dengan lebih dari 80 juta kematian di seluruh dunia. Penyakit diare dan sirosis merupakan bagian dari 10 penyakit gastroduodenal penyebab kematian teratas di negara berkembang dan negara berpenghasilan menengah ke bawah. Di sisi lain, di negara maju dan berpenghasilan tinggi, keganasan penyakit GI yaitu kanker usus besar, hati, dan lambung menjadi salah satu penyebab kematian akibat penyakit yang paling sering. Beberapa faktor sangat mempengaruhi perkembangan penyakit gastroduodenal ini, termasuk polimorfisme genetik inang terkait dengan kerentanan dan faktor diet, gaya hidup, dan infeksi patogen terutama Helicobacter pylori (H. pylori). Infeksi H. pylori diyakini menjadi penyebab beberapa penyakit gastroduodenal, termasuk gastritis kronis, penyakit tukak lambung, adenokarsinoma lambung, dan limfoma jaringan limfoid terkait mukosa. Meskipun demikian, penelitian terkini justru melaporkan bahwa terdapat insiden gastritis tanpa adanya infeksi H. pylori. Bahkan pada kondisi yang lebih parah seperti adenokarsinoma premaligna, dilaporkan jumlah H. pylori yang rendah.
Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil studi literature (review) di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaituGut Pathogens. Dalam studi ini, peneliti mengulas peran mikrobiota lambung dalam perkembangan penyakit gastroduodenal dan menunjukkan bahwa H. pylori bukan satu-satunya agen penyebab perkembangan penyakit gastroduodenal.
Hasil studi pustaka yang dilakukan melaporkan bahwa pada fase awal studi molekuler ditemukan mikroba terkait mukosa lambung seperti Enterococcus, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Stomatococcus. Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang mengidentifikasi komunitas mikroba lambung pada pasien penyakit lambung menemukan 128 jenis filotipe yang termasuk dalam lima filum utama: Proteobacteria, Firmicutes, Bacteroidetes, Actinobacteria, dan Fusobacteria dengan 1.506 jenis bakteri non-H. pylori. Temuan ini mengarahkan pada perspektif baru bahwa lingkungan mikroba lambung merupakan keseluruhan sistem yang bertanggung jawab atas patogenesis penyakit.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Mongolia pada 11 pasien gastritis dengan H. pylori-negatif mengungkapkan adanya keragaman mikrobiota lambung yang sama antara pasien dan individu normal. Kelimpahan mikrobiota relatif pada kelompok H. pylori-negatif menunjukkan penurunan jumlah Proteobacteria dan peningkatan populasi Bacteroidetes dengan pengenalan Spiro chaetes dibandingkan dengan kelompok sehat, dimana proporsi Proteobacteria, Bacteroidetes, dan Firmicutes terdistribusi secara merata. Di Indonesia, terdapat sekitar 27% kasus gastritis dengan H. pylori negatif dengan adanya peningkatan kelimpahan bakteri Paludibacter sp. Temuan ini menunjukkan bahwa dengan tidak adanya H. pylori, masih mungkin untuk mendeteksi gastritis yang disebabkan oleh infeksi dan perubahan mikrobiota lambung .
Sebuah penelitian yang dilakukan di Korea Selatan menunjukkan bahwa bakteri yang berkaitan dengan populasi kanker lambung adalah H. pylori, Propionibacterium acnes, dan Prevotella copri. Kelimpahan P. acnes dikaitkan dengan peningkatan perkembangan kanker lambung melalui produksi sitokin proinflamasi seperti IL-15. Sedangkan P. copri berperan dalam menginduksi kondisi inflamasi. Penelitian terbaru menemukan bahwa bakteri asam laktat: Streptococcus, Lactobacillus, Biidobacterium, dan Lactococcus, juga berperan dalam perkembangan kanker lambung melalui beberapa mekanisme, yaitu dengan meningkatkan produksi senyawa N-nitroso, spesies oksigen reaktif, dan sifat anti-H. pylori.
Berdasarkan studi pustaka ini dapat disimpulkan bahwa keterlibatan H. pylori dalam perkembangan penyakit gastroduodenal merupakan hal yang tidak terbantahkan. Namun, temuan terbaru terkait mikrobiota lambung pada beberapa spektrum penyakit menunjukkan populasi H. pylori yang sangat kecil dan terjadi peningkatan kelimpahan bakteri lain dalam karsinogenesis lambung, sehingga H. pylori mungkin bukan satu-satunya patogen yang bertanggung jawab atas patogenesis penyakit.
Penulis: Muhammad Miftahussurur
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut:
https://gutpathogens.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13099-022-00494-0