Universitas Airlangga Official Website

Peran Kepemimpinan Transformasional, Berbagi Pengetahuan, dan Pemberdayaan Psikologis

Ilustrasi Kegiatan Kerja
Ilustrasi Kegiatan Kerja. (Foto: Jobstreet)

Pada era modern perusahaan tidak dapat bertahan hanya dengan kebiasaan lama yang monoton. Mereka harus menggunakan sistem yang berbeda melalui inovasi dan mencari peluang baru untuk menghasilkan ide-ide baru. Perusahaan juga harus menjadi lebih adaptif dan fleksibel terhadap lingkungan global yang kompleks. Oleh sebab itu, penekanan terhadap pendekatan inovasi ini penting untuk dilakukan untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan mencapai kesuksesan bisnis. Selain itu, banyak organisasi mengidentifikasi variabel yang dapat memprediksi dan memperburuk perilaku kerja inovatif (IWB). IWB terjadi ketika karyawan menggunakan konsep inovatif untuk meningkatkan produk, layanan, atau proses.

Karyawan yang inovatif menghasilkan sebagian besar konsep organisasi. Akibatnya, berinvestasi dalam sumber daya manusia dan membina budaya inventif secara substansial merangsang inovasi organisasi. Dalam beberapa kajian IWB dikaitkan dengan beberapa hal penting diantaranya; transformational leadership, knowledge sharing behavior, dan psychological empowerment. Walaupun beberapa penelitian sebelumnya pernah ada yang mengkaji, namun hanya sedikit penelitian yang menyelidiki hubungan antara kepemimpinan transformational leadership dan IWB, yang mengeksplorasi peran mediasi yang dikaji secara khusus pada sektor kelistrikan di Indonesia. Mengingat terdapat kesenjangan ini, maka penelitian ini penting untuk dilakukan untuk mengeksplorasi mekanisme mediasi dan kondisi batas yang dapat dimanfaatkan para pemimpin untuk meningkatkan IWB dalam organisasi.

Penelitian ini dilakukan pada sektor ketenagalistrikan Indonesia dengan tujuan untuk menyelidiki peran knowledge sharing behavior dan psychological empowerment sebagai mediator antara transformational leadership dan innovative work behavior melalui kerangka teori social exchange theory. Data dikumpulkan dari 473 manajer menengah di sektor ketenagalistrikan Indonesia menggunakan desain survei. Kemudian, SEM AMOS digunakan untuk melakukan pemodelan persamaan struktural dalam analisis data.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa transformational leadership tidak memiliki dampak signifikan terhadap IWB karyawan. Hasil ini dimungkinkan karena 65% karyawan yang berpartisipasi dalam studi ini adalah staf pelaksana pada tingkat fungsional 3–6 dari teknik (operasi, pemeliharaan, dan teknik) dan bidang non-teknis (SDM, keuangan, hukum, pengadaan, audit, kepatuhan, risiko, TI, CSR, manajemen pemangku kepentingan). Karena kurangnya interaksi sosial langsung dengan eksekutif tingkat manajemen menengah di divisi mereka, karyawan yang berpartisipasi dalam studi ini mungkin tidak terlibat langsung dalam menciptakan tugas-tugas baru yang inovatif.

Selain itu, transformational leadership juga ditemukan bahwa memiliki dampak positif yang signifikan terhadap knowledge sharing behavior dan psychological empowerment. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat transformational leadership yang tinggi dapat memotivasi karyawan untuk melakukan knowledge sharing behavior dan meningkatkan motivasi mereka hingga mereka merasa berdaya. Temuan lainnya juga mengkonfirmasi bahwa knowledge sharing behavior dan psychological empowerment juga ditemukan memiliki efek positif yang signifikan terhadap IWB, dimana hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Terkahir, hasil penelitian ini juga menemukan bahwa knowledge sharing behavior dan psychological empowerment ditemukan memediasi penuh (fully mediates) hubungan antara transformational leadership dan IWB.

Hasil penelitian ini secara teoritis memberikan kontribusi penting terhadap social exchange theory dalam konteks transformational leadership, IWB, knowledge sharing behavior dan psychological empowerment di sektor ketenagalistrikan. Secara praktis, temuan dari penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi para pemangku kepentingan di sektor kelistrikan, khususnya para pemimpin dan pembuat kebijakan yang bertujuan untuk mendorong inovasi. Pertama, peran penting knowledge sharing behavior dan psychological empowerment menyoroti perlunya menciptakan sistem dan budaya yang memfasilitasi praktik berbagi pengetahuan dan pemberdayaan karyawan.

Organisasi di sektor kelistrikan harus menerapkan platform berbagi pengetahuan yang terstruktur (misalnya perangkat lunak kolaborasi dan forum inovasi) dan memberikan karyawan otonomi dan pengakuan untuk meningkatkan rasa pemberdayaan mereka. Selain itu, pemimpin transformasional juga harus memprioritaskan membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung untuk meningkatkan hubungan timbal balik, sebagaimana diuraikan dalam social exchange theory, sehingga mendorong karyawan untuk berbagi pengetahuan dan berinovasi. Kemudian, berdasarkan pada hasil penelitian ini direkomendasikan agar organisasi perlu untuk membuat program pelatihan pengembangan kepemimpinan yang berfokus pada peningkatan kemampuan pemimpin untuk menginspirasi, mendukung, dan memberdayakan karyawan secara efektif.

Penulis: Muzakki, Nuri Herachwati, Fiona Niska Dinda Nadia, Denik Putri Perdani, Gebrina Ayu Pramesti

Link Artikel Scopus:

https://www.emerald.com/ijesm/article/doi/10.1108/IJESM-09-2024-0045/1251957/Unlocking-innovation-in-Indonesia-s-electricity