Ragi telah lama diketahui memiliki kemampuan untuk memecah beberapa zat gizi salah satunya lemak. Penelitian menyebutkan bahwa < 5 ragi memiliki kemampuan untuk mengakumulasi lemak lebih dari 25. Ragi memiliki keunggulan dibandingkan sumber biologis penghasil lemak lainnya, selain itu waktu penggandaannya tergolong cepat, yaitu kurang dari satu jam. Biodiesel adalah salah satu bahan bakar nabati yang mendapatkan banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena sifatnya yang terbarukan, mudah terurai, dan lebih sedikit polusi lingkungan. Sumber daya yang saat ini digunakan untuk memproduksi biodiesel termasuk biji minyak, lemak hewani, dan residu minyak nabati. Meskipun demikian biaya produksi biodiesel yang besar terkait dengan bahan baku menjadi salah satu tantangan yang membatasi produksi. Maka dari itu beberapa peneliti berusaha untuk mencari solusi dalam masalah ini. Minyak mikroba memiliki potensi untuk dikonversi menjadi biodiesel karena kelebihannya seperti waktu siklus produksi yang singkat, tidak dipengaruhi oleh musim dan kondisi iklim, serta kemudahan produksinya. Di antara mikroorganisme, ragi adalah kandidat yang cocok untuk produksi industri biodiesel karena keunggulannya, seperti laju pertumbuhan dan kandungan lipid.
Mikroorganisme yang memiliki kapasitas akumulasi lipid lebih dari 20% dari berat sel keringnya disebut mikroorganisme penghasil lemak. Penggunaan metode yang cepat dan mudah mempelajari kondisi produksi dan pertumbuhan mikroorganisme dalam media kultur sangat penting untuk mengendalikan produksi produk bioteknologi. Dengan demikian, dengan menggunakan minyak mikroba, banyak bahan berharga dapat diperoleh dalam waktu singkat dan dengan harga yang sesuai. Misalnya, produksi cocoa butter akhir-akhir ini terhambat oleh penurunan tanaman kakao, yang menyebabkan kenaikan harga, namun, mikroorganisme penghasil lemak memiliki potensi yang signifikan dalam menghasilkan minyak sebagai pengganti cocoa butter. Komposisi lemak pada kakao sangat menarik karena mengandung asam palmitat dan asam oleat dalam jumlah yang sama. Senyawa ini jarang ditemukan di alam, tetapi ada ragi yang dapat menghasilkan dua jejak yang mirip dengan cocoa butter. Ragi penghasil lemak memiliki manfaat untuk memproduksi lipid dibandingkan sumber mikroba lainnya. Misalnya, waktu penggandaan mereka biasanya kurang dari satu jam, mereka tidak dipengaruhi oleh kondisi musim dan iklim daripada tanaman, dan budidaya mereka bertambah dengan mudah dibandingkan dengan alga. Keuntungan lain adalah mereka dapat menggunakan sumber lemak yang berbeda dalam media kultur. Sehingga mereka dapat mengubah komposisi lemaknya dengan mengganti asam lemak yang ada di lingkungan. Karena keragaman mikroorganisme dan kondisi pertumbuhan, ragi penghasil lemak dapat menjadi sumber yang baik untuk produksi trigliserida, surfaktan, dan asam lemak tak jenuh.
Hal Ini dapat digunakan dalam produksi asam lemak tak jenuh tertentu untuk tujuan pengobatan atau untuk memperkaya makanan seperti susu formula. Proses percobaan pada penelitian ini dibagi menjadi empat tahap diantaranya persiapan inokulum, persiapan lingkungan produksi, penentuan biomassa sel lipid dan ion serta melihat perbedaan dan membandingkan dengan literature. Pada persiapan inokulum strain ragi pertama kali dibiakkan pada YPD selama dua hari. lalu dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL yang berisi 20 mL media praproduksi. Lingkungan ini memiliki 15 g/L glukosa dan 0,5 g/L ekstrak ragi dengan pH 5, ditempatkan pada suhu 30 °C dan 150 rpm selama 48 jam, untuk persiapan lingkungan produksi menggunakan 5 mL inokulum digabungkan dengan 45 mL media produksi dalam media Erlenmeyer 250 mL. Untuk menentukan jumlah lipid, lipid ekstraseluler diekstraksi dengan metode Bligh dan Dyer.
Pengaruh amonium sulfat pada konsentrasi 0,5, 1, dan 1,5 g/L pada produksi lipid diukur. Pengaruh konsentrasi sumber karbon (glukosa) konsentrasi glukosa berubah sampai 50, 75, dan 100 g/L, dan jumlah produksi lipid di setiap konsentrasi diselidiki. Suhu 20 dan 30°C juga diukur. Aerasi dievaluasi pada 150 dan 200 rpm. Waktu inkubasi diukur pada 24, 48, 72, dan 96 jam. PH 5, 5,5, 6, dan 6,5 diukur untuk mengevaluasi kandungan lipid. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi amonium sulfat, konsentrasi glukosa, waktu inkubasi, dan pH, nilai produksi lipid, biomassa kering, dan persentase produksi lipid menurut berat kering meningkat hal ini juga dapat meningkatkan nilai suhu dan aerasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai untuk parameter yang dipelajari adalah: Konsentrasi 1 g/L untuk amonium sulfat, konsentrasi 100 g/L untuk glukosa, suhu 2 °C, aerasi 150 rpm, waktu inkubasi 72 jam, dan pH sama dengan 6.5. Dari penilitian dapat disimpulkan bahwa dilihat dari hasil yang ditunjukkan ragi penghasil lemak berpotensi tinggi untuk dapat digunakan dalam aplikasi industri.
Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH(Nutr.,).,,GCAS.,Ph.D
Judul: The role of fat-producing yeasts in reducing food industry waste
Untuk mengetahui artikel secara lebih detail, maka dapat mengunjungi link dibawah :
https://www.scielo.br/j/cta/a/JZmr4VZbZ9j5kxMVw9QBXcD/?format=pdf&lang=en