Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang berbagai sistem organ dalam tubuh, dengan beragam implikasi klinis, mulai dari gejala kulit dan mukosa ringan hingga manifestasi sistem saraf pusat yang parah dan bahkan kematian. Kasus SLE telah didokumentasikan hampir dua abad yang lalu, ketika para ahli menggunakan istilah ‘eritema sentripetal’ dan ‘seborrhea kongestiva’ untuk menggambarkan lesi kulit discoid dan ruam kupu-kupu atau malar pada SLE. Sejak itu, pengetahuan tentang penyakit ini telah berkembang pesat, terutama pengetahuan terkait patogenesis SLE yang mendasarinya. Saat ini, diketahui bahwa gangguan regulasi sistem kekebalan tubuh, didukung oleh predisposisi genetik dan lingkungan, dapat memicu terjadinya SLE pada sekelompok individu yang rentan. Berbagai mediator inflamasi, sitokin, dan kemokin, serta jalur sinyal intra- dan antarsel, terlibat dalam patogenesis SLE. Dalam tinjauan ini, kita akan membahas aspek molekuler dan seluler dari patogenesis SLE, dengan fokus pada bagaimana sistem kekebalan tubuh, genetika, dan lingkungan berinteraksi dan memicu berbagai manifestasi klinis SLE.
Pada tahun 2014, angka kematian standar usia dari SLE dilaporkan sekitar 2,7 kematian per 1 juta populasi: 4,5 kematian per 1 juta populasi pada kelompok wanita dan 0,8 kematian per 1 juta populasi pada kelompok pria. Angka kematian ini bervariasi secara luas, dengan heterogenitas ratusan kali lipat antara negara, di mana angka kematian standar usia tertinggi terjadi di Amerika Latin dan terendah di Eropa. Data kami di RS. Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa sekitar 30% pasien SLE di bangsal rawat inap menderita SLE yang parah, dengan tingkat kematian sebesar 22,9%, yang jauh lebih tinggi dari tingkat kelangsungan hidup penyakit yang pernah dilaporkan sebelumnya. Variasi antara negara atau wilayah ini dapat disebabkan oleh bias pelaporan, perbedaan dalam tingkat keparahan penyakit, faktor-faktor sosial ekonomi, dan kapasitas perawatan di setiap negara atau wilayah. Penyebab kematian paling umum adalah penyakit infeksi, diikuti oleh penyakit kardiovaskular, dan menariknya, baik negara berpenghasilan tinggi maupun rendah melaporkan penyakit infeksi sebagai penyebab kematian tertinggi pada pasien SLE.
Sistem kekebalan tubuh berperan penting dalam melindungi tubuh dari serangan patogen dan sel-sel yang berubah menjadi kanker. Namun, dalam kasus SLE, sistem kekebalan menjadi bermasalah dan mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Beberapa sel kekebalan, seperti sel B dan sel T, menjadi hiperaktif dan menyebabkan peradangan yang merusak jaringan. Faktor genetik juga memiliki peran penting dalam SLE. Beberapa gen tertentu telah teridentifikasi memiliki hubungan dengan peningkatan risiko SLE. Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan SLE, kemungkinan mereka juga akan lebih rentan terhadap penyakit ini. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi risiko seseorang untuk mengembangkan SLE. Beberapa faktor lingkungan yang telah terkait dengan SLE termasuk paparan sinar matahari yang berlebihan, infeksi tertentu, dan penggunaan beberapa jenis obat-obatan.
Kelainan pada sistem kekebalan tubuh baik yang bersifat bawaan (seperti neutrofil, monosit, pDCs, sel NK, dan komplemen) maupun adaptif (yaitu sel B dan sel T) bersamaan dengan predisposisi genetik yang didukung oleh faktor lingkungan, dapat memicu terjadinya SLE pada individu yang rentan. Beberapa gen, baik yang berhubungan dengan HLA maupun yang tidak berhubungan dengan HLA, diketahui berperan dalam patogenesis SLE. Sementara itu, faktor-faktor lingkungan seperti sinar UV-B, infeksi, status hormon, penggunaan kontrasepsi oral, paparan polutan, dan asap rokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya SLE. Selain itu, penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan Drug-Induced Lupus Erythematosus (DILE) yang memiliki manifestasi klinis mirip dengan SLE. Oleh karena itu, pengendalian faktor-faktor lingkungan yang disertai dengan stabilisasi sistem kekebalan tubuh, termasuk pemulihan toleransi imunologis, sangat penting dalam pencegahan dan pengelolaan SLE saat ini maupun di masa depan.
Penulis : Dr. dr. Yuliasih, SpPD-KR
Laman: https://www.mdpi.com/1648-9144/59/6/1033
Judul: Disentangling the Pathogenesis of Systemic Lupus Erythematosus: Close Ties between Immunological, Genetic and Environmental Factors
DOIÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â :Â https://doi.org/10.3390/medicina59061033