Universitas Airlangga Official Website

Peranan Lebah Tidak Bersengat dalam Penyerbukan Tanaman Pare

Foto by Pestcare

Dalam siklus hidup tanaman, penyerbukan merupakan faktor penting dalam pembentukan biji dan buah tumbuhan Angiospermae melalui mekanisme transfer polen dari antera ke stigma pada bunga yang merupakan tahap awal proses reproduksi. Beberapa lebah, seperti Amegilla, Apis, stingless bees, dan Xylocopa, merupakan penyerbuk utama pada sebagian besar tanaman.  Menurunnya populasi lebah penyerbuk di sekitar lahan pertanian akan menurunkan frekuensi kunjungan ke bunga. Penyerbukan oleh lebah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produksi buah, yaitu 41% pada cranberry, 7% pada blueberry, 26% pada tomat, 45% pada stroberi, dan 22-24% pada kapas, dengan perkiraan nilai ekonomi. sebesar US$ 14.564.000 (FAO 2006). Sebagian besar tanaman hortikultura membutuhkan agen penyerbuk untuk keberhasilan proses pemupukan.

Pare (Momordica charantia)  merupakan salah satu tanaman yang membutuhkan agen penyerbuk. Pare merupakan tumbuhan berumah satu dan memiliki polen yang lengket sehingga keberadaan serangga penyerbuk dapat berperan penting dalam proses transfer polen ke kepala putik. Beberapa penelitian telah melaporkan efektivitas serangga penyerbuk pada tanaman pare seperti Apidae, Halictidae, Syrpi-dae, Megachilidae, dan Formicidae. Pare merupakan salah satu sayuran dengan nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Buah pare memiliki nilai gizi yang tinggi terutama asam askorbat, dan zat besi yang tinggi serta berkhasiat obat terhadap berbagai penyakit, termasuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada pasien HIV-AIDS. Meningkatnya permintaan pare merupakan alasan penting untuk mengoptimalkan hasil melalui perbaikan praktik agronomi dan penyerbukan intensif.

Lebah penyerbuk yang mengunjungi bunga secara intensif dapat mempercepat proses penyerbukan dan pembuahan. Simbiosis mutualisme antara lebah penyerbuk dan tumbuhan berbunga memberikan hasil yang sangat baik bagi ekosistem, termasuk meningkatkan hasil panen pertanian. Keanekaragaman dan intensitas kunjungan serangga penyerbuk berkorelasi positif dengan hasil buah. Penggunaan stingless bee dalam membantu penyerbukan tanaman cucurbitaceae telah banyak dilaporkan. Jumlah biji yang dihasilkan lebih banyak dan ukuran buah lebih besar. Dalam penelitian Suhdi dkk (2022) diungkapkan bahwa lebah tanpa sengat Tetragonula cf. biroi sebagai agen penyerbuk pada buah pare yang efektif. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur efektivitas pemberian stingless bee terhadap keberhasilan penyerbukan tanaman pare.

Dari hasil pengamatn terungkap bahwa dalam pengamatan selama 25 hari suhu udara meningkat pada pukul 11.00 dan menurun pada sore hari mulai pukul 16.00. Kelembaban tertinggi di pagi hari dan semakin rendah saat suhu udara naik. Intensitas cahaya tertinggi pada pukul 11.00, dan terendah pada pukul 16.00. Kecepatan angin relatif rendah karena penelitian ini dilakukan di dalam tenda, sehingga angin tidak mempengaruhi penyerbukan tanaman pare. Efektivitas T. cf. biroi sebagai penyerbuk tanaman pare terlihat. Perbedaan yang signifikan terlihat pada tanaman yang diserbuki lebah dengan tanaman yang tidak diserbuki. Pada tumbuhan yang diserbuki oleh lebah ini, buah pare lebih panjang dan diameternya lebih lebar dibandingkan tanaman tanpa bantuan penyerbukan lebah. Jumlah biji per buah pada tanaman yang diserbuki lebah juga lebih banyak, dan bobot bijinya lebih berat dibandingkan tanaman yang tidak diserbuki. Persentase bunga yang menjadi buah pada tumbuhan yang diserbuki lebah adalah 98%, sedangkan tumbuhan yang tidak diserbuki lebah hanya 20%, artinya sebagian besar (80%) bunga gagal menjadi buah. Bentuk pare penyerbuk lebah juga terlihat lebih baik, dengan bentuk lurus, panjang dan berukuran lebih besar 30,18±1,56 cm. Sedangkan tanaman yang tidak diserbuki oleh lebah berbentuk tidak normal, bengkok, dengan ukuran lebih pendek 16,14±2,03 cm.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Kegiatan visitasi dapat menjadi ukuran efektivitas serangga penyerbuk. Suatu spesies berpotensi sebagai penyerbuk jika aktivitas kunjungannya intensif pada satu jenis tumbuhan dan didukung oleh karakter morfologi yang khas, seperti jumlah rambut pada tubuhnya, dan memiliki keranjang polen sebagai tempat penyimpanan polen. Aktivitas lebah dalam mencari makan dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dan kondisi lingkungan. Aktivitas terbang lebah berkurang pada suhu rendah dan kelembaban tinggi karena lebah membutuhkan energi yang besar untuk memanaskan suhu dada hingga 35 °C. Kegiatan visitasi dan kesesuaian karakter tubuh lebah penyerbuk dengan bunga mempengaruhi keberhasilan penyerbukan. Lebah penyerbuk yang mengunjungi bunga secara intensif dapat mempercepat proses penyerbukan dan pembuahan.

Sedangkan tanaman pare yang tidak diserbuki memiliki buah yang lebih kecil, biji yang lebih sedikit, dan bentuk buah yang melengkung menyerupai huruf “C”. Pada tanaman yang tidak diserbuki lebah, terjadi penurunan viabilitas polen setelah beberapa jam atau beberapa hari. Kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan pembuahan, atau malformasi buah terjadi ketika pembuahan terjadi ketika viabilitas polen menurun. Lebah tak bersengat, T. cf. biroi merupakan penyerbuk potensial bagi tanaman pare berumah satu. Penyerbukan oleh stingless bee dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas buah pare. Kesesuaian morfologi bunga pare dengan ukuran tubuh stingless bee menyebabkan penyerbukan dapat terjadi secara optimal.

Penulis: Hery Purnobasuki

Jurnal: https://journal.ugm.ac.id/jtbb/article/view/69124