Universitas Airlangga Official Website

Perawatan Resesi Gingiva dengan Teknik MCAT dan ADM

Pasien menunjukkan resesi gingiva klas I Miller pada gigi 14 dan 15

Resesi gingiva dianggap sebagai salah satu masalah paling umum yang dapat mempengaruhi periodonsium. Resesi gingiva didefinisikan sebagai terbukanya permukaan akar oleh karena perpindahan margin gingiva ke apikal dari cemento-enamel junction (CEJ). Sebagai akibat terbukanya permukaan akar dapat menyebabkan masalah estetik, hipersensitivitas akar, abrasi servikal dan kesulitan dalam mencapai kontrol plak yang optimal. Penyebab resesi gingiva dapat berupa posisi gigi di luar lengkung, trauma sikat gigi, dehiscence pada tulang alveolar, biotype gingiva yang tipis, penyakit periodontal.

Resesi gingiva dibagi menjadi empat klas berdasarkan klasifikasi Miller. Salah satunya klasifikasi adalah klas I resesi jaringan margin gingiva dimana belum melebihi mucogingival junction. Tidak ada kerusakan tulang atau jaringan lunak pada area interdental. Bedah plastik periodontal meliputi jangkauan yang luas dari prosedur untuk merawat dan mencegah resesi periodontal. Salah satu teknik bedah yang telah dikembangkan untuk mendapatkan root coverage pada defek resesi gingiva adalah modified coronally advanced tunnel (MCAT). Teknik MCAT menawarkan keuntungan berupa penyembuhan luka dan revaskularisasi yang cepat pada area bedah dengan menghindari insisi vertikal dan tidak menginsisi jaringan papila.

Teknik bedah untuk resesi gingiva umumnya dapat dicapai baik dengan free gingival atau connective tissue graft (CTG). Kekurangan utama dalam mendapatkan CTG adalah morbiditas pasien berkaitan dengan area bedah kedua dan waktu bedah. Selain itu, terdapat juga faktor terbatasnya persediaan donor jaringan, meningkatnya komplikasi post operasi. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka material baru telah dikembangkan untuk menggantikan CTG. Salah satunya adalah acellular dermal matrix (ADM) untuk meningkatkan penerimaan oleh pasien dan meminimalkan morbiditas. Pada beberapa studi klinis menunjukkan hasil yang memuaskan dengan menggunakan teknik MCAT dengan CTG atau pengganti tissue graft lainnya pada resesi gingiva klas I, II, dan III Miller.

Pasien laki-laki berusia 27 tahun datang ke Departemen Periodonsia Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Universitas Airlangga dengan keluhan  penampilan kurang estetik dan hipersensitivitas pada gigi-gigi posterior kanan rahang atas. Pada pemeriksaan klinis ditemukan resesi klas I Miller pada gigi 14 dan 15. Pasien menolak dilakukan prosedur untuk mendapatkan connective tissue pada daerah palatal. Oleh karena itu untuk menutupi resesi dilakukan teknik modified coronally advanced tunnel (MCAT) dengan insersi acellular dermal matrix (ADM).

Pasien menjalani tindakan initial berupa scaling dan root planing. Bedah dilakukan setelah terapi periodontal fase I. Setelah melalui diskusi mengenai prosedur, pasien memberikan persetujuan pada informed consent atas tindakan bedah yang akan dilakukan. Teknik bedah yang dipakai adalah modified coronally advanced tunnel (MCAT) dengan Mucoderm (Bottis) sebagai pengganti graft soft tissue autograft dan scaffold.

Sesaat sebelum bedah dilakukan pembuatan composite stop pada titik kontak untuk menjaga posisi koronal dari margin gingiva saat proses suturing. Asepsis daerah yang akan dibedah dengan menggunakan cotton pellet dan povidone iodine 10%. Pemberian anestesi lokal (lidocaine HCl 2% dengan epinephrine 1:100,000) pada mukobukal fold gigi 14 dan 15. Selanjutnya dibuat insisi intrasulkular dan flap mucoperiosteal diangkat dengan menggunakan tunelling knives. Tunnel diperluas melebihi mucogingival junction. Setelah itu dibawah masing-masing papilla pada split flap. Hal itu dilakukan untuk membebaskan segala attached muscle dan serat kolagen dari aspek dalam pada flap. Bebaskan dengan perlahan dan tidak merusak interdental papil. Kemudian dilakukan pengecekan apakah daerah tunneling sudah cukup untuk diaplikasikan mucoderm.

Setelah itu melakukan kuretase jaringan granulasi pada gigi 14 dan 15. Kemudian masukkan benang monofilament nylon 4-0 pada daerah attached gingiva. Benang masuk untuk melihat apakah ketika mukosa ditarik mampu untuk menutupi resesi yang ada saat proses suturing. Sementum dibilas dengan aplikasi sodium chloride gel yang berfungsi mengganggu kolonisasi bakteri. Selain itu, Sementum bersifat sebagai desinfektan selama kurang lebih 2 menit dan kemudian lakukan irigasi.

Setelah itu ukuran ADM (Mucoderm, Bottis) disesuaikan dengan daerah yang akan dibedah. Jahit ujung mucoderm untuk memudahkan peletakan ke area bedah dan setelah itu merendam mucoderm dalam larutan saline selama kurang lebih 2 menit. ADM dimasukkan ke dalam tunnel dengan cara mattress sutures dan difiksasi pada mesial dan distal. Akhirnya tunnel diposisikan ke koronal dengan cara benang monofilament nylon 4-0 yang dijahit dari daerah attached gingiva. Tunnel lalu ditarik ke arah koronal dan melewati composite stop yang telah diletakkan pada titik kontak sebelumnya dalam rangka menutupi membran dan resesi secara keseluruhan.

Pemberian obat setelah bedah terdiri amoxicillin 500 mg selama 5 hari dan asam mefenamat 500 mg selama 3 hari. Pasien diinformasikan mengenai kunjungan ulang pada hari ke- 1, 3, 5, 6 untuk dilakukan kontrol setelah bedah. Tampak peningkatan root coverage di daerah resesi pada gigi 14 dan 15.

Salah satu teknik bedah yang telah dikembangkan untuk mendapatkan root coverage pada defek resesi gingiva adalah modified coronally advanced tunnel (MCAT). Teknik MCAT memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan teknik bedah lainnya dengan menghindari penggunaan insisi vertikal dan tidak menginsisi papila. Ini juga dapat meningkatkan vaskularisasi pada area serta akibat perpindahan flap ke koronal. Sehingga soft tissue graft dapat tertutup secara keseluruhan sehingga dapat meningkatkan keberlangsungan hidup graft.

Hingga saat ini hasil yang paling memuaskan untuk mendapatkan root coverage penuh yang dilaporkan baik dalam menggunakan teknik modified coronally advanced flap atau modified coronally advanced tunnel yang dikombinasikan dengan soft tissue graft dimana salah satunya adalah connective tissue graft (CTG). Namun, kebutuhan untuk mendapatkan CTG yang membutuhkan area bedah kedua, terbatasnya persediaan donor jaringan, meningkatnya komplikasi post operasi, meningkatnya resiko morbiditas yang berhubungan dengan mengambil donor autogenous dari mukosa palatal serta area donor yang mengalami pendarahan pasca bedah dan rasa ketidaknyamanan oleh pasien. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka acellular dermal matrix (ADM) digunakan.

ADM adalah allograft yang diproses secara kimia untuk menyingkirkan semua sel epidermal dan dermal, tapi mempertahankan sisa matriks bioaktif dermal. Cara kerja ADM, seperti autogenous graft dengan menyediakan matriks bioaktif yang terdiri dari kolagen, elastin, saluran pembuluh darah, dan protein bioaktif. Ini dapat mendukung revaskularisasi alami, repopulasi sel, dan remodelling jaringan. ADM dipertimbangkan sebagai alternatif dari autogenous graft yang aman, tidak ada kasus transmisi virus yang telah dilaporkan lebih dari 10 tahun penggunaan dengan lebih dari 900,000 graft. ADM mengeliminasi kebutuhan akan mengambil jaringan palatal untuk prosedur root coverage. Oleh karena itu, penggunaannya menghasilkan sedikit komplikasi dan rasa ketidaknyamanan setelah bedah. ADM juga menawarkan keuntungan berupa tidak membutuhkan daerah donor dan ketersediaan tidak terbatas sementara dapat memberikan hasil klinis yang sama dengan CTG. 

Penutupan resesi yang didapatkan oleh ADM menunjukkan 84.4% berdasarkan rata-rata root coverage dan pada studi lainnya melaporkan 78% root coverage ketika ADM digunakan dengan teknik tunnel. Pada studi yang dilakukan Vincent et al 2017 menunjukkan bahwa penggunaan teknik MCAT yang dikombinasikan dengan ADM telah berhasil. Terutama untuk merawat resesi gingiva multiple klas I dan II Miller pada rahang atas dengan hasil rata-rata root coverage 84.35% selama 12 bulan.

Penggunaan teknik MCAT dengan ADM (Mucoderm) dapat menunjukkan hasil yang memuaskan berupa peningkatan root coverage pada resesi gingiva multiple klas I Miller. 

Sebaiknya dibutuhkan lebih banyak penelitian dengan banyak sampel dan periode follow up yang lebih panjang.

Penulis: Michelle Suhartono, Chiquita Prahasanti, Novia Wiyono

1Student of Periodontology Residency Program, Faculty of Dentistry, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

2Department of Periodontology, Faculty of Dentistry, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

3Former Student of Periodontology Residency Program, Faculty of Dentistry, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia.

BACA JUGA: Perbedaan Pertumbuhan Jamur Rhizopus di Media SDA dan PDA