Universitas Airlangga Official Website

Perbandingan Efek Obat Atorvastatin dan Orlistat pada Dislipidemia

Ilustrasi LDL
Ilustrasi LDL oleh Wikipedia

Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi akibat kenaikan kadar kolesterol jenis LDL (low density lipoprotein).  Penyakit ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit-penyakit kardiovaskuler, termasuk di Indonesia. Beberapa obat untuk penanganan jenis penyakit ini adalah golongan statin. Obat-obat anti-dislipidemia golongan statin bekerja menghambat kinjera enzim HMG Co-A reductase, yang dapat mencegah terbentuknya LDL di dalam darah.

Jenis obat anti-dislipidemia tersebut antara lain adalah Atorvastatin yang penggunaannya cukup banyak untuk mengobati penderita dewasa laki-laki. Namun, belakangan terdapat obat lain yaitu Orlistat (tetrahydrolipstatin) yang memiliki efek menurunkan absorpsi lemak dalam saluran pencernaan.

Orlistat bekerja dengan cara menghambat enzim-enzim lipase. Pemanfaatan obat ini juga antara lain untuk membantu mengontrol penimbunan lemak dalam tubuh. Meskipun kedua obat tersebut memiliki efek penurunan kadar lemak tubuh, masih belum ada informasi jelas, obat yang mana yang lebih poten dalam menurunkan kolesterol LDL di dalam darah.

Tim peneliti dari Departemen Anatomi, Histologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Indonesia melakukan penelitian tinjauan pustaka sistematik tentang efek penurunan kolesterol LDL pada penderita dislipidemia laki-laki usia dewasa setelah terapi dengan Atorvastatin daripada Orlistat. Hasil penelitian ini telah terbit pada jurnal internasional bereputasi dan terindeks Scopus.

Analisis dilakukan pada artikel hasil uji coba klinis yang terbit pada tiga basis data ilmiah dengan rentang waktu selama 10 tahun (2012-2022). Sebanyak 366 artikel melalui proses penyaringan menggunakan metode PRISMA, menghasilkan jumlah akhir sebanyak 9 artikel dengan 696 partisipan dari berbagai negara.

Dari hasil analisis, nampak bahwa Atorvastatin lebih signifikan dalam menurunkan level kolesterol LDL darah daripada Orlistat. Tim peneliti mengamati bahwa jumlah artikel di mana penderita penyakit ini yang menerima terapi Atorvastatin lebih banyak daripada Orlistat. Seski sudah ada kontrol untuk meminimalkan bias, perlu kehati-hatian di dalam interpretasi hasil analisis ini.

Penulis: Prof Viskasari P Kalanjati, dr MKes PA(K) PhD

Sumber: Hasan NA, Kalanjati VP, Purwantari KE, Abdurachman A, Mifftahussurur M (2024) Atorvastatin versus tetrahydrolipstatin in male patients with dyslipidemia: A systematic review and meta-analysis. J Pharm Pharmacogn Res 12(2): 218–230. https://doi.org/10.56499/jppres23.1741_12.2.218