Universitas Airlangga Official Website

Perbandingan Metode Green Synthesis Radiasi Gelombang Mikro dan Penguapan Pelarut dalam Pembentukan Kokristal APMS

Ilustrasi senyawa (foto: Media Indonesia)

Asam p-metoksisinamat (APMS) adalah senyawa turunan dari etil p-metoksisinamat (EPMS) yang merupakan komponen terbesar pada rimpang kencur. APMS bertindak sebagai anti-inflamasi dan analgesik dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX 1 dan COX 2). APMS memiliki kelarutan dalam air yang rendah (0,712 mg/mL) dan dapat mengakibatkan menurunnya disolusi obat, sehingga penyerapan obat yang tidak baik dan bioavailabilitas dari obat yang tidak tercapai. Maka dari itu perlu dilakukan modifikasi untuk meningkatkan kelarutan dari APMS dengan pembentukan kokristal.

Kokrisital adalah senyawa multikomponen yang terbentuk antara BAF molekuler atau ionik yang membentuk satu kisi kristal berbeda dan dihubungkan oleh ikatan antar molekul seperti ikatan hidrogen dan Van der Waals. Keuntungan dari pembentukan kokristal adalah mengoptimalkan kelarutan dan laju disolusi, memperbaiki bioavailabilitas dan permeabilitas. Koformer yang terpilih pada penelitian ini adalah asam suksinat. Asam suksinat merupakan senyawa GRAS (Generlly Recognized as Safe), membentuk ikatan hidrogen dengan APMS, dan selisih dari pKa < 3. Proses pembentukan kokristal pada penelitian ini dibuat dengan metode penguapan pelarut dan metode radiasi gelombang mikro. Metode penguapan pelarut merupakan metode yang sering digunakan pada pembuatan dan menghasilkan kokristal dengan energi yang lebih rendah dan juga akan lebih homogen pada komposisi dari kristalnya. Metode radiasi gelombang mikro termasuk dalam green chemistry.  Hal ini disebabkan karena dapat memberikan sumber energi yang efisien meminimalisir penggunaan pelarut.

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan pengaruh pembentukan kokristal APMS-asam suksinat dengan metode penguapan pelarut dan metode radiasi gelombang mikro dalam meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari APMS. Uji kelarutan dan laju disolusi dilakukan pada APMS, campuran fisik APMS-asam suskinat, kokristal APMS-asam suskinat penguapan pelarut, dan kokristal APMS-asam suskinat radiasi gelombang mikro masing-masing sebanyak tiga replikasi. Media yang digunakan uji kelarutan adalah dapar fosfat pH 6,8 pada suhu 25 ± 0,5°C selama 5 jam. Hasil uji kelarutan menunjukkan adanya peningkatan kelarutan APMS yang dibuat menjadi kokristal. Peningkatan kelarutan pada kokristal metode penguapan pelarut sebesar 1,19 kali dibandingkan senyawa APMS, sedangkan peningkatan kelarutan kokristal metode radiasi gelombang mikro sebesar 1,16 kali dibandingkan senyawa APMS. Hasil uji kelarutan setiap kelompok perlakuan berikutnya dianalisis dengan uji statistik one way ANOVA dan dilanjutkan dengn uji post hoc LSD pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil uji statistik yang dilakukan menunjukan adanya perbedaan bermakna pada kelarutan APMS dengan kokristal metode penguapan pelarut dan kokristal metode radiasi mikro.

Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe II (dayung) dengan kecepatan 75 rpm dalam media dapar fosfat pH 6,8 pada suhu 37 ± 0,5°C. Profil disolusi digunakan untuk menghitung ED15 dan slope yang kemudian dianalisis dengan uji statistik one way ANOVA dan dilanjutkan dengn uji post hoc LSD pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil uji statistik ED15 dan slope menunjukan adanya perbedaan bermakna antara APMS dengan kokristal metode penguapan pelarut dan kokristal metode radiasi gelombang mikro. Peningkatan laju disolusi dari kokristal metode penguapan pelarut sebesar 3,50 kali dari APMS, sedangkan kokristal metode radiasi gelombang mikro sebesar 2,29 kali dari APMS. Hasil penelitian yang diperoleh membuktikan bahwa pembentukan kokristal APMS-asam suksinat dengan metode penguapan pelarut dan kokristal metode radiasi gelombang mikro dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari APMS. Kokristal APMS-asam suksinat yang dibentuk dengan metode penguapan pelarut menunjukan peningkatan kelarutan dan laju disolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kokristal APMS-asam suksinat metode radiasi gelombang mikro.

Penulis: Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt

Link: https://sciencetechindonesia.com/index.php/jsti/article/view/1210

Baca juga: Deteksi Larutan Natrium Chloride Berdasarkan Prisma Berlapis Emas dalam Pengaturan Kretschmann