Universitas Airlangga Official Website

Perilaku Sedentary Tidak Berpengaruh terhadap Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh Selama Pandemi COVID-19

Ilustrasi oleh iStock

Pandemi penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah masalah global yang sedang berlangsung dengan lebih dari 1,8 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2020. COVID-19 pertama kali ditemukan di Indonesia pada awal Maret 2020 dimana jumlah pasiennya telah mencapai lebih dari 1.500. Ada daerah yang memiliki pasien terbanyak di Indonesia—salah satunya Surabaya, Jawa Timur. Per 6 Agustus 2021, terdapat tambahan 1,2% kasus di Surabaya, sehingga jumlah kumulatif COVID-19 menjadi 57.235 kasus.

Gaya hidup masyarakat mulai bergeser seiring meningkatnya kasus konfirmasi COVID-19 di Surabaya. Tempat kerja, universitas, dan sekolah kembali mulai dibatasi dan melaksanakan kegiatan kerja dan belajar di rumah. Lockdown tidak akan memberantas infeksi virus pada pasien tetapi dapat mengurangi laju penyebaran virus. Sebuah studi yang dilakukan di Wuhan, China, menunjukkan bahwa lockdown berdampak positif terhadap penyebaran COVID-19 yang waktu penggandaannya meningkat dari 2 hari menjadi 4 hari, bahkan lebih lama setelah tambahan pengujian dan metode diagnostik.

Dengan adanya self-isolation dan lockdown notice, kebiasaan hidup akan berubah yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang tidak dapat diprediksi, seperti orang harus tinggal di rumah lebih lama dari biasanya dan hanya diperbolehkan keluar untuk melakukan hal-hal yang mendesak seperti membeli makanan atau alasan kesehatan. Meskipun demikian, semua proses kerja dan belajar dilakukan secara online di rumah dengan menggunakan gadget yang ada di rumah. Perubahan gaya hidup ini dapat meningkatkan sedentarisme yaitu peningkatan durasi melihat gadget (screen time) dan waktu duduk (sitting time), penurunan waktu di luar ruangan, dan aktivitas fisik.

Screen time mengacu pada durasi waktu yang dihabiskan di depan layar perangkat elektronik, yaitu laptop, komputer, smartphone, tablet, permainan elektronik, televisi (TV), dan perangkat visual lainnya untuk berbagai tujuan, yaitu untuk bekerja, proses belajar, dan kegiatan organisasi lainnya atau tujuan hiburan. Banyak penelitian telah menunjukkan hasil bahwa masa lockdown dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia dengan meningkatkan gaya hidup sedentary yang berdampak negatif pada kualitas hidup. Ketidakaktifan fisik dikaitkan dengan risiko kenaikan berat badan yang lebih tinggi yang menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas, penyakit kardiovaskular dan metabolisme. Kegemukan dan obesitas tampaknya menjadi penyebab utama penyakit tidak menular, termasuk penyakit kardiovaskular dan metabolik, penyakit kandung empedu, gangguan muskuloskeletal, seperti osteoarthritis.

Studi terkait perilaku sedentary selama pandemi COVID-19 di Surabaya menunjukkan bahwa secara umum tidak ada pengaruh yang signifikan dari perilaku sedentary, yaitu screen time dan sitting time terhadap berat badan dan indeks masa tubuh (IMT). Namun demikian, dari temuan riset tersebut didapatkan fakta bahwa responden laki-laki mengalami peningkatan perubahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata responden wanita. Sumber data dari penelitian ini adalah dari penyebaran kuesioner online melalui berbagai macam medium (whatsapp, FB, dll) dengan kerangka waktu Mei-Juni 2020.

Penelitian ini secara mendetail menunjukan bahwa sebelum pandemi, 16% responden yang kurus mengalami perubahan IMT selama pandemi. Hampir setengah (7,8%) diantaranya mengalami perubahan IMT menjadi normal dengan 20,3% mengalami penurunan dan 18,8% mengalami kenaikan berat badan. Dari 48,1% responden yang memiliki status gizi normal sebelum pandemi, 5,7% mengalami kelebihan berat badan dan 1% menjadi obesitas dengan 33,2% mengalami kenaikan berat badan, sedangkan 5,2% menjadi kurus dengan 14% mengalami penurunan berat badan. Lima belas persen peserta yang kelebihan berat badan sebelum pandemi menjadi obesitas (31,7%) dan mengalami status gizi normal (5%) selama pandemi dengan 11,7% mengalami penurunan berat badan dan setengahnya mengalami kenaikan berat badan. Sebagian besar masyarakat (97,6%) yang mengalami obesitas sebelum pandemi tetap mengalami obesitas selama pandemi.

Studi ini juga melakukan bahwa responden yang menghabiskan lebih sedikit (43,9%) dan lebih dari enam jam (45,3%) dengan kategori screen time memiliki IMT normal, diikuti oleh mereka yang obesitas (28%; 23,6%). Dengan demikian, tidak ditemukan hubungan antara durasi screen time dan IMT respnden. Kecenderungan yang sama tersirat dengan kategori sitting time di mana peserta yang menghabiskan kurang (45,8%) dan lebih dari enam jam (43,5%) waktu duduk memiliki BMI normal, diikuti oleh mereka yang obesitas (25,9%; 25,5%). Tidak ada hubungan yang ditemukan antara durasi waktu duduk dan BMI subjek.

Mengapa Tidak Ada Pengaruhnya?

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh perilaku sedentary selama pandemic COVID-19. Faktor tersebut antara lain adalah tahap pengumpulan data dan metodologi pengukuran antropometri dalam menentukan status gizi.

Pendekatan dalam penelitian, datanya dikumpulkan berbeda dengan penelitian lainnya. Ada dua studi yang menggunakan wawancara telepon berbantuan komputer di mana semua pertanyaan dibaca melalui telepon oleh pewawancara dan jawaban dari peserta langsung didokumentasikan dalam sistem elektronik. Namun, penelitian ini menggunakan kuesioner online yang dikelola sendiri. Dibandingkan dengan wawancara telepon, survei online dianggap lebih hemat biaya dan lebih nyaman. Hasil data juga cenderung lebih berkualitas.

Isu berikutnya adalah terkait dengan pengukuran antropometri. Proses pengukuran antropometrik untuk mengukur IMT memainkan peran penting dalam mempengaruhi hasil. Pengukuran tinggi dan berat badan yang dilaporkan sendiri dapat dipengaruhi oleh respons dan beberapa bias ingatan. Sangat umum untuk menemukan IMT yang diremehkan karena berat badan biasanya diremehkan, di sisi lain tinggi badan sering dilebih-lebihkan. Beberapa penelitian juga menemukan perbedaan besar dalam tinggi dan berat badan yang dilaporkan sendiri dan diukur pada kelompok populasi tertentu, seperti individu yang kelebihan berat badan atau obesitas dan orang sehat.

Penulis : Hario Megatsari, S.KM., M.Kes

Sumber : https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2022110308435414_1051.pdf  

Atmaka, D.R., Rachmah, Q., Megatsari, H. & Sutoyo, D.A.R. 2022, “Sitting Time and Screen Time are not associated with Body Weight and Body Mass Index Changes during Covid-19 Pandemic”, Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, vol. 18, pp. 94-100.