Universitas Airlangga Official Website

Perubahan Komposisi pada Saliva sebagai Tanda Oral Submucous Fibrosis

Ilustrasi Saliva (foto: genty)

Perubahan komposisi saliva dapat menjadi tanda oral submucous fibrosis, suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan mukosa rongga mulut. Kondisi ini umum dijumpai pada orang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi tembakau atau buah pinang. Penebalan yang terjadi menyebabkan penderita tidak dapat menggerakkan mulutnya, sehingga merasakan penebalan, rasa kaku, dan kesulitan mengunyah atau berbicara. Jika tidak ditangani segera, oral submucous fibrosis dapat berkembang menjadi kanker mulut. Penyakit ini berkembang dalam beberapa tahap sebelum berubah menjadi kanker. Pada tahap awal, tidak ada perubahan signifikan pada mukosa rongga mulut, tetapi pasien sering mengalami mulut kering dan rasa terbakar. Tahap lanjut dapat menyebabkan kelainan seperti sariawan, dan pada tahap akhir terjadi penebalan mukosa.

Tingkat perubahan oral submucous fibrosis menjadi kanker mulut dilaporkan rendah, hanya sekitar 4-9%. Penyakit ini pada tahap awal memiliki angka kesembuhan lebih baik dibandingkan tahap lanjut. Perubahan menjadi keganasan dapat dihindari jika diagnosis dilakukan sedini mungkin. Namun, diagnosis oral submucous menjadi tantangan bagi dokter gigi karena tidak adanya lesi atau kelainan pada tahap awal, membuat pasien merasa tidak perlu diperiksa. Jika penyakit ini sudah menimbulkan lesi atau kerusakan, diagnosis memerlukan pemeriksaan jaringan, yang merupakan prosedur bedah.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa diagnosis oral submucous fibrosis dapat dilakukan dengan mudah tanpa prosedur bedah, menggunakan saliva atau air liur. Saliva menjadi media dalam perkembangan dan perubahan oral submucous fibrosis. Selama kontak dengan zat penyebab penyakit seperti sirih, biji pinang, atau tembakau, saliva terkumpul di rongga mulut dan menyebabkan reaksi radang kronis. Oleh karena itu, air liur mungkin menjadi faktor endogen penting sebagai spesimen deteksi dini untuk OSMF. Saliva sebagai media diagnostik dikenal karena aspek non-invasifnya, sehingga mudah dilakukan baik dari segi dokter gigi maupun pasien. Banyak laporan penelitian menunjukkan perubahan kadar saliva pada penderita oral submucous fibrosis, seperti sitokin pro-inflamasi, reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR), laktat dehidrogenase (LDH), mineral, makro dan mikronutrien, atau penanda stres oksidatif seperti malondialdehida (MDA), 8-isoprostane, dan S100A7.

Laporan terbaru yang dianalisis dari berbagai data perubahan komponen saliva secara sistematik dan komprehensif menunjukkan perubahan kadar lipid peroksidase, malondialdehida, laktat dehidrogenase, glutation, glutation peroksidase, superoksida dismutase, dan vitamin yang signifikan pada penderita oral submucous fibrosis. Peningkatan kadar laktat dehidrogenase dihasilkan dari proses glikolisis akibat tembakau, menyebabkan kerusakan tidak langsung pada mukosa dan hilangnya integritas struktural melalui peningkatan kematian sel dan pengelupasan sel. Kerusakan mukosa ini meningkat seiring dengan peningkatan frekuensi, durasi mengunyah, jumlah yang dikonsumsi, dan pola penggunaan tembakau (mengunyah dan meludah atau menelan). Selain itu, laktat dehidrogenase juga berperan penting dalam perubahan menjadi kanker mulut dan memicu peningkatan mediator lain seperti lipid peroksidase, malondialdehida, glutation, dan glutation peroksidase.

Peningkatan beberapa mediator seperti laktat dehidrogenase, lipid peroksidase, malondialdehida, glutation, dan glutation peroksidase menyebabkan penurunan kadar vitamin dalam tubuh secara signifikan. Penurunan kadar vitamin secara signifikan diamati pada vitamin A, C, dan E pada pasien oral submucous fibrosis. Konsumsi biji pinang, sirih, dan tembakau menyebabkan perubahan persepsi rasa yang mempengaruhi asupan nutrisi, yang kemudian menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan vitamin dalam tubuh. 

Dengan mengetahui perubahan signifikan terkait laktat dehidrogenase, lipid peroksidase, malondialdehida, glutation, glutation peroksidase, dan vitamin pada saliva penderita oral submucous fibrosis, diharapkan dapat menjadi alat diagnosis. Penerapan dan metode pengukuran dapat dilakukan sebagai bentuk skrining terutama pada mereka yang memiliki kebiasaan mengunyah biji pinang, sirih, dan tembakau, sehingga menurunkan risiko perkembangan kanker mulut.

Penulis: Meircurius Dwi Condro Surboyo

Link: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0009912024000845

Baca juga: Wujudkan Budidaya Maggot Berkelanjutan, Magny Team beri BIMTEK ke MasyarakatÂ