Universitas Airlangga Official Website

Pharmacomicrobiomics Mikrobiota Usus pada Metabolisme Obat dan Xenobiotik

Ilustrasi oleh Yale Environment 360

Mikrobioma usus adalah ekosistem biologis yang sangat beragam dan kompleks yang diperkirakan terdiri dari lebih dari 5 juta gen berbeda dan 100 triliun sel. Mikrobiota usus terdiri dari beberapa filum dominan, seperti Proteobacteria, Bacteroidetes, Actinobacteria, Firmicutes, Verrucomicrobia, dan Fusobacteria. Mikrobioma usus telah lama diabaikan oleh para ilmuwan dan sekarang menjadi semakin tren karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikrobioma usus memainkan peran penting dalam berbagai aspek kesehatan pada manusia. Mikrobiota manusia terus berubah sepanjang hidup seseorang dan mencerminkan status kesehatan setiap individu pada berbagai tahap kehidupan. Perubahan yang terjadi pada mikrobiota usus bisa bersifat sementara atau permanen yang dapat disebabkan oleh diet, stres, hormon, dan faktor lingkungan lainnya.

Pencarian untuk lebih memahami mikrobioma usus, mengarah pada konsepsi proyek genom manusia dan kemudian lebih jauh ke The Human Microbiome Project (HMP) yang didanai oleh NIH dengan tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk mengevaluasi spesimen lebih dari 250 sampel manusia sehat yang diambil dari berbagai bagian tubuh seperti vagina, saluran pencernaan, kulit, dan mulut dengan menggunakan teknologi high-throughput terbaru. Semua sampel ini dipelajari untuk menetapkan sejauh mana peran mikrobioma dalam kesehatan dan perkembangan penyakit dalam berbagai keadaan, dan juga untuk membangun basis data bagi komunitas ilmiah yang memungkinkan melalui pendekatan teknis seperti kemudahan akses data, kebaruan sumber data, teknik yang tervalidasi, dan penemuan terbaru. Perkembangan HMP saat ini memasuki fase Integrative Human Microbiome Project (IHMP) yang berfokus pada pemahaman fungsi mikrobiota pada gangguan tertentu seperti kelahiran prematur, gangguan inflamasi usus, diabetes tipe 2, dan interaksinya dengan host.

Perlu diketahui bahaawa mikrobiota usus seseorang terbentuk cukup awal dalam kehidupan dan mereka berkembang seiring dengan bertambahnya usia individu. Kita manusia terpapar pada berbagai molekul kecil yang asing bagi tubuh kita atau bias disebut dengan xenobiotik, seperti pada  bahan makanan, polusi lingkungan, dan obat-obatan. Triliunan bakteri yang hidup di usus kita atau yang disebut dengan mikrobiota usus manusia dapat mengubah struktur kimia bahan kimia ini, mengubah waktu paruh, kemampuan bioavail, dan efek biologis dan farmakologisnya. Sifat farmakokinetik obat dan xenobiotik dapat diubah oleh biotransformasi mikroba, yang terkadang penting untuk aktivasi prodrug dan dapat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan atau hilangnya kemanjuran suatu obat.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil review article di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu The Faseb Journal. Tujuan dari review article ini adalah penulis membahas bagaimana mikrobiota usus dapat memengaruhi metabolisme obat dan xenobiotik serta dampak interaksi mikrobioma usus terhadap obat saat respons klinis.

Dalam review dapat diketahui bahwa variasi cara manusia menanggapi agen terapeutik yang sama dalam praktik klinis adalah kejadian umum pada pasien. Ini sebelumnya dikaitkan dengan variasi genetik di seluruh populasi, namun dengan kemajuan dalam HMP, dilaporkan bahwa keragaman mikrobiota usus juga dapat mempengaruhi respons klinis di antara pasien yang berbeda yang menerima terapi yang sama. Meskipun ada pemahaman yang lebih baik tentang spesies mikroba kunci yang terlibat dalam metabolisme obat dan xenobiotik, alat dan penelitian yang tepat perlu dikembangkan untuk mengukur kelimpahan mikrobiota usus dan aktivitas metabolisme in situ.

Beberapa kesimpulan yang didapatkan dalam review ini antara lain adalah sebagian besar obat dan xenobiotik mengganggu komposisi dan keragaman mikrobiota usus yang mengarah ke dysbiosis yang dapat menyebabkan perkembangan beberapa penyakit dan masalah kesehatan. Bidang farmakomikrobiomik masih menjadi tren dan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana mikrobiota usus memetabolisme obat , mengaktifkan, menonaktifkan, atau menginduksi toksisitas agen anti-kanker, antibiotik atau obat hipertensi akan menciptakan lebih banyak kemungkinan mikrobiota usus untuk dieksplorasi. Selain itu, lebih banyak uji klinis harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang interaksi antara mikrobiota usus dan obat-obatan yang biasa diresepkan, terutama untuk penyakit kronis.

Penulis: Muhammad Miftahussurur

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut : https://faseb.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1096/fj.202101986R