Universitas Airlangga Official Website

Guest Lecture From Stanford University : Tuberculosis Epidemiology and Vulnerable Populations: Potential Future Research in Indonesia ?

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga mengadakan guest lecture dengan tajuk Tuberculosis epidemiology and vulnerable populations: potential future research in Indonesia? Siapa sangka pembicara kita kali ini adalah alumni FKM UNAIR yang sekarang berkiprah di Stanford University sebagai Post-doctoral Research Fellow. Kuliah tamu ini dilakukan pada Selasa, 8 Agustus 2023 secara hybrid di aula Sabdoadi FKM UNAIR dan zoom meeting. Peserta kuliah tamu ini sangat antusias yang terdiri dari mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat, Magister Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Magister Epidemiologi, Mahasiswa magister asing, tenaga pendidik, dan staf pengajar dari berbagai departemen / divisi FKM UNAIR.

Berdasarkan data yang disampaikan Dr. Argita Salindri hampir 90% penderita TB tinggal di LMICs dan sekitar 95% kematian akibat TB dilaporkan berasal dari LMICs. Tingkat penyakit metabolik dan kardiovaskular meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan di LMICs. Faktor risiko TB lainnya seperti merokok, koinfeksi HIV, malnutrisi, pemenjaraan juga sangat lazim di LMICs.

Pada tahun 2022, Indonesia memiliki beban TB tertinggi kedua di dunia. Diperkirakan ada kurang lebih 1 juta kasus TB baru setiap tahunnya. Perkiraan angka kejadian adalah 354 per 100.000 penduduk. Faktor risiko TB terdiri dari diabetes sebanyak 19,5 juta pada tahun 2021 dan diproyeksikan meningkat menjadi 28,5 juta pada tahun 2045. Selain itu tingkat merokok sebanyak 76,2% di antara laki-laki dan 3,6% di antara perempuan. Faktor lainnya HIV sebanyak 540.000 ODHA pada tahun 2021 (anak-anak dan dewasa), pemenjaraan dan kepadatan penghuni sebanyak 275.518 di tahun 2022 dengan kapasitas resmi 132.107 dengan tingkat hunian 208,6%. Faktor risiko umum lainnya penggunaan narkoba, penyalahgunaan alkohol, malnutrisi, dan lainnya.

Dr. Argita telah melakukan beberapa penelitian terkait TB, antara lain TB dengan diabetes. Diketahui diabetes dikaitkan dengan waktu yang lebih lama untuk mencapai kultur dahak yang negatif (periode infeksi yang lebih lama). Diabetes juga meningkatkan risiko kematian selama pengobatan TB. Mengintegrasikan pengobatan diabetes dan TB dapat mencegah penularan TB lebih lanjut dan kematian dini selama pengobatan TB. Risiko kematian pasca TB meningkat di antara individu yang memiliki komorbiditas yang sudah ada sebelumnya (terutama HIV). Penyakit paru pasca-TB sering terjadi, meskipun sudah ada penyembuhan secara mikrobial, yang mengindikasikan bahwa orang yang selamat dari TB mungkin menderita sisa peradangan.

Kuliah tamu ini mendukung terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya tujuan ke 3. SDGs goal 3 mengangkat tema kesehatan dan kesejahteraan. Goal ini berkaitan dengan Tuberculosis epidemiology and vulnerable populations. Upaya peningkatkan pengetahuan terkait faktor risiko dari TB dan penanggulangannya pada masyarakat akan mengurangi risiko kesehatan yang terjadi.

Penulis: Bian Shabri Putri Irwanto, S.KM., M.KKK