Universitas Airlangga Official Website

Potensi Buah Makasar sebagai Antituberkulosis Ditinjau dari Studi In-siliconya

Foto by Alomedika

Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dengan 30.000 tumbuhan obat yang mempunyai aktivitas biologis. Dalam pengobatan tradisional, ada 100 tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia. Obat tradisional Indonesia terdiri dari bahan tanaman tunggal atau campuran dari beberapa tanaman obat, yang digunakan baik dalam pencegahan penyakit dan dalam mengobati tertentu penyakit secara turun-temurun. Brucea javanica yang dikenal dengan Buah Makasar di banyak negara Asia termasuk Indonesia. Tanaman ini mengambil berupa semak tegak setiap tahun dan tumbuh liar di hutan atau halaman. Buah tanaman ini memiliki rasa yang sangat pahit sehingga tidak bisa langsung dikonsumsi dan sering digunakan sebagai obat tradisional untuk pencegahan beberapa penyakit.

Saat ini telah ditemukan Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap pengobatan tuberkulosis lini pertama yaitu rifampisin dan isoniazid dan sering dinyatakan sebagai resistensi multi-obat (MDR). Dari studi literatur, belum ada penelitian tentang efektivitas Buah Makasar pada penyakit tuberculosis, sehingga kami tertarik untuk meneliti mengenai hal tersebut dan mengujinya secara komputasi. Penelitian ini juga dilandasi oleh masalah kurangnya kemanfaatan obat herbal asli Indonesia dalam penanggulangan penyakit, terutama penyakit tropis, seperti TBC.

Dari berbagai referensi yang berhasil kami temukan, kandungan terbesar yang terdapat pada tanamanan Brucea javanica merupakan senyawa kuasinoid yang merupakan turunan terpenoid. Senyawa kuasinoid ditemukan di Brucea javanica dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan pada struktur kimianya, yaitu Bruceines, Bruceosides dan yadanziosides yang kemudian kami tambatkan ke enzim InhA yang ditemukan di dinding Mycobacterium tuberculosis secara komputasi.  Apun program yang kami gunakan adalah Molegro Virtual Docker (MVD) Ver. 5.5. dengan ligan asli, yaitu N-(4- Methylbenzoyl)-4-Benzylpiperidine (kode: 4PI) dan referensinya senyawa isoniazid.

Diantara semua turunan quasinoid yang ditemukan pada tanaman Brucea javanica, turunan bruceosides diperkirakan paling kuat dalam menghambat enzim InhA yang diproduksi langsung oleh Mycobacterium tuberculosis karena senyawa bruceoside F memiliki Skor Moldock paling rendah dibandingkan dengan ligan asli dan 27 senyawa lainnya, yaitu -190,76 Kkal/mol. Semakin kecil nilai hasil uji komputasi yang dihasilkan artinya senyawa tersebut diprediksi akan semakin efektif dalam menghambat bakteri penyebab penyakit tuberkulosis. Untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai obat antituberkulosis maka perlu diuji secara in-vitro pada Mycobacterium tuberculosis di penelitian mendatang.

Penulis: Melanny Ika Sulistyowaty, S.Farm., M.Sc., Apt.

Untuk informasi yang lebih lengkap dapat dilihat pada artikel aslinya dengan judul:

In silico study of phytochemicals contained in brucea javanica in inhibiting the InhA enzyme as antituberculosis, pada tautan berikut ini:

https://www.publichealthinafrica.org/jphia/article/view/2518