Saat pandemi Covid-19 melanda yang terjadi kurang lebih selama 2 tahun dengan
memberikan dampak besar bagi semua kalangan. Dari kejadian ini banyak beberapa kafe yang
tutup dan bangkrut, beberapa pengusaha kafe memikirkan strategi dalam menghadapi situasi
tersebut dengan melakukan pembelian minuman dan makanan secara online melalui grabfood,
gofood, shopeefood dan beberapa aplikasi lainnya. Selain itu, adanya wabah Covid-19 ini
menyebabkan kebijakan dari Presiden Joko Widodo untuk membatasi aktivitas di luar, dengan
kerja, belajar dan ibadah di rumah. Pastinya hal ini sangat memberikan dampak bagi semua kafe,
membuat pengunjung kafe pun jadi menurun drastis dari sebelum adanya fenomena pandemi
Covid-19 ini. Selama pandemi juga membuat banyaknya kafe yang menutup fasilitas dine-in
hingga berkurangnya omset kafe, padahal biasanya kafe menyediakan fasilitas WiFi dan AC,
namun dikarenakan adanya pandemi seluruh sektor kafe dan restoran tidak melayani secara
dine-in namun beralih ke strategi penjualan online. Bukan hanya melalui e-commerce tapi juga
melalui sosial media seperti instagram dan facebook.
Seiring berjalannya waktu, pemberlakuan untuk PSBB sudah dicabut, para pekerja dan
siswa-siswa mulai melakukan aktivitasnya kembali, dengan melakukan aktivitas secara hybrid
maupun full offline. Sehingga kafe menjadi salah satu destinasi bagi para pekerja maupun
mahasiswa yang sedang hybrid ketika mereka sedang bosan berada di rumah. Walaupun seluruh
kalangan perlu melakukan adaptasi yang tinggi dengan situasi yang baru seperti menggunakan
masker, mambawa handsanitizer dan melakukan cek suhu sebelum pelanggan masuk. Selain itu
beberapa kafe menerapkan sistem pembelian secara online maupun offline, sehingga hal
keduanya berjalan bersamaan. Dengan adanya penerapan ini menjadi langkah yang cemerlang
untuk mengalami efek samping dari pasca pandemi Covid-19, karena seiring berjalannya waktu
sudah banyak orang yang ingin kembali bersosialisasi dan destinasi kafe pun mulai menjadi
tujuan utama untuk berkumpul dengan teman, kerabat maupun keluarga. Ketua Bidang Pelatihan
Bisnis Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia (Apkulindo) mengatakan bahwa adanya media
digital membuat sektor bisnis memiliki potensi untuk terus berkembang setelah pandemi, dan hal
ini perlu dilakukan karena pasar terbesar saat ini adalah aktivitas anak sekolah dan kantor
sehingga hal ini membuat oprtimis bagi para pengusaha sektor kuliner untuk mengembangkan
bisnisnya asal memiliki konsep dan target market yang jelas dan tepat.
Untuk mengupayakan pencegahan resesi ekonomi, pemerintah perlu memberikan
langkah dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional dengan menghindari potensi konflik di
tahun politik. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi sektor industri kafe, restoran, fashion dan
berbagai indsturi lainnya. Namun dalam meminimalisir resesi ekonomi dengan adanya sektor
usaha kafe yang mulai marak di Indonesia ini bisa dikatakan sebagai salah satu sektor bisnis
yang tepat untuk dikembangkan saat ini. Berdasarkan dari data Asosiasi Pengusaha Kafe
Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim terjadi peningkatan yang cukup signifikan setelah pandemi
di Kota Surabaya, yang diprediksi bahwa industri makanan dan minuman di Jawa Timur akan
tumbuh kemungkinan sekitar 30% seiring dengan pemulihan ekonomi. Peningkatan ini
dikarenakan adanya dukungan dari pertumbuhan investor baru di bidang kuliner yang terjadi di
semua segmen mulai dari restoran, kafe, kedai dan warung dengan tren ala Korea dan Jepang.
Dengan adanya peningkatan ini bisa membantu untuk memulihkan ekonomi setelah
pandemi, terlebih dengan adanya potensi pasar yang berasal dari generasi muda. Karena generasi
muda cenderung untuk lebih terbuka terhadap hal dan tren yang baru sehingga memiliki daya
beli yang cukup dan menjadi target pasar yang lebih efektif untuk sektor usaha perkafean ini. Di
tahun politik ini juga menjadi dampak positif bagi perkembangan ekonomi termasuk pada
industri kafe. Menurut Kemenperin bahwa Indonesia di tahun politik 2023 ini akan memacu
pertumbuhan industri makan dan minuman termasuk dengan kafe, karena pada aktivitas ini
memberikan peluang dengan adanya kebutuhan banyaknya makanan dan minuman termasuk
layanan dari kafe untuk melakukan pesta demokrasi.
Tantangan sektor usaha kafe yang akan dihadapi nantinya ialah banyaknya kompetitor,
dengan banyaknya kompetitor ini juga mempengaruhi persaingan harga yang semakin ketat,
dikarenakan adanya kafe-kafe baru yang memberikan penawaran harga termurah dalam menarik
pelanggan. Bukan hanya harga tetapi juga dengan banyaknya cafe yang memberikan inovasi
menu dan terus memperbarui menu-nya agar pelanggan dapat tertarik dengan menu-menu baru
mereka. Lokasi kafe pun menjadi salah satu strategi persaingan untuk menarik pelanggan serta
adanya persaingan pemasaran dan branding. Biasanya kafe baru yang sudah matang dalam
konsepnya lebih memiliki strategi pemasaran dan branding yang tepat dibandingkan kafe yang
berdiri sejak lama.
Namun dari tantangan-tantangan tersebut yang perlu dihadapi yaitu salah satu solusinya
dengan melakukan kolaborasi dengan bisnis lain, kolaborasi ini juga membuat strategi
pemasaran lebih efektif dan tepat sasaran. Karena dengan adanya brainstorming bersama dengan
partner bisnis dan juga lebih meminimalisir overbudget dalam mendirikan bisnis kafe. Jenis
kolaborasi juga dapat dilakukan dengan event bersama atau pop up untuk menarik pelanggan dan
kolaborasi platform online bersama yang dapat membantu mengurangi biaya dan memperluas
jangkauan pasar di dalamnya. Sebelum melakukan kolaborasi sangatlah penting untuk
menganalisa hal-hal yang dibutuhkan dan memiliki visi maupun tujuan yang sama agar saat
berkolaborasi prosesnya dapat berjalan dengan baik. Dari adanya solusi ini juga membantu
ekonomi untuk terus maju dan meminimalisir terjadinya resesi ekonomi bagi bisnis perkafean.
Penulis: Farisa Alyani Desnithalia (Mahasiswa Magister Pengembangan Sumber Daya Manusia Peminatan Industri Kreatif Universitas Airlangga)