Kebutuhan akan bahan kimia pertanian yang lebih ramah lingkungan telah mendorong pencarian produk alternatif berbasis biologis. Biosurfaktan, senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme seperti bakteri, memiliki potensi untuk menggantikan surfaktan sintetis dalam formulasi biosida kimia. Di antara berbagai jenis biosurfaktan, biosurfaktan yang diproduksi oleh Bacillus menawarkan kelebihan dalam hal efektivitas, keamanan, dan keberlanjutan. Bacillus adalah kelompok bakteri Gram positif yang dikenal kemampuannya dalam memproduksi berbagai jenis biosurfaktan. Biosurfaktan adalah senyawa green surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan kelarutan. Beberapa jenis biosurfaktan yang diproduksi oleh Bacillus termasuk lipopeptida, seperti surfaktin A,B,C,D; fosfolipid; dan glikolipid.
Bacillus yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tanah Taman Nasional Baluran, Jawa Timur, Indonesia. Deteksi awal yang digunakan untuk menguji kemampuan bakteri dalam menghasilkan biosurfaktan pada penelitian ini adalah dengan uji aktivitas hemolitik sel darah, pengukuran keberadaan lapisan gelembung dan tegangan permukaan. Dari ketiga uji ini menunjukkan bahwa bakteri Bacillus positifdapat menghasilkan senyawa biosurfaktan. Selanjutnya, peneliti mencoba untuk memproduksi biosurfaktan yang melibatkan biosintesis biosurfaktan dalam kondisi fermentasi. Proses ini memerlukan nutrisi yang spesifik dan kondisi lingkungan yang mendukung, seperti komposisi substrat dan masa waktu tumbuh yang sesuai, pH, serta suhu dan agitasi fermentasi yang optimal. Studi menunjukkan bahwa isolat Bacillus dapat menghasilkan biosurfaktan dalam jumlah besar, dengan efisiensi tinggi, dan dengan karakteristik yang cocok untuk aplikasi pertanian. Pengujian aktivitas anti jamur yang dihasilkan oleh bakteri pada penelitian ini menunjukkan kemampuannya yang sangat baik dalam menekan pertumbuhan jamur patogen tanaman terhadap Fusarium oxysporum.
Dari hasil penelusuran, biosurfaktan memiliki beberapa kelebihan, seperti mudah teruraikan di lingkungan dan tidak beracun, bersifat spesifik dan meningkatkan efektivitas pengendalian jamur patogen, serta dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti industri, pertanian, makanan dan minuman, farmasi, maupun kosmetik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biosurfaktan yang diproduksi oleh Bacillus BT3.1 menunjukkan potensi besar untuk digunakan penyusun green biosida, sehingga menjadi tawaran solusi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan kimia sintetis. Meskipun masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi, penelitian terus berlanjut untuk mengoptimalkan produksi dan aplikasi biosurfaktan. Dengan dukungan teknologi dan kebijakan yang tepat, Bacillus penghasil biosurfaktan dapat menjadi komponen kunci dalam pengembangan green biosida yang lebih berkelanjutan dan aman bagi lingkungan.
Penulis: Dr. Salamun, Drs., M.Kes
Link Jurnal: https://smujo.id/biodiv/article/view/17261/7840
Baca juga: Meta-Analisis Efek Probiotik Lactobacillus sp sebagai Imunomodulasi Respon Inflamasi