Universitas Airlangga Official Website

Potensi Pandan sebagai antioksidan dan antimikroba

Ilustrasi tanaman pandan (foto; RRI)

Resistensi antimikroba (AMR) sangat berdampak pada pengobatan kontemporer dan layanan kesehatan yang efisien di seluruh dunia terhadap ancaman oleh penyakit menular yang terus-menerus. Pencarian obat antimikroba yang baru dan manjur sangatlah mendesak diperlukan karena resistensi antimikroba telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. 

Dengan lambatnya perkembangan obat-obatan baru, perusahaan farmasi investasi, penyalahgunaan antimikroba seperti antibiotik telah menjadi masalah yang signifikan kedokteran dan pertanian. Pada tahun 2050, menurut O’Neill (2016), AMR akan mengarah pada kematian 10 juta penduduk per tahun melampaui kanker sebagai penyebab utama kematian. Prediksi yang meresahkan dan tren AMR saat ini telah memotivasi para peneliti untuk mengisolasi dan menemukan senyawa bioaktif baru dari tanaman yang menargetkan resistensi mikroba juga terutama mengingat sekitar 50% obat-obatan dan nutraceutical yang ada terbuat dari bahan alami produk turunan.

Penggunaan tanaman secara historis untuk menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk penyakit menular, dan potensi mereka sebagai sumber agen antimikroba baru. Apalagi secara kimiawi kompleks Zat-zat tersebut memiliki potensi terapeutik yang sangat baik karena efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan obat-obatan yang diproduksi dan juga memiliki kemungkinan yang rendah untuk mengalami resistensi. Sekitar 1.340 flora telah diidentifikasi untuk sifat antibakteri spesifik, dan >30.000 antimikroba bahan kimia telah diekstraksi dari berbagai spesies tanaman. Dalam pertempuran melawan AMR, herbal pengobatan telah terbukti menjadi alat yang efektif yang dapat digunakan sendiri atau bersamaan strategi antibiotik yang ada. Pandan (Pandanus amaryllifolius) Roxb. Lindl. adalah tanaman asli dan tersedia secara luas di Indonesia. Memanfaatkan tanaman asli untuk mengekstraksi bahan-bahan penting demi perbaikan kehidupan adalah pendekatan berkelanjutan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Tumbuhan dari keluarga Pandanaceae yang banyak ditemukan di negara-negara Asia Tenggara. Pandan telah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional dan produk etnobotani. Karena Karena aromanya yang khas dan menyenangkan, daun pandan sering digunakan di Asia Tenggara untuk memberi rasa pada berbagai makanan, termasuk makanan yang dipanggang, makanan penutup, dan bahkan masakan rumahan. Pandan dengan daun harum masih mengandung bahan kimia 2-asetil-1-pirolin (2AP), yang bertanggung jawab atas parfum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pandan. merupakan sumber bahan kimia fenolik dan flavonoid. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa daun dan akar pandan mengandung zat bioaktif seperti fenolik senyawa dan flavonoid, yang berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mengais superoksida bebas radikal.

Dalam upaya menemukan dan mengeksplorasi senyawa bioaktivitas yang dapat bersifat antimikroba calon agen, terdapat peningkatan minat dalam meneliti kemungkinan antibakteri aktivitas pandan dan komponennya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi antioksidan dan antimikroba ekstrak etanol pandan dengan mengevaluasi aktivitasnya secara in silico dan in vitro. Temuan ini bisa memberikan manfaat hasil untuk memahami potensi farmasi pandan sebagai sumber antioksidan baru dan bantuan dalam pengembangan terapi inovatif untuk pengobatan penyakit menular. Selain itu, penelitian ini berkontribusi baik terhadap 5 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 17): yaitu. kesehatan dan kesejahteraan yang baik, kota dan komunitas yang berkelanjutan, pendidikan berkualitas, kehidupan di darat, dan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, dll dan diadopsi sebagai “cetak biru bersama untuk perdamaian dan kemakmuran bagi manusia dan planet ini, sekarang dan di masa depan.” pada tahun 2015.

Ekstraknya dianalisis kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) untuk mengidentifikasi senyawa yang dikandungnya. Analisis GC-MS mendeteksi adanya 52 zat bioaktif, dengan asam n-heksadekanoat, 9, 12, 15-asam oktadecatrienoat, benzofuran 2,3-dihidro-. asam kuinat, neophytadiene sebagai senyawa utama. Studi penambatan molekul menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki afinitas pengikatan yang tinggi terhadap protein target, sehingga menghambat aktivitas mereka. Ekstrak etanol pandan menunjukkan aktivitas antioksidan dan antimikroba. IC50 adalah 11,96 ± 4,01 μg/ml dan 26,18 ± 7,44 μg/ml untuk DPPH dan ABTS. Diameter zona hambat (DIZ) dan persentase penghambatan (PI) dihitung dan bervariasi untuk setiap pathogen 16,44 ± 1,21 mm/66,76 ± 4,92% (50%) dan 21,22 ± 0,11 mm/82,49 ± 3,91% (50%) untuk E. coli dan S. aureus (DIZ/PI) masing-masing. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan informasi tentang mekanisme ekstrak pandan sebagai antimikroba alami dan meletakkan landasan bagi penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa aktif sebagai agen antimikroba.

Penulis: Dwi Kusuma Wahyuni, S.Si., M.Si.

link: Antimicrobial potentials of Pandanus amaryllifolius Roxb.: Phytochemical profiling, antioxidant, and molecular docking studies