Universitas Airlangga Official Website

Prawirotaman, Hangat Bagai Rumah, Kembali Bangkit Pasca Pandemi

Foto by Tribun Jogja

Prawirotaman, sebuah daerah dengan julukan ‘kampung turis’ terletak pada kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta ini memiliki kesan tersendiri bagi para pengunjungnya. Menjadi salah satu tempat destinasi menginap bagi para turis, Prawirotaman memiliki banyak penginapan-penginapan dengan variasi yang beragam. Tidak hanya menjadi tempat bagi para turis untuk menginap, Prawirotaman terkenal memiliki kekentalan atmosfer budaya khas Jawa yang dipadukan dengan kreatifitas warga lokal menjadi suatu daerah yang unik.  Cafe-cafe tematik, pasar tradisional, bangunan-bangunan khas kesederhanaan menjadi daya tarik utama mengapa kampung ini disebut kampung turis.

Prawirotaman, Hangat Bagai Rumah

Mari, saya akan membawa anda kedalam pengalaman berkesan yang membuat saya memuja-muji kehangatan yang ditawarkan oleh Prawirotaman ini.

Pengalaman Prawirotaman anda akan dimulai dengan mengagumi arsitektur Joglo yang unik. Bangunan-bangunan khas budaya jawa yang ditata secara apik serta dipadukan dengan kreatifitas warga lokal membuat suatu keindahan visual yang berpadu. Berjalan kaki disini anda akan menukan gang-gang kecil yang terdapat kafe-kafe serta penginapan-penginapan yang dirancang secara unik dan bervariatif. Jangan heran jika masyarakat setempat sangatlah ramah, hal ini lah yang membuat Prawirotaman terkenal dengan kehangatan serta interaksi yang menjadikan suatu kenangan indah tersendiri. Saya sendiri merasakan atmosfer seperti sedang menjelajahi labirin kehidupan yang penuh warna.

Seni jalanan yang menghiasi dinding dan setiap sudut menambah sentuhan magis pada pengalaman ini. Setiap lukisan atau grafiti menawarkan gambaran sekilas tentang hati dan jiwa masyarakat Prawirotaman. Suara musik jalanan dan gelak tawa anak-anak yang bermain di halaman kecil memeriahkan suasana. Keragaman tempa-tempat hiburan serta pengunjungnya yang menyatu dari berbagai keragaman lokal dan pendatang. Membuat harmonisasi yang sangat hangat dan ramah. Seakan menuntut kita untuk melupakan seluruh emosi negatif serta kepiluan yang sedang dirasakan. Wajar bila Prawirotaman menjadi daerah yang sangat berkesan bagi banyak orang.

Redupnya Kehangatan Prawirotaman

Nuansa kehangatan bagai rumah di Prawirotaman nyatanya sempat redup. Pandemi Covid yang terjadi 2 tahun lamanya, menjadi salah satu ketakutan terbesar bagi pelaku bisnis di Yogyakarta khususnya di Prawirotaman. Bagimana tidak, seluruh tempat keramaian dipaksa tutup, turis pendatang pun dilarang datang. Kala itu, tempat-tempat hiburan yang dulunya menjadi tempat orang tertawa dan bercerita menjadi saksi bisu penerapan social distance yang harus dijaga. Seni jalanan yang menghiasi tembok Prawirotaman seakan berduka dalam diam karena hanya sedikit orang yang datang untuk mengagumi dan mengapresiasinya. Alunan musik jalanan yang tadinya mengiringi langkah kaki pengunjung kini terdengar lebih hening dan menyendiri. Pandemi ini telah meninggalkan jejak keheningan yang tidak diharapkan oleh siapa pun. Mencekik seluruh stakeholder didalamnya. Prawirotaman kala itu tak lagi hangat, percikan kehangatan yang dipaksa padam oleh keadaan.

Prawirotaman Bangkit!

Pasca pandemi COVID-19, Solidaritas warga lokal Prawirotaman saling bahu-membahu merangkul sesama pelaku usaha untuk bangkit dari keterpurukan. Berbagai usaha dilakukan oleh warga lokal untuk menarik kembali turis-turis untuk datang ke Prawirotaman. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu `Event Collaborative`. Pemilik Hostel/Hotel, Bar/café-café Prawirotaman dengan solidaritas yang tinggi membuat acara event rutinan yang bertemakan musik serta panggung diskusi. Tidak ada rasa saling iri/dengki atau takut akan persaingan / sikut-sikutan, semua  meyakini satu tujuan yaitu `Prawirotaman Bangkit, Ramai Kembali`.

Tidak hanya itu, warga penduduk serta pelaku bisnis di Prawirotaman juga menyelenggarakan acara Festival Prawirotaman yang diadakan pada tanggal 13 November 2021. Festival Prawirotaman diselenggarakan untuk menunjukan potensi dan eksistensi dari para warga untuk bangkit bersama pasca pandemi covid-19 berakhir. Masyarakat berbondong-bondong memeriahkan acara serta menyelenggarakan acara doa bersama.

Terbukti usaha kolaboratif yang dilakukan oleh warga serta pelaku bisnis di Prawirotaman membuat Prawirotaman berangsur ramai kembali, hari demi hari. Hotel serta café-café yang awalnya tak terurus serta tertulis tutup permanent, akhirnya kembali beroperasional kembali. Pasar Prawirotaman yang awalnya tutup total, akhirnya kembali ramai dengan aktifitas perdangangan warga lokal. Keterpurukan perekonomian warga Yogyakarta khususnya Prawirotaman pun kembali merangkak perlahan naik berkat solidaritas tinggi warga yang saling bahu-membahu. Prawirotaman, hangat kembali seperti rumah.

Dampak Resesi Pada Sektor Parawisata

Berkaca pada masa pandemi yang menyebabkan keterpurukan perekonomian warga yang terjadi di Yogyakarta khususnya Prawirotaman, dampak resesi pada sektor pariwisata pun juga tidak dapat dianggap remeh. Dampak resesi terhadap sektor pariwisata terjadi ketika kondisi perekonomian yang sulit menurunkan aktivitas dan pendapatan industri pariwisata secara signifikan. Dampaknya beragam, antara lain berkurangnya jumlah wisatawan, berkurangnya pendapatan sektor pariwisata, serta dampak negatif terhadap usaha dan lapangan kerja sektor pariwisata. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan pariwisata mencakup peristiwa global seperti pandemi, krisis keuangan, dan ketidakstabilan politik. Fenomena ini menyebabkan seluruh stakeholder mengalami keterpurukan ekonomi yang disebabkan oleh resesi pada sektor parawisata ini.

Potensi Penduduk Indonesia Yang Di Dominasi Anak Muda Pada Sektor Parawisata

Potensi penduduk Indonesia yang berjumlah 280 juta jiwa serta mayoritas penduduknya berusia muda, mempunyai potensi besar di sektor pariwisata. Demografi muda ini menawarkan peluang untuk menarik wisatawan yang aktif, energik, dan berpikir kreatif. Memperluas daya beli, berpartisipasi dalam industri kreatif, memanfaatkan teknologi dan media sosial, serta fokus pada ekowisata dan gastronomi menawarkan potensi yang besar. Memaksimalkan potensi positif populasi muda dan mengembangkan industri pariwisata Indonesia memerlukan pengembangan destinasi baru dan kolaborasi antar pemangku kepentingan.

Penulis: Mohammad Habibi Surya Buwana (Mahasiswa S2 PSDM UNAIR)