Universitas Airlangga Official Website

Prediksi Keparahan dan Mortalitas Sepsis Pasien Diabetes Mellitus Memakai Biomarker Fungsi dan Kematian Neutrofil

Angka kejadian, kematian dan biaya pengobatan sepsis merupakan masalah kesehatan global di semua negara. Sepsis adalah keadaan gawat darurat dimana terjadi deviasi dan disregulasi respon imun terhadap stress (trauma, luka bakar, infeksi, keradangan) disertai dengan disfungsi organ vital tubuh. Sekitar 20% pasien sepsis disertai dengan penyakit penyerta Diabetes Mellitus. Keparahan sepsis ditandai dengan ada atau tidak adanya kelainan perfusi jaringan atau shock yang mengikuti disfungsi organ. Keparahan shock sepsis ini mempunyai karakteristik berbeda dengan tipe shock lain seperti shock hipovolemik, shock cardiogenic dan shock obstruktif. Pada shock sepsis terjadi vasodilatasi pathogen yang diinduksi oleh Nitric Oxide yang banyak dihasilkan oleh endotel pembuluh darah dan neutrophil yang teraktivasi oleh molekul pathogen dan sitokin proinflamasi.

Neutrofil adalah sel pertahanan tubuh alami dengan jumlah terbanyak, bekerja pertama kali dan paling cepat saat terjadi infeksi. Kondisi deviasi dan disregulasi respon imun pada neutrophil diharapkan dapat menjadi biomarker keparahan dan mortalitas pasien sepsis dengan diabetes mellitus. Peran fungsi utama neutrophil adalah sebagai sel fagosit dan sel yang dapat mengeluarkan granule untuk mengeliminasi pathogen infeksi. Neutrophil akan mengalami kematian sel melalui proses apoptosis atau autophagi tanpa menimbulkan keradangan.

Pada penyakit diabetes mellitus, kadar glukosa darah meningkat sehingga semua sel dalam tubuh termasuk neutrophil mengalami stress akibat transportasi glukosa intrasel yang berlebihan. Stres yang berulang dan irreversible menyebabkan menurunnya fungsi fagosit sel neutrophil, pengeluaran granule yang menyebabkan radang sampai terjadinya kerusakan dan kematian sel neutrofil. Kerusakan sel juga menyebabkan memori hiperglikemia yang merubah DNA epigenetic sel sehingga terjadi disfungsi dan disregulasi sel secara permanen meskipun kadar glukosa dalam darah tidak tinggi. Hal ini menyebabkan pasien diabetes mellitus mudah terkena infeksi yang mengarah ke sepsis dengan angka keparahan dan mortalitas yang meningkat.

Pada keadaan sepsis, tubuh berusaha mengeliminasi molekul pathogen dan kerusakan jaringan yang membahayakan dalam tubuh. Pada awal infeksi dan sepsis, produksi neutrophil di sumsum tulang menghasilkan neutrophil densitas normal yang kompeten dan mempunyai maturitas yang tinggi. Neutrofil densitas normal ini ditandai dengan ekspresi reseptor yang lengkap, fungsi efektor fagositosis dan sekresi granule yang optimal dan kematian sel fisiologis baik secara apoptosis, efferocytosis dan autophagy yang tidak menyebabkan inflamasi. Pada keadaan infeksi persisten dan sepsis lanjut, produksi neutrophil di sumsum tulang menghasilkan neutrophil densitas rendah yang ditandai dengan sel yang immature, ekspresi reseptor yang terbatas, fungsi efektor fagositosis, fungsi efektor sekresi granule yang tidak terregulasi serta kematian sel patologis melalui jalur nekrosis, necroptisis, pyroptisis dan NET-osis.

Jumlah sel neutrophil yang banyak dan kemudahan dalam pengambilan sampel sel neutrofil menjadikan parameter fungsi dan kematian sel menarik untuk dijadikan sebagai biomarker progresifitas keparahan dan mortalitas penyakit sepsis dengan penyakit penyerta Diabetes Mellitus. Peningkatan tehnologi analisis molecular dan pemahaman mengenai peran disregulasi sel neutrophil akan membuka wawasan baru pemakaian biomarker secara klinis untuk prediksi keparahan dan mortalitas sepsis dengan penyulit diabetes mellitus.

Penulis: Prof. Usman Hadi, dr., Ph.D., Sp.PD-KPTI.FINASIM

Detail tulisan ini dapat dilihat di:

https://narraj.org/main/article/view/532