Universitas Airlangga Official Website

Gangguan Pendengaran pada Lanjut Usia (PRESBIKUSIS)

Presbiskusis merupakan gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh proses degenerasi, diduga menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor herediter, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, atau bersifat multifactor. Beragam jenis gangguan pendengaran dan ketulian di atas menunjukkan bahwa beberapa diantaranya dapat dicegah (preventable) dan diminimalisir tingkat keparahannya. Gangguan pendengaran pada lansia bersifat kompleks dan multifaktorial. Penuaan merupakan hal yang rumit karena sindrom usia saling mempengaruhi di antara berbagai sistem organ, dan homeostasis dasar serta fisiologi berubah seiring bertambahnya usia. Gangguan pendengaran pada lansia sebagian besar disebabkan oleh gangguan pendengaran terkait usia atau presbikusis, meskipun prevalensi spesifiknya sulit ditentukan.

Pendekatan tradisional terhadap gangguan pendengaran memisahkan penyebab menjadi konduktif, sensorineural, atau campuran. Gangguan pendengaran konduktif disebabkan oleh ketidakmampuan rangsangan (gelombang suara) mencapai struktur telinga bagian dalam. Hal ini umumnya disebabkan oleh efusi telinga tengah, otosklerosis, kolesteatoma, dan impaksi saluran seperti serumen. Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh disfungsi transmisi suara dari telinga bagian dalam ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh presbikusis, paparan kebisingan, sindrom herediter, penyakit Meniere, patologi intrakranial, dan infeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia terkena gangguan pendengaran. Insiden gangguan pendengaran meningkat seiring bertambahnya usia, dimana prevalensinya meningkat hampir dua kali lipat setiap sepuluh tahun dalam hidup seseorang. Studi terbaru memperkirakan bahwa sekitar 63% orang dewasa berusia di atas 70 tahun di Amerika Serikat mengalami gangguan pendengaran pada tingkat tertentu. Seiring bertambahnya usia populasi, gangguan pendengaran diperkirakan akan meningkat prevalensinya.

Presbiskusis umumnya terjadi pada frekuensi tinggi dengan pemeriksaan audiometri nada murni terlihat penurunan pendengaran tipe sensorineural bilateral yang simetris. Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur dari koklea dan N.VIII. Adanya atrofi dan degenerasi dari sel-sel rambut penunjang pada organ corti merupakan perubahan yang terjadi pada koklea. Stria vaskularis juga mengalami atrofi disertai dengan perubahan vaskular. Selain itu sel ganglion, sel saraf, dan myelin akson saraf mengalami penurunan jumlah dan ukuran dari sel-selnya.

Keluhan utama dari presbiskusis adalah penurunan pendengaran secara perlahan, progresif dan simetris pada kedua telinga. Selain itu, terdapat telinga berdenging nada tinggi, mendengar suatu percakapan namun sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat disertai tempat dengan latar belakang suara yang bising. Usia lanjut dengan keluhan presbiskusis akan mengalami berbagai permasalahan seperti penurunan interaksi dengan masyarakat, perasaan terisolasi, depresi, menarik diri, dan membatasi kemampuan dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari akibat terganggunya proses komunikasi. Menurut WHO kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi mereka di kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di tempat mereka tinggal dan hidup dalam hubungannya pada tujuan mereka, harapan, standar, dan kekhawatiran .

Audiogram adalah landasan evaluasi diagnostik gangguan pendengaran. Oleh karena itu, rujukan untuk pemeriksaan oleh audiolog merupakan komponen penting bagi setiap pasien yang diduga mengalami gangguan pendengaran. Pemeriksaan audiometri biasanya melibatkan audiometri nada murni untuk menilai konduksi tulang dan udara pada berbagai frekuensi dari rendah hingga tinggi untuk menentukan ambang pendengaran. Tes ini menentukan rentang dan sifat gangguan pendengaran (konduktif, sensorineural, atau campuran). Pemeriksaan juga biasanya mencakup persepsi suara, pengenalan suara, timpanometri, dan refleks akustik. Selain audiologi, jika penyebab spesifik gangguan pendengaran menjadi perhatian, seperti schwannoma atau kolesteatoma, peran pencitraan, dengan computerized tomography atau magnetic resonance imaging, sering kali diperlukan untuk diagnosis.

Penulis: Prof. Dr. Nyilo Purnami, dr. Sp.THT-KL(K).FICS

Detail tulisan ini dapat dilihat di:

https://journals.lww.com/ijoo/fulltext/2023/29020/the_relationship_between_degree_of_hearing_loss.7.aspx