Anemia merupakan ancaman global di kalangan wanita usia subur (WUS), atau wanita berusia 15–49 tahun, baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi anemia pada WUS empat kali lebih tinggi di negara berkembang, berdasarkan studi dan survei luas yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF. Namun, masih terbatas studi yang melakukan analisis terpadu mengenai prevalensi anemia di negara-negara berpenghasilan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan anemia di kalangan wanita usia subur di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs). Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan (DHS) di 46 negara berpenghasilan rendah dan menengah selama tahun 2010–2021.
Statistik deskriptif proporsi antara ibu hamil dan tidak hamil dinilai. Regresi logistik biner multilevel digunakan untuk menguji faktor yang berhubungan dengan anemia pada wanita usia subur. Sebanyak 881.148 wanita usia melahirkan di LMICs termasuk dalam penelitian ini. Penelitian ini menemukan prevalensi anemia yang tinggi sebesar 45,20% (CI 95% 41,21, 49,16) pada wanita hamil dan 39,52% (CI 95% 33,88, 45,15) anemia diamati pada wanita tidak hamil. Status pendidikan, status kekayaan, ukuran keluarga, paparan media, dan tempat tinggal adalah faktor umum yang secara signifikan berhubungan dengan anemia baik pada wanita hamil maupun tidak hamil. Beban global anemia yang tinggi di LMICs terus menekankan perlunya pendekatan tidak biasa dan intervensi yang ditargetkan pada basis individu. Komitmen dan gerakan global untuk mengurangi prevalensi anemia perlu ditinjau kembali dan didesain ulang untuk kondisi saat ini.
Penulis: Adugnaw Zeleke Alem, Ferry Efendi, Lisa McKenna, Eva Belingon Felipe-Dimog, Dagmawi Chilot, Santo Imanuel Tonapa, Ika Adelia Susanti & Agus Zainuri
Jurnal: Prevalence and factors associated with anemia in women ofreproductive age across low- and middle-income countries based on national data