Penduduk usia lanjut merupakan konsumen obat yang paling signifikan dan populasi yang tumbuh paling cepat. Penggunaan polifarmasi atau penggunaan lebih dari 5 obat atau lebih, telah menjadi subjek yang memiliki banyak pertimbangan di beberapa tahun terakhir. Pasien lanjut usia lebih rentan menghadapi masalah polifarmasi karena dengan bertambahnya usia, tidak hanya memepengaruhi cara tubuh menangani pengobatan, tetapi juga karena mengonsumsi lebih banyak obt dibandingkan dengan yang lebih muda.
Banyaknya obat yang dikonsumsi dikaitkan dengan kompleksitas regimen pengobatan dan risiko tinggi terhadap kejadian yang tidak diharapkan, interaksi obat, ketidakpatuhan, penurunan kualitas hidup, dan berbagai efek sampiing. Prevalensi polifarmasi berkisar anata 10% hingga 90% secara global, dan prevalensi polifarmasi di Pakistan berkisar hingga 70%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ini merupakan studi pertama yang menyelidiki faktor risiko terkait dengan polifarmasi pada pasien lanjut usia di Pakistan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari rumah sakit pendidikan perawatan tersier di Swat, Pakistan dengan melalui profil rekam medis pasien dari Januari hingga Desember 2021. Jumlah total pasien yang diikutseertakan dalam penelitian ini adalah 800 pasien. Rata-rata usia pasien adalah 68,61 (SD = ±0,328), dan rata-rata lama tinggal di rumah sakit adalah 3,89 (SD = ±0,078). Rata-rata jumlah obat yang digunakan selama tinggal di rumah sakit adalah 6,62 (SD = ±0,060). Hipertensi (36,9%), diabetes melitus (22,8%), dan asma (21,4%) merupakan kondisi klinis yang banyak ditemui. Prevalensi polifarmasi terjadi sebesar 51,9% pada saat keluar rumah sakit.
Jenis kelamin perempuan (OR = 0,469) memiliki risiko yang relatif lebih rendah untuk menerima polifarmasi. Pasien rawat inap yang lebih lama dan penggunaan obat yang lebih banyak di rumah sakit (masing-masing OR = 1,1295, OR = 17,189) memiliki risiko tinggi untuk menerima polifarmasi saat keluar dari rumah sakit. Selanjutnya, pasien yang didiagnosis dengan penyakit pembuluh darah perifer (OR = 4,689), kecelakaan serebrovaskular (OR = 2,764), penyakit paru obstruktif kronik (OR = 3,748), asma (OR = 2,321), dan diabetes melitus (OR = 2,754) memiliki risiko lebih tinggi untuk menerima polifarmasi.
Dengan menemukan tingginya prevalensi polifarmasi saat keluar dari rumah sakit di Pakistan dan faktor risiko terjadinya polifarmasi, dapat membantu mengurangi kejadian polifarmasi dengan membentuk strategi yang tepat untuk meminimalkan penggunaan polifarmasi dan mencegah risiko terjadinya masalah akibat obat pada awal masuk rumah sakit atau pulang dari rumah sakit.
Artikel selengkapnya : Faisal, S., khotib, J., & Zairina, E. (2024). Prevalence and predictors of polypharmacy in elderly patients discharged from a tertiary care teaching hospital in Swat, Pakistan: A retrospective cross-sectional study. Pharmacy Education, 24(3), p. 1–6.
Penulis : Shah Faisal, Junaidi Khotib, Elida Zairina
Link: https://doi.org/10.46542/pe.2024.243.16
Baca juga: Perbandingan Biaya Rumah Sakit Riil dan Tarif INA-CBG untuk Penyakit Stroke di Indonesia