Penggunaan pre-exposure prophylaxis (PrEP) telah menjadi strategi pencegahan utama dalam upaya mengurangi penularan HIV di berbagai kelompok populasi yang berisiko tinggi. PrEP melibatkan penggunaan obat antiretroviral oleh individu yang belum terinfeksi HIV sebagai langkah pencegahan untuk menghindari tertular virus tersebut. Walaupun efektivitas PrEP dalam mencegah infeksi HIV telah terbukti, ada kekhawatiran tentang potensi munculnya mutasi resistensi obat (DRM) di kalangan pengguna PrEP. Mutasi ini dapat mengurangi efektivitas pengobatan HIV di masa mendatang, sehingga pemahaman yang lebih mendalam tentang prevalensi dan risiko DRM sangat penting.
Melalui analisis meta, kami mengkaji berbagai studi yang meneliti prevalensi DRM di kalangan pengguna PrEP. Hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi DRM pada pengguna PrEP relatif rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa risiko DRM yang terkait dengan penggunaan PrEP juga rendah. Dalam analisis ini, tidak ditemukan bukti signifikan yang menunjukkan peningkatan risiko DRM pada pengguna PrEP dibandingkan dengan non-pengguna PrEP. Data ini penting karena memberikan kepercayaan lebih bahwa PrEP dapat digunakan secara luas tanpa menimbulkan risiko besar terhadap pengembangan resistensi obat.
Dengan bukti bahwa prevalensi DRM rendah, penting bagi kita untuk mempertimbangkan perluasan program PrEP ke populasi HIV-negatif yang berisiko tinggi. PrEP telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko penularan HIV pada kelompok seperti pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM), pekerja seks, dan pasangan serodiskordan (di mana satu pasangan terinfeksi HIV dan yang lainnya tidak). Perluasan program PrEP dapat membantu menurunkan angka infeksi HIV baru secara signifikan, terutama di wilayah dengan prevalensi HIV yang tinggi.
Meski prevalensi DRM rendah, pemantauan yang kuat tetap diperlukan untuk memastikan bahwa penggunaan PrEP tidak memicu perkembangan resistensi obat yang signifikan di masa depan. Sistem pemantauan harus mencakup pengujian berkala terhadap resistensi obat pada pengguna PrEP serta pelaporan hasil secara transparan. Dukungan kepatuhan juga sangat penting. Pengguna PrEP harus mendapatkan edukasi yang memadai mengenai pentingnya kepatuhan terhadap regimen obat yang telah ditentukan, serta dukungan berkelanjutan untuk memastikan mereka dapat mengikuti pengobatan dengan benar.
Mengintegrasikan program PrEP dengan program pengobatan HIV yang sudah ada dapat memberikan manfaat ganda. Pertama, hal ini dapat memastikan penggunaan sumber daya yang efisien dan memaksimalkan cakupan intervensi. Kedua, integrasi ini memungkinkan pemantauan yang lebih komprehensif terhadap resistensi obat, karena data dari pengguna PrEP dan pasien yang sudah terinfeksi HIV dapat digabungkan untuk analisis yang lebih mendalam.
Peningkatan berbagi data dan kolaborasi antar negara dan institusi merupakan langkah penting dalam memerangi resistensi obat. Data yang terkumpul dari berbagai sumber dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pola dan tren DRM, sehingga kebijakan yang lebih efektif dapat dirancang. Selain itu, kolaborasi internasional dapat mempercepat pengembangan kapasitas dalam pengujian dan pemantauan DRM, terutama di negara-negara dengan sumber daya terbatas.
Penelitian longitudinal diperlukan untuk memantau efek jangka panjang dari penggunaan PrEP dan mengidentifikasi faktor risiko tambahan yang mungkin berkontribusi terhadap pengembangan DRM. Studi jangka panjang ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana penggunaan PrEP dapat dioptimalkan untuk mencegah resistensi obat, serta mengidentifikasi populasi atau kondisi tertentu yang mungkin memerlukan pendekatan berbeda.
Penggunaan PrEP telah terbukti efektif dalam mencegah penularan HIV dan memiliki prevalensi rendah terhadap pengembangan mutasi resistensi obat. Namun, untuk memastikan bahwa PrEP tetap menjadi alat yang aman dan efektif dalam pencegahan HIV, diperlukan upaya yang berkelanjutan dalam pemantauan, dukungan kepatuhan, integrasi program, peningkatan berbagi data, dan penelitian jangka panjang. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat memaksimalkan manfaat PrEP sambil meminimalkan risiko resistensi obat, sehingga mendukung upaya global dalam memerangi epidemi HIV.
Penulis: Brian Eka Rachman, dr., Sp.PD
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat di:
Rachman, B.E., Khairunisa, S.Q., Wungu, C.D.K. et al. Low clinical impact of HIV drug resistance mutations in oral pre-exposure prophylaxis: a systematic review and meta-analysis. AIDS Res Ther 21, 37 (2024). https://doi.org/10.1186/s12981-024-00627-2