Akar ginseng Jawa (Talinum paniculatum) dikenal kaya akan saponin dan berkhasiat seperti ginseng Korea. Sampai saat ini, kultivasi secara tradisional di tanah belum maksimal memenuhi kebutuhan pasar. Kultivasi stek ginseng Jawa secara hidroponik dengan parameter pertumbuhan yang terkontrol berpotensi menghasilkan biomassa akar dengan kandungan saponin tinggi dalam waktu singkat. Terlebih lagi, akar tanaman yang dikultivasi secara hidroponik dapat dipanen berulang kali. Penelitian ini bertujuan menghasilkan biomassa akar stek ginseng Jawa dengan kandungan saponin tinggi menggunakan metode kultivasi hidroponik.
Tiga jenis sistem hidroponik (deep flow technique, nutrient film technique dan aeroponic) dan kombinasi Indole-3-butyric acid (IBA) (0; 1; 2; 4 mg L-1) dan ethephon (0; 0,01; 0,1; 1 mgL-1) dievaluasi untuk meningkatkan produksi biomassa akar. Selanjutnya, dilakukan peningkatan kandungan saponin akar dengan elisitasi menggunakan methyl jasmonate (MeJa) dan salicylic acid (SA) (0, 50, 100 dan 150 µM) secara terpisah. Kultivasi dilakukan di dalam greenhouse dengan kondisi sesuai lingkungan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa temperatur larutan nutrisi, kadar malondialdehide (MDA), prolin, Evans blue terserap dan biomassa akar dipengaruhi oleh jenis sistem. Akumulasi prolin diduga sebagai strategi stek untuk sintas dan tetap tumbuh meskipun dalam kondisi stres dan mengalami kerusakan membran plasma akar.
Kultivasi selama 60 hari menunjukkan biomassa akar tertinggi diperoleh dari sistem aeroponik, yaitu 15,188 / 1,175 g (berat segar / kering). Biomassa ini 16 kali dari biomassa segar akar stek yang ditanam di tanah selama 2 bulan. Hasil perlakuan hormonal selama 20 hari dengan sistem aeroponik menunjukkan bahwa pembentukan akar stek T. paniculatum tergantung auksin dan etilen. Peningkatan konsentrasi kombinasi IBA dan ethephon berdampak positif pada jumlah dan kadar indole 3-acetid acid (IAA) akar, sebaliknya berdampak negatif pada waktu kemunculan, panjang dan biomassa akar. Biomassa akar tertinggi, yaitu 6,06 / 0,37g (berat basah / kering) diperoleh pada kombinasi IBA 0 mg L-1 dengan ethepon 1 mg L-1. Hasil ini 1,5 kali dari perolehan biomassa segar kontrol.
Usaha selanjutnya setelah peningkatan biomassa adalah elisitasi selama 14 hari pada stek usia 40 hari. Hasilnya menunjukkan aplikasi MeJa dan SA pada konsentrasi 50-150 µM mengakselerasi signifikan kandungan saponin akar dibanding kontrol. Aplikasi SA cenderung meningkatkan saponin dibanding MeJa, bagaimanapun, SA 50 µM adalah konsentrasi terbaik untuk elisitasi. Konsentrasi ini meningkatkan kandungan saponin akar 73,93 % lebih tinggi dari kontrol dan memberikan dampak penurunan biomassa terendah atau tidak berbeda signifikan dari kontrol. Pada akhirnya, hasil dari penelitian ini merekomendasikan penggunaan sistem aeroponik, ethephon 1 mg L-1 di awal kultivasi dan SA 50 µM di akhir kultivasi untuk meningkatkan produksi akar dan saponin stek T. paniculatum. Spesifikasi stek, prosedur kultivasi, jenis sistem dan konsentrasi hormon rekomendasi, prosedur elisitasi, jenis dan konsentrasi elisitor rekomendasi, dan informasi jenis saponin akar ginseng Jawa merupakan bentuk kebaruan dari penelitian ini.
Penulis: Arif Yachya, Yosephine Sri Wulan Manuhara, Alfinda Novi Kristanti
baca juga: Pengembangan Vaksin Rabies di Indonesia secara In Silico