Vitamin B12 merupakan vitamin yang secara alamiah terdapat dalam makanan hewani. Keberadaan vitamin ini sangat penting bagi tubuh untuk menjaga dan memperbaiki fungsi faali sel-sel syaraf serta berperan dalam berbagai reaksi kimiawi. Kekurangan vitamin B12 umum terjadi pada vegetarian dengan pembatasan ketat asupan makanan hewani. Defisiensi tersebut juga sering terjadi pada ibu hamil dan menyusui serta beberapa kelompok rentan dalam usia pertumbuhan. Laporan global telah menunjukkan insiden kekurangan vitamin B12 terjadi pada vegetarian berkisar 62%, wanita hamil berkisar 25-86%, anak-anak dan remaja berkisar 21-41%, serta orang tua berkisar 11-90%. Oleh karena itu, masalah ini harus diatasi dengan serius untuk menurunkan jumlah penduduk yang menderita defisiensi vitamin B12 melalui intervensi pengobatan atau fortifikasi makanan dengan vitamin. Ada berbagai bentuk vitamin B12 yang banyak digunakan dalam pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut seperti cyanocobalamin, hydroxocobalamin dan methylcobalamin. Sejumlah eksplorasi telah dilakukan untuk mendapatkan sumber vitamin B12, baik dengan ekstraksi dan pemurnian dari hewan maupun sintetik kimiawi dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Ketersediaan vitamin B12 secara alamiah telah banyak mengundang banyak ilmuwan untuk melakukan penelitian. Mereka melaporkan bahwa vitamin tersebut banyak ditemukan pada beberapa jenis hewan, bakteri maupun makroalga termasuk rumput laut. Beberapa tahun terakhir, telah dilakukan ekstraksi secara ekstensif terhadap vitamin B12 yang ada dalam rumput laut yang sangat kaya kandungannya, khususnya spesies Ulva lactuca. Ekstrak ini tentu dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan makanan atau substansi yang difortifikasikan dalam makanan untuk mengatasi defisiensi vitamin. Memang ada perbedaan aktivitas vitamin B12 yang tergantung dari sumber spesies asalnya yaitu hewan, bakteria atau rumput laut. Perbedaan tersebut disebabkan adanya posisi gugus fungsi atau kiralitas yang berdampak pada afinitas ikatan gugus aktif senyawa atau ligan pada titik tangkapnya. Untuk itu perlu dilakukan standarisasi produk ekstraksi sehingga menjadi material atau bahan baku obat yang memenuhi standar penerimaan dalam kompendial.
Wahlstrom dkk menyatakan bahwa rumput laut spesies Ulva, khususnya U. lactuca, tersebar luas diperairan tropis dan dikenal karena dapat dimakan dengan kandungan gizi yang tinggi. Kandungan utama polisakarida, protein, vitamin, dan beberapa unsur mikro. Lebih jauh, U. lactuca menunjukkan aktivitas antioksidan, antimikroba, antivirus dan anti-inflamasi. Penduduk beberapa negara secara tradisional telah menambahkan rumput laut pada menu dietnya untuk mengatasi kekurangan vitamin B12. Asupan harian 1,4 g/hari U. lactuca cukup untuk memenuhi kebutuhan harian vitamin B12.
Selanjutnya, dalam upaya mendapatkan ekstrak rumput laut dengan kandungan vitamin B12 dan beberapa unsur metabolit penting yang tinggi maka diperlukan suatu teknik ekstraksi yang memadai. Tentu teknik budidaya rumput laut, usia pemanenan dan metode pengeringan sangat mempengaruhi ketersediaan kandungan metabolit skunder tersebut. Demikian pula metode ekstraksi dan pemurnian diperlukan kondisi optimal untuk menarik komponen aktifnya sehingga standar minimum bahan baku dapat dicapai. Dengan menerapkan teknik Central Composite Design telah diperoleh metode ekstraksi yang optimal untuk mendapatkan vitamin B12 yang tinggi dalam ekstrak rumput laut yang terstandar.
Penulis : Junaidi Khotib
Link Jurnal: https://www.mdpi.com/1420-3049/27/14/4459/htm
Judul: Optimisation of Vitamin B12 Extraction from Green Edible Seaweed (Ulva lactuca) by Applying the Central Composite Design