Selama era pandemi dan pasca pandemi COVID-19, pembelajaran online atau virtual mengalami peningkatan signifikan di berbagai sektor, termasuk dalam penyelenggaraan program information literacy instruction yang diadakan oleh perpustakaan. Adaptasi terhadap teknologi menjadi solusi utama dalam menjaga kontinuitas layanan perpustakaan, ketika pertemuan fisik terbatas atau tidak memungkinkan. Perpustakaan mulai menawarkan kelas virtual yang dirancang untuk memastikan pengguna tetap mendapatkan akses materi edukasi secara langsung dari pustakawan tanpa perlu bertatap muka secara fisik. Kelas-kelas ini tidak hanya menyediakan informasi teknis tentang penggunaan sumber daya perpustakaan, tetapi juga membekali pengguna dengan keterampilan literasi informasi yang lebih luas, seperti evaluasi sumber, penelusuran efektif, dan pengelolaan data. Dengan begitu, perpustakaan berhasil mempertahankan relevansinya sebagai pusat pendidikan meskipun terjadi perubahan besar dalam cara penyampaian informasi.
Lebih jauh lagi, model pembelajaran virtual ini diakui mampu menjangkau lebih banyak pengguna, terutama mereka yang kesulitan mengakses perpustakaan secara langsung karena kendala geografis atau kesehatan.Pembelajaran melalui face to face berbeda dengan virtual, dimana kelas virtual membutuhkan strategi tersendiri guna meningkatkan engagement antara pustakawan dengan user. Agar termotivasi untuk mengikuti pembelajaran literasi informasi secara virtual pustakawan menggunakan bermacam cara untuk memotivasi mahasiswa. Motivasi ini penting untuk meningkatkan semangat, antusiasme, pemahaman, dan aplikasi materi bagi mahasiswa yang mengikuti program information literacy.
Hasil survei menunjukkan bahwa ada tiga level motivasi yang disampaikan oleh pustakawan dalam kelas literasi informasi virtual. Motivasi tersebut dimulai dari tahap greeting and welcome, yang diberikan di awal sesi untuk menciptakan kesan pertama yang positif dan membangun hubungan baik dengan peserta. Pada tahap ini, pustakawan berupaya menarik perhatian mahasiswa dengan memperkenalkan materi yang akan dibahas dan menjelaskan aplikasi atau alat yang akan digunakan selama kelas berlangsung. Tujuannya adalah untuk membangkitkan minat awal peserta dan mempersiapkan mereka agar lebih siap mengikuti pembelajaran.
Tahap kedua adalah core, yang merupakan inti dari proses pembelajaran di mana materi disampaikan secara mendalam. Di sini, pustakawan tidak hanya menyampaikan informasi teknis tetapi juga memberikan motivasi yang bertujuan untuk menjaga keterlibatan mahasiswa. Misalnya, pustakawan dapat mendorong mahasiswa untuk mengaktifkan kamera selama kelas sebagai bentuk partisipasi aktif. Di saat yang sama, mereka memberikan penguatan tentang pentingnya materi yang disampaikan, terutama dalam konteks mendukung pembelajaran dan penelitian mahasiswa ke depan. Pada tahap inti atau core, pustakawan menggunakan berbagai strategi motivasi yang lebih terfokus untuk memastikan bahwa peserta dapat mengikuti materi dengan baik dan merasa terlibat dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan melakukan pengecekan secara rutin terhadap pemahaman mahasiswa.
Pustakawan secara berkala bertanya apakah mahasiswa sudah memahami konsep atau informasi yang telah disampaikan. Selain itu, pustakawan juga memperhatikan kecepatan penyampaian materi. Jika dirasa terlalu cepat, pustakawan akan menyesuaikan ritme pembicaraan untuk memastikan semua peserta dapat mengikuti dengan baik. Keterlibatan aktif ini penting dalam pembelajaran virtual, di mana interaksi tatap muka langsung terbatas, sehingga pustakawan perlu terus memastikan bahwa komunikasi berjalan efektif. Selanjutnya, pustakawan juga menerapkan strategi pengulangan materi. Teknik ini dilakukan untuk menegaskan poin-poin penting yang mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut atau untuk membantu peserta yang mungkin mengalami kesulitan dalam memahami materi pada penyampaian pertama. Pengulangan ini membantu menciptakan penegasan konsep dan meningkatkan retensi informasi di antara peserta.
Tahap terakhir adalah wrap up, di mana motivasi diberikan saat kelas hampir selesai. Pustakawan menggunakan kesempatan ini untuk merangkum poin-poin penting, memberikan dorongan akhir kepada mahasiswa agar terus mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari, serta memberikan apresiasi atas partisipasi mereka. Selain itu, pustakawan seringkali menciptakan suasana yang lebih santai dan menyenangkan di akhir sesi, misalnya dengan menyampaikan lelucon ringan, yang membantu mencairkan suasana dan membuat peserta merasa lebih nyaman. Pendekatan ini tidak hanya efektif untuk memastikan bahwa mahasiswa tetap terlibat sepanjang sesi, tetapi juga meninggalkan kesan positif yang dapat memotivasi mereka untuk terus belajar secara mandiri di luar kelas virtual.
Pada tahap ini, pustakawan memberikan motivasi tambahan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Sesi tanya jawab ini menjadi momen krusial di mana peserta dapat mengklarifikasi hal-hal yang kurang mereka pahami atau mendalami topik yang mereka anggap menarik. Pustakawan juga memberikan saran yang bersifat konstruktif, memuji peserta atas partisipasi aktif mereka, dan secara khusus memberikan umpan balik yang positif untuk membangun rasa percaya diri peserta. Selain itu, pustakawan mengkonfirmasi dan mengklarifikasi kembali materi yang telah diberikan untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahpahaman atau ketidakpahaman yang tertinggal.Â
Semua strategi ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna, di mana mahasiswa merasa didukung secara penuh, baik secara akademis maupun emosional.Dengan aktifnya pustakawan dalam memberikan motivasi pada virtual library instruction class, diharapkan pembelajaran yang dilakukan dapat diterima oleh mahasiswa dan dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran dan penelitian.
penulis: Dr. Drs. KOKO SRIMULYO, M.Si.
link: Librarian as Motivator in Virtual Information Literacy Instruction