Universitas Airlangga Official Website

Ramai Acara Clash of Champions, Pakar Sosiologi Pendidikan UNAIR Beri Tanggapan

Ilustrasi Acara Clash of Champions (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Acara Clash of Champions (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Belakangan ini, masyarakat khususnya mahasiswa tengah diramaikan dengan salah satu program besutan Ruangguru, yaitu Clash of Champions (CoC). CoC adalah sebuah game show yang mempertemukan mahasiswa-mahasiswa berprestasi Indonesia, baik  yang sedang menempuh pendidikan di dalam, maupun di luar negeri.

Mengenai hal itu, UNAIR NEWS mewawancarai pakar Sosiologi Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, Dr Tuti Budirahayu Dra MSi pada Kamis (4/7/2024). Dalam keterangannya, Tuti mengatakan, bahwa tayangan tersebut merupakan bagian dari strategi bisnis dan pemasaran layanan kepada masyarakat melalui tim kreatif.

“Dengan cara ini, maka Ruangguru sebagai sebuah bisnis pendidikan akan semakin populer di kalangan masyarakat yang menginginkan anak-anak mereka memiliki kemampuan sekaliber para peserta CoC,” terangnya.

Tuti memaparkan, adanya acara CoC ini menyimpan dualisme. Di satu sisi, CoC bisa membawa manfaat bagi mahasiswa maupun masyarakat yang mengonsumsi acara tersebut. Menurut Tuti, yang mendapatkan manfaat langsung adalah para mahasiswa yang berotak cemerlang dari universitas bergengsi yang menjadi peserta dalam acara tersebut.

“Manfaat secara langsungnya, nama mereka akan semakin populer. Yang sebelumnya mereka memang sudah terkenal sebagai mahasiswa unggul dan ini menjadi tambahan modal bagi mereka untuk jenjang karir yang lebih tinggi,” papar Tuti.

Pakar Sosiologi Pendidikan UNAIR, Dr Tuti Budirahayu Dra MSi (Foto: Istimewa)
Pakar Sosiologi Pendidikan UNAIR, Dr Tuti Budirahayu Dra MSi (Foto: Istimewa)

Bagi mahasiswa dengan kemampuan kognitif pada bidang Matematika atau ilmu eksakta lainnya, acara ini akan sangat bermanfaat. Sebaliknya, mahasiswa dengan minat dan bidang studi sosial humaniora bisa dibilang belum mendapatkan manfaat secara langsung dari acara tersebut.

“Masyarakat yang memiliki minat dalam bidang kognitif akan termotivasi. Namun, bagi mahasiswa yang memiliki talenta berbeda seperti di bidang seni, sastra, dan ilmu-ilmu sosial humaniora mungkin belum bisa merasakan manfaat secara langsung,” tutur Tuti.

Tuti mengatakan ide game CoC patut mendapatkan apresiasi. Baik bagi penyelenggara maupun bagi peserta yang memiliki latar belakang berbeda dengan berbagai keunggulan. Kendati demikian, menurut Tuti penyelenggara harus memperhatikan keberagaman mahasiswa yang terlibat.

“Acara itu menurut saya baik dan mengapresiasi para mahasiswa bertalenta. Namun, para pembuat acara itu sebaiknya dapat lebih memperhatikan keberagaman mahasiswa. Jangan  sampai, nantinya malah membuat para peserta semakin menjadi kelompok mahasiswa elite dan eksklusif yang merasa lebih baik dan pintar dari teman-teman mahasiswa lainnya,” pesan Tuti.

Tuti menambahkan, hal itu karena tugas mahasiswa selain mengembangkan ilmu pengetahuan, juga harus mampu bersikap kritis terhadap berbagai persoalan yang membelit masyarakat.

Penulis: Muhammad Rizal Abdul Aziz

Editor: Yulia Rohmawati