Universitas Airlangga Official Website

Relevansi ” Health Belief Model” pada perilaku pencarian pengobatan keluarga dengan pasien ODGJ

Foto by Halodoc

Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) telah menyebutkan bahwa sehat adalah kondisi yang lengkap sehat fisik, mental dan sejahtera sosial, tidak hanya semata-mata kondisi bebas penyakit dan kecacatan (WHO, 2003). Kesehatan mental merupakan bagian yang berkaitan dengan sehat dan sejahtera. Undang-undang Republik Indonesia menyebutkan kesehatan jiwa dalam UU No. 18 tahun 2014 sebagai individu yang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan atau stres, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Kementerian RI, 2014).

Puskesmas Taman memiliki beberapa program pokok seperti: 1) Promosi Kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM), 2) Upaya Kesehatan Lingkungan, 3) Upaya Perbaikan Gizi, 4) Kesehatan Ibu dan Anak, 5) Keluarga Berencana, 6) Pemberantasan Penyakit menular, 7) Pengobatan, 8) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.

Banyak program lain yang dilaksanakan Puskesmas Taman mengacu pada Program Kegiatan Puskesmas Kabupaten Sidoarjo, dengan jenis pelayanan: 1) Layanan Poli Umum, 2) Layanan Poli TB dan Kusta, 3) Layanan Poli Gigi, 4) Layanan 24 Jam atau UGD, 5) Layanan Poli Hamil dan Kandungan, 6) Layanan Poli KB (Keluarga Berencana), 7) Layanan Poli MTBS, 8) Poli Jiwa Raga Sehat, 9) Layanan Imunisasi, 10) Layanan Poli Lansia, 11) Layanan Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, USG, ECG), 12) Layanan Pojok Gizi, 13) Layanan Rawat Inap Persalinan dan Kandungan, 14) Layanan Rawat Inap Umum, 15) Layanan Refraksi, 16) Layanan Kamar Obat, 17) Klinik Sanitasi.

PENANGANAN ODGJ

Dalam Upaya mengatasi permasalahan ODGJ, Puskesmas Taman membentuk Kader Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa (KEPO GJ) untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dan meningkatkan keterlibatan masyarakat untuk mencapai ODGJ yang mandiri dan berkualitas sebagai manusia seutuhnya. Keberhasilan dari pembentukkan KEPO GJ yaitu meningkatnya jumlah ODGJ yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Taman yang pada tahun 2014 hanya 48 orang, namun pada tahun 2018 menjadi 206 orang. Selain itu, terdapat peningkatan jumlah kunjungan ODGJ di poli jiwa Puskesmas Taman yaitu sebanyak 40 kunjungan pada tahun 2014  dan  1159 kunjungan pada 2018 (Puskesmas Taman, 2020).

Meningkatnya kunjungan ODGJ ke Poli Jiwa dapat dipengaruhi oleh perilaku keluarga yang kooperatif dalam mencarikan bantuan pengobatan ke Poli Jiwa Puskesmas Taman. Faktor yang mempengaruhi perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJ. Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJ. Ketiga faktor tersebut yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi terdiri dari stigma diri, pendidikan, pengetahuan, ekonomi, nilai, kepercayaan, dan budaya; Faktor pemungkin terdiri dari pengobatan alternatif dan biaya pengobatan; Faktor penguat terdiri dari dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, dan tokoh yang berpengaruh. Pada penelitian ini menganalisis faktor pendidikan, stigma diri, kepercayaan, pengobatan alternatif, biaya pengobatan, jarak ke fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, dan dukungan petugas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah cues to action, dan self-efficacy dengan perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJdi wilayah kerja Puskesmas Taman Sidoarjo

HASIL DAN REKOMENDASI

Hubungan Perceived Sussceptibility, Severity terhadap Perilaku Keluarga dalam Pencarian Pengobatan pada ODGJ

Adanya hubungan antara perceived sussceptibility, severity terhadap perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan dapat disebabkan  karena rendahnya pengetahuan keluarga yang dapat dilihat dari tingkat pendidikan keluarga yang dapat mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap suatu informasi. Pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap kemampuan menyerap dan mencerna informasi yang diberikan.

Hubungan Perceived Thread terhadap Perilaku Keluarga dalam Pencarian Pengobatan pada ODGJ

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara  perceived thread dengan perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan. Penyebab tidak ada hubungan tersebut dikarenakan keluarga belum mengetahui bahwa perubahan perilaku yang sangat signifikan pada ODGJ merupakan salah satu bentuk tanda atau gejala dari gangguan jiwa. Sehingga karena hal tersebut, keluarga tidak segera mencarikan pengobatan pada anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa.

Hubungan Perceived Benefit terhadap Perilaku Keluarga dalam Pencarian Pengobatan pada ODGJ

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perceived benefit dengan perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan. Keyakinan keluarga terhadap kesembuhan dan kontrol diri ODGJ merupakan hal yang diharapkan oleh keluarga terhadap manfaat yang didapat ODGJ ketika diobati di fasilitas kesehatan. Selain itu, dukungan keluarga juga dibutuhkan dalam kesembuhan ODGJ. Berdasarkan penelitian oleh (Oktaviana and Ratnawati, 2022) didapatkan bukti bahwa mayoritas keluarga memberikan dukungan berupa dukungan secara emosional (empati dan peduli), instrumental (bantuan biaya, bantuan jasa, bantuan waktu) dan pemantauan minum obat kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Mayoritas keluarga mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan meliputi kunjungan rutin untuk dilakukan penyuntikan dan pemberian obat, serta pemantauan kepada pasien.

Hubungan Perceived Barriers terhadap Perilaku Keluarga dalam Pencarian Pengobatan pada ODGJ

Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan antara perceived barriers dengan perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan. Tidak terdapat hubungan antara perceived barriers terhadap perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan dapat disebabkan karena biaya pengobatan yang sudah tercover oleh BPJS dan jarak antara fasilitas kesehatan dengan rumah pasien yang mudah untuk ditempuh. Dibuktikan  dengan adanya penelitian dari (Setiawan, 2018) yang menyatakan bahwa keluarga pasien ODGJ lebih memilih membawa anggota keluarganya ke puskesmas karena obat yang diberikan secara gratis.

Selain itu, adanya rujukan ke rumah sakit jiwa yang dilakukan oleh  puskesmas apabila pasien ODGJ memiliki gejala yang parah. Selain pengobatannya yang gratis, puskesmas juga melakukan kunjungan ke rumah pasien untuk melihat langsung keadaan pasien gangguan jiwa. Kunjungan yang dilakukan oleh puskesmas membantu keluarga ODGJ agar tidak perlu membawa anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ke puskesmas. Selain biaya dan jarak ke fasilitas kesehatan, stigma masyarakat juga bukan merupakan suatu hambatan bagi keluarga dalam mencarikan pengobatan pada anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa.

Hubungan Self-Efficacy terhadap Perilaku Keluarga dalam Pencarian Pengobatan pada ODGJ

Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada hubungan antara self- efficacy dengan perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJ. Hal ini dapat disebabkan karena aktifnya kegiatan kader jiwa dalam melakukan penyisiran di wilayahnya sehingga membantu keluarga dalam mengenali gejala atau tanda dari gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarganya serta memotivasi keluarga untuk tetap mau merawat  ODGJ.

Hubungan Cues to Action terhadap Perilaku Keluarga dalam Pencarian Pengobatan pada ODGJ

Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada hubungan antara cues to action dengan perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJ. Tidak ada hubungan antara cues to action terhadap perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJ dapat disebabkan karena keluarga ODGJ yang sulit dalam mengakses informasi melalui gadget dikarenakan sebagian besar responden berusia lanjut yaitu 56-65 tahun dengan pendidikan terakhir yaitu SMA. Sehingga dibutuhkan peran  tenaga kesehatan untuk selalu memberikan edukasi informasi tentang gangguan jiwa kepada keluarga serta masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam merawat dan mencarikan pengobatan bagi ODGJ.

Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa perceived sussceptibility, severity memiliki hubungan positif terhadap perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan yang artinya semakin meningkat perceived sussceptibility, severity, maka semakin meningkat pula perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJ. Begitu juga dengan perceived benefit yang memiliki hubungan positif terhadap perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan. Namun pada perceived thread, perceived barriers, self-efficacy, dan cues to action tidak ada hubungannya terhadap perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada ODGJ.

Penulis: Jayanti Dian Eka Sari

Catatan Informasi detail riset ini dapat dilihat pada tulisan di:

https://e-journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/48277

Relevancy of the “Health Belief Model”on Behavior in Seeking Treatment among Families of Patients with Mental Disorders in the Work Area of the Public Health Center Taman Sidoarjo East Java.

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health EducationVol. 11 Issue 1SP, August2023, 100-107doi: 10.20473/jpk.V11.I1SP.2023.100-107