Universitas Airlangga Official Website

Rempah, Kolonialisme dan Tumbuhnya Pusat-Pusat Ekonomi Baru di Sisi Barat Laut Banda

Foto by GNFI

Selama kurang lebih 1 dasawarsa terakhir, kajian tentang rempah dan sejarahnya sangat populer dan menjadi program unggulan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, khususnya di bawah Dirjen Kebudayaan. Terdapat dua alasan utama dan penting menghadirkan penelitian tentang rempah, yakni rempah telah menjadi elemen penting dalam pembentukan kebesaran peradaban nusantara, satu. Kedua, karena warisan peradaban rempah yang terintegrasi dengan jalur sutra, maka jalur rempah dapat menjadi warisan dunia yang akan diusulkan ke lembaga PBB/UNESCO.

Artikel yang berjudul “Rempah, Kolonialisme dan Tumbuhnya Pusat-pusat Ekonomi Baru di Sisi Barat Laut Banda” ini menemukan dua hal penting yang belum hadir dalam ilmu pengetahuan sosial humaniora di Indonesia. Pertama, kehadiran kolonialisme ke Nusantara pada awalnya adalah untuk mencari rempah-rempah di Nusantara, khususnya cengkeh, pala, dan kayu manis yang tumbuh endemik di Kepulauan Maluku, terutama di Kepulauan Banda. Terjadinya perang rempah (spices war) pada tahun 1623 yang melibatkan Inggris dan Belanda menjadi bukti terjadi perebutan atau penguasaan atas komoditas rempah di Kepulauan Maluku.

Kedua, keterlibatan orang-orang Cina dalam perdagangan rempah hampir tidak pernah hadir dalam penelitian sejarah Indonesia. Padahal secara teoritis, kapal-kapal Cina (Junk) yang berlayar ke hampir seluruh dunia tujuannya adalah untuk mencari komoditas perdagangan. Bagaimana mungkin komoditas “rempah” yang populer dan paling diminati di seluruh dunia, luput dan tidak diminati oleh para pedagang Cina. Penelitian ini menemukan bahwa jalur Kepulauan Maluku – Laut Zulu (Filipina) – Guangzhou (Cina) digunakan oleh para pedagang Cina untuk mengakses dan mengangkut rempah dari Kepulauan Maluku. Dan, pada saat yang sama, komoditas rempah terintegrasi dengan jalur sutra melalui para pedagang Cina.

Dengan temuan ini, maka artikel ini berkontribusi pada pengembangan substansi ilmu pengetahuan Indonesia dan juga ikut berkontribusi pada upaya pemerintah dalam pengusulan jalur rempah sebagai world heritage ke lembaga PBB, UNESCO.  Selain itu, penelitian ini juga memberi pelajaran bahwa kolonialisme tidak selalu berimplikasi buruk. Integrasi ekonomi Nusantara (Indonesia) dengan pasar dunia tampaknya sulit ditolak jika peran kolonial dikesampingkan pada masa lalu.

Penulis: La Ode Rabani, Sarkawi B. Husain, Johny Alfian Khusyairi

Jurnal: https://repository.unair.ac.id/126383/