Universitas Airlangga Official Website

Respon Tumbuhan Ciplukan Terhadap Cekaman Salinitas

Foto oleh nutrawiki.org

Alih fungsi lahan akibat pertambahan penduduk telah mengurangi ketersediaan lahan pertanian. Penggunaan lahan yang kurang optimal merupakan solusi alternatif namun salah satu tantangan utamanya adalah salinitas (kadar garam) tanah, yang berdampak terhadap produktivitas yang rendah. Peningkatan salinitas dapat terjadi di lahan irigasi karena kualitas air yang buruk dan drainase. Terutama pada daerah yang berlokasi di sekitar pantai. Salinisasi lebih lanjut terjadi karena perubahan iklim akibat pemanasan global. Rendahnya curah hujan dan suhu harian yang tinggi di daerah tropis memicu peningkatan penguapan dan evapotranspirasi, sehingga menghambat pencucian garam dari tanah.

Akumulasi garam dalam tanah membatasi penyerapan air oleh akar tanaman, menyebabkan cekaman osmotik, dan menyebabkan akumulasi garam dalam sel, mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi. Kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pertumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman yang dihasilkan di tanah salinitas tinggi. Akibatnya, sebagian besar tanaman mengembangkan strategi adaptasi berupa respon morfologi dan mekanisme fisiologis, seperti halnya plastisitas aktivitas dari stomata, penyesuaian osmotik, dan respons antioksidan, untuk mencegah kerusakan garam. Selain itu, salinitas tanah menyebabkan stres oksidatif pada tanaman dengan menghasilkan radikal superoksida yang mengubah metabolisme tumbuhan.

Jika kondisi salinitas tanah di masa depan semakin memburuk, maka diperlukan alternative pertanian yang teradaptasi terhadap kondisi salinitas tersebut. Diperlukan produksi pertanian yang baik walaupun kondisi lahannya tercekam salintias. Pilihan-pilihan tanaman produktif yang dapat dikembangkan untuk tahan terhadap cekaman salinitas sangatlah diperlukan. Apakah itu tanaman untuk kebutuhan pangan, obat, sandang maupun papan. Saat ini sudah banyak yang diteliti terkait tanaman seperti halnya padi. Namun demikian masih diperlukan data-data untuk adaptasi tanaman lainnya, khususnya yang digunakan sebagai bahan obat-obatan.

Menggunakan varietas tanaman yang toleran garam adalah cara yang praktis dan hemat biaya untuk mengoptimalkan suboptimal lahan dibandingkan dengan teknologi reklamasi berbasis amandemen kimia. Dengan demikian, mengidentifikasi tanaman yang toleran terhadap salinitas, terutama yang memiliki nilai obat dan nutrisi, sangat penting. Ciplukan/ceri tanah (Physalis angulata L.) adalah salah satu tanaman obat dan tinggi nilai nutraceuticalnya. Tanaman ini tumbuh liar di iklim sub-lembab semi-hangat dan tropis di ketinggian berkisar antara 0–2400 m dpl. P. angulata dianggap sebagai spesies yang sangat toleran karena kemampuannya beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan setempat, termasuk lahan kering dengan ketersediaan yang tidak mencukupi sumber daya, dan akibatnya telah dilaporkan sebagai spesies invasif di beberapa negara.

Ciplukan merupakan tanaman yang memiliki buah berukuran kecil dan berwarna kuning jika sudah matang, selain itu buah ciplukan juga ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. Buah dengan nama lain Morel Berry atau Golden Berry, sering kali dijumpai di kebun dengan tanah yang lembab namun tidak becek dan ketinggian tanah yang baik untuk ciplukan tumbuh adalah sekitar 0-1.800 meter di atas permukaan laut. Tanaman yang dapat di manfaatkan mulai dari daun, batang hingga buanya ini dapat digunakan sebagai ramuan obat. Dengan memiliki segudang manfaat juga dapat meningkatkan perekonomian para warga dikarenakan memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu tanaman ciplukan yang memiliki kandungan akan kaya antioksida yang berperan aktif mengatasi penyakit hepatitis, malaria, rematik, dermatitis, asma, hingga kanker. Kendati berukuran kecil, buah ciplukan mengandung senyawa fenolik yang dapat melawan perkembangan sel kanker payudara dan kanker usus besar. Selain itu kaya akan Vitamin seperti vitamin A, vitamin C, vitamin D hingga vitamin K. Kandungan tersebut tentunya sangat baik bagi kesehatan.

P. angulata juga menguntungkan secara komersial karena menghasilkan buah yang melimpah di segala musim, dengan umur simpan yang lama hingga delapan minggu, membuatnya berharga untuk pasar buah segar. Produksi dari tanaman ini di Amerika Utara dapat menghasilkan hingga 8–13 ton per hektar di bidang luar ruangan dan hingga 40 ton per hektar di rumah kaca. Selain itu, P. angulata mengandung physalin, phenolic, dan glikosida sebagai bahan utamanya senyawa dan obat yang berharga untuk anti-inflamasi, imunostimulan, antibakteri, dan antineoplastik. Secara keseluruhan, P. angulata merupakan tanaman yang ideal bagi petani skala kecil dan menengah di daerah pedesaan karena hasil yang tinggi dan potensi pasar yang meningkat.

Dalam beberapa tahun terakhir, fokus pemilihan tanaman pertanian telah bergeser dari respons pertumbuhan dan produktivitas ke fitur fisiologis tertentu yang terlibat dalam toleransi terhadap cekaman garam. Pemilahan tanaman pertanian terutama berfokus pada makanan tanaman dan komoditas komersial lainnya, seperti buah-buahan dan tanaman aromatik. Memahami strategi toleran garam sangat penting untuk perbaikan tanaman di lingkungan yang terkena dampak garam melalui proses morfologis, fisiologis, dan biokimiawi. Sehingga masih diperlukan data-data terkait untuk pengembangan potensi P. angulata sebagai tanaman pertanian yang teradaptasi di daerah yang tercekam salinitas. Keberhasilan adaptasi tanaman tersebut nantinya akan membuka kesempatan petani dalam membudidayakan tanaman ciplukan sebagai alternative untuk meningkatkan pendapatan dan ekonomi petani di masa datang.

Dari hasil penelitian Sholehah et al. (2022) ditunjukkan bahwa pertumbuhan, kepadatan stomata, hasil panen, dan atribut fisik buah P. ungulata berkurang pada salinitas  80 mM dan salinitas yang lebih tinggi. Salinitas juga meningkatkan respon fisiologis dan fitur kimia buah. Namun, P. angulata tumbuh lebih cepat dan menunjukkan hasil dan kualitas buah yang lebih baik pada salinitas 20 mM. Oleh karena itu, P. angulata dapat dibudidayakan di tanah dengan salinitas sedang, sehingga memungkinkan penggunaan lahan yang efisien. Dengan demikian, P. angulata dapat dianggap toleran terhadap salinitas sedang dan tanaman potensial untuk budidaya di dataran rendah dan daerah pesisir yang terkena salin. Hasil ini memberikan secercah harapan untuk budidaya tanaman ciplukan di daerah yang tercekam garam. Semoga memberikan dampak terhadap peningkatan sektor pertanian.

Penulis: Hery Purnobasuki

Link: https://www.aimspress.com/article/id/63296e11ba35de77c348b05b