Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan persebaran sakit gigi pada masyarakat Indonesia, serta untuk melihat hubungannya dengan dua gejala psikologis yaitu stres dan depresi. Tim peneliti menggunakan analisa data sekunder yang berasal dari data Survei Kehidupan Keluarga Indonesia 2014 (IFLS 2014) untuk tujuan yang disebutkan di atas. Catatan sakit gigi dan stres dilaporkan sendiri oleh peserta survey.
Data depresi diambil dengan menggunakan skala 10-item Center for Epidemiologic Studies Depression (CES-D). Model multivariabel regresi ordinal digunakan untuk menguji hubungan antara sakit gigi dan masing-masing gejala psikologis yaitu stress dan depresi, dengan mengendalikan pengaruh factor usia, jenis kelamin, pendidikan, kekayaan, dan Tingkat religiusitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian sakit gigi pada penduduk Indonesia adalah sekitar 15%. Sakit gigi juga terbukti dapat meningkatkan stress dan memicu depresi. Pendidikan yang lebih tinggi, kekayaan yang lebih tinggi dan jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko stres. Namun, orang dengan kekayaan yang lebih tinggi dan berjenis kelamin laki-laki ternyata lebih terlindung dari depresi. Peneliti juga menemukan bahwa tingkat religiousitas yang lebih tinggi atau tingkat pemahaman agama yang lebih baik merupakan faktor pelindung untuk stres dan depresi.
Penulis: Ninuk Hariyani, drg., M.Kes., MPH., PhD.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Hariyani N., MaulinaT., Nair R. The association between dental pain and psychological symptoms – evidence from a population-based study in Indonesia. European Journal of Dentistry. 2023. DOI 10.1055/s-0043-1774320