Universitas Airlangga Official Website

Seminar Nasional FIB Ulas Perkembangan Sastra di Indonesia

Prof Dr Djoko Saryono saat menyampaikan mater. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Seminar nasional bertajuk Budaya, Masyarakat, dan Sejarah dalam Kesusastraan Indonesia berlangsung pada Jumat, (9/6/2023). Seminar nasional tersebut merupakan kegiatan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR). 

Dekan FIB, Prof Purnawan Basundoro MHum dalam sambutannya berharap kegiatan seminar seperti ini harus sering terselenggara. Lebih lanjut, hal tersebut bermanfaat untuk menunjang proses belajar di kelas. 

Kegiatan seminar itu terdapat dua sesi. Sesi pertama hadir tiga pemateri dari dosen Bahasa dan Sastra Indonesia UNAIR. Kemudian berlanjut sesi kedua hadir dua pemateri, yaitu Dr Suryadi dari Universitas Leiden dan Prof Dr Djoko Saryono dari Universitas Negeri Malang. 

Dr Suryadi menyampaikan materi dengan judul Historiografi dan Makna Sosio-Budaya Roman/Novel Pop Indonesia. Ia menyampaikan bahwa tradisi penelitian sastra di Indonesia cenderung tekstual dan intrinsik. Lebih lanjut, penelitian sastra kurang mengkaji dari sudut budaya dan sejarah.

“Teks fiksional bukan hadir dengan sendirinya, melainkan dari kebudayaan masyarakatnya. Dalam masyarakat kita yang mayoritas Islam dimana hal-hal yang kurang bermoral harus dikesampingkan,” ujar Dr Suryadi. 

Selain itu, Dr Suryadi juga menyinggung bahwa karena kebudayaan Islam itulah, beberapa karya yang kurang bermoral seperti enny arrow tidak lagi ada di Indonesia. Lebih lanjut, karya-karya seperti itu masih tersimpan rapi di perpustakaan Belanda. 

Dr Suryadi mengatakan bahwa pada tahun 2000-an sastra berat atau canon mulai didobrak. Menurutnya, dunia kritik sastra tidak lagi seperti zaman Budi Dharma. Karya yang banyak mengandung pornografi sudah mulai ditulis kembali. Lebih lanjut, bahkan batasan sastra dan mediumnya mulai berubah. 

“Kemudian muncul sastra cyber yang banyak orang senangi. Bahkan beberapa karyanya difilmkan,” ucap Dr Suryono. 

Keberagaman Karya Sastra Indonesia 

Berhubungan dengan Dr Suryadi, Prof Dr Djoko Saryono menyampaikan materi bertajuk Berkelit dari Perangkap: Memenangkan Suara Keberagaman Sastra Indonesia 15 Tahun Terakhir. Prof Dr Djoko menyampaikan bahwa agenda kebudayaan tidak selalu berjalan selaras dengan sastra. Lebih lanjut, kebudayaan bergerak pada tradisi, sedangkan kesusastraan kemana-mana.

“Hubungan tarik tolak sastra, terjadi ledakan kreasi. Iklim kreasi membuat siapa saja memiliki hak untuk menulis. Keterbukaan kreasi banyak yang mengaku, hanya dengan membaca tiga buku sudah berani mencetuskan teori,” tutur Prof Dr Djoko. 

Selain itu, Prof Dr Djoko juga menyampaikan bahwa konstruksi karya sastra menjadi beragam, tidak lagi terkendalikan oleh waktu. Lebih lanjut, bahkan karya kekiri-kirian yang sebelumnya sangat sulit didapatkan bahkan harus dengan sembunyi-sembunyi namun saat ini bebas. Seperti Bumi Manusia dan Hikayat Kadiroen banyak yang menerbitkan ulang, mengabaikan hak cipta. 

“Tahun 2000an banyak persoalan sensitif yang muncul kembali dengan terang-terangan. Musim semi keterbukaan dan kebebasan sastra yang sayangnya hanya ada sampai pada 2010. Selanjutnya muncul penjeratan eksternal maupun internal membuat pengarang berkelut dalam pembentukan karya sastra yang terjadi karena tidak adanya kebebasan,” tutupnya. 

Penulis: Cahyaning Safitri

Editor: Nuri Hermawan

Baca Juga: RSTKA Berikan Pelayanan Kesehatan di Kepulauan Flores NTT