Universitas Airlangga Official Website

Ilustrasi oleh Medium

Politis (2003) menjelaskan bahwa peran kunci dari organisational leadership dalam manajemen mutu adalah menghasilkan competitive advantage. Untuk mempertahankan competitive advantage, perusahaan perlu melakukan perubahan dalam organisasi, salah satunya dengan menerapkan metode kepemimpinan yang tepat sebagai roadmap untuk mencapai tujuan perusahaan (Chien, 2004). Dimensi dari self-leadership terdiri atas (self) goal setting; self-observation; self-reinforcement; self-expectations; and self-criticism.

Praktik servant leadership dapat memberikan kekuatan pada aspek sosial serta mengurangi self-pride dan personal ego (Wong and Page, 2003). Terdapat dua alasan servant leadership digunakan sebagai pilihan kepemimpinan oleh perusahaan. Pertama, kepemimpinan ini memprioritaskan kebutuhan orang lain dengan memprioritaskan hal yang dibutuhkan; mampu memenuhi tanggung jawab organisasi; serta mampu membangun hubungan psikologis yang positif dengan para pengikut dan rekan kerja untuk mencapai tujuan dan visi misi organisasi. Alasan kedua adalah pemimpin yang memberikan pelayanan kepada pengikut cenderung tidak mencari keuntungan pribadi secara terus-menerus; memperoleh kepercayaan dari pengikut serta menimbulkan perilaku saling menghormati dari pengikut organisasi. Berdasarkan alasan tersebut, servant leadership dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang cocok diterapkan perusahaan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan dalam jangka panjang.

Penerapan servant leadership dalam organisasi menurut Greenleaf (1977, 1991), menghasilkan kepemimpinan yang kuat dan berpengaruh dengan menimbulkan kepercayaan para pengikut di perusahaan serta mampu melayani keinginan dan kebutuhan orang lain. Kepemimpinan berdasarkan  The style stands bagi pemimpin berfokus pada komitmen perorangan untuk dapat mengatur orang lain berdasarkan tindakan moral yang baik. Hasil dari jenis kepemimpinan ini adalah produktivitas dan komitmen yang tidak didedikasikan untuk meningkatkan organisasi yang dipimpin oleh gaya kepemimpinan servant leadership. Pernyataan tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Van Dierendonck dkk. (2014) yang menjelaskan bahwa efektivitas dari servant leadership merupakan prediktor yang andal untuk secara tepat mencapai kepuasan kerja di antara tenaga kerja organisasi.  Dampak dari implementasi servant leadership dalam organisasi diantaranya; (a) meningkatkan perhatian dari pengikut organisasi; (b) meningkatkan jiwa pengabdian yang bersemangat (Liden et al., 2014); (c) meningkatkan frekuensi partisipatif di lingkungan kerja (Carter dan Baghurst, 2014), serta (d) peningkatan kinerja suatu organisasi (Choudhary et al., 2013).

Methods

Dalam penelitian ini, metode penelitian menggunakan self-administered questionnaire yang dikelola secara mandiri, yang berdasarkan pada enam subskala yang mengacu padacomposite questionnaire servant leadership (Wong dan Page, 2003; Spears, 1996; Sendjaya dan Sarros, 2002; Sousa dan Van Dierendonck, 2016) serta terdiri atas komitmen suatu organisasi dan skala kinerja (Malone dan Fry, 2003; Fry, 2003). Sejumlah 380 kuesioner diberikan kepada seluruh organisasi, dengan nilai rating scale yang dimulai dari nilai 1 yang berarti sangat tidak setuju hingga nilai 5 yang berarti sangat setuju. Sejumlah 323 di antaranya adalah lengkap dan uji statistic dan data diolah menggunakan SPSS V 25.0.

Conclusion

Pengembangan kepemimpinan dan pendidikan terkait dengan bidang kepemimpinan sangat penting dan menantang. Kerangka kerja yang disarankan di bidang pendidikan menawarkan panduan pengembangan kepemimpinan yang komprehensif dengan mempertimbangkan empat elemen ‘Ce-PITO’ (Grunberg et al., 2019). Empat elemen C meliputi; (a) Character; (b) Competence; (c) Context; and (d) Communication. PITO mengacu pada; (a) personal; (b) interpersonal, (c) team, and (d) organizational. Faktor diatas penting untuk melihat leadership behavior dalam konteks pengembangan kepemimpinan. Servant leadership menimbulkan perilaku psikologi yang positif, yang berfokus pada; (a) social justice; (b) cultural leadership; (c) accountability; (c) stewardship; (d) empowering others and, (e) humility and communication. Servant leadership juga didefinisikan sebagai kemampuan personal dan interpersonal untuk bekerja sebagai individu dan tim bagi organisasi. Fokus para pemimpin adalah melayani kebutuhan orang lain terlebih dahulu.

Penulis: Dian Ekowati, S.E., M.Si., M.AppCom (OrgChg)., Ph.D.

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/servant-leadership-a-strategic-choice-for-organisational-performa