Universitas Airlangga Official Website

Shock Mengembalikan Respon Terhadap Shock Intern dan Eksternal Selama Pandemi Covid-19

Foto by Market Bisnis

IHSG merupakan salah satu indeks yang tercatat di bursa efek Indonesia dan mengikuti jejak perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Indeks tersebut terdiri dari seluruh emiten yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Pasar saham sering ditafsirkan sebagai salah satu lembaga keuangan yang diperlukan dalam perekonomian. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk memprediksi dan menentukan kondisi perekonomian (Bissoon et al., 2016). Terjadinya pandemi COVID-19 di dunia sejak Desember 2019, menyebabkan krisis global dengan efek negatif terhadap sosial maupun ekonomi.

Pandemi COVID-19 menyebabkan menurunnya perekonomian di Indonesia. Pandemi COVID-19 juga telah menyebabkan efek negatif terhadap pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan mengalami tren menurun sejak awal Maret 2020. Pergerakan IHSG sempat mengalami titik terendah pada 24 Maret 2020, dengan nilai 3.937,63 yang kemudian perlahan meningkat hingga akhir Agustus 2020 , yang mencapai 5.149,63. Bursa saham Indonesia mengalami pembekuan perdagangan sementara pada 12 Maret 2020. Pembekuan perdagangan tersebut disebabkan oleh penurunan IHSG yang mencapai 5,01 persen. Pembekuan perdagangan ini menunjukkan bahwa investor sering menjual saham di Bursa Efek Indonesia.

Di Indonesia, faktor eksternal dan internal digunakan sebagai pertimbangan dalam beinvestasi saham. Penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi return di pasar saham didasarkan pada variabel makroekonomi dan harga komoditas lainnya (Contuk et al., 2013; Bissoon et al., 2016; Khan et al., 2019; Khan, 2019). Oleh karena itu, dalam studi ini akan dilakukan analisis terkait respon return saham terhadap guncangan internal dan eksternal selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan fungsi impuls respon dan dekomposisi varians dari Vector Error Correction Model (VECM) untuk mengetahui respon pengembalian IHSG terhadap guncangan harga minyak mentah dunia, harga emas dunia, nilai tukar, suku bunga antar bank, penambahan COVID-19. -19 kasus dan harga saham negara lain.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder harian yang dikumpulkan selama 5 hari dalam bentuk data series per minggu dimulainya kasus pandemi COVID-19 di Indonesia. Analisis empiris didasarkan pada 354 pengamatan selama periode 2 Maret 2020 hingga 1 September 2021.

Metode penelitian dalam studi ini menggunakan metode VECM, dimana didasari dalam penelitian Singh dan Sharma (2018) dengan dibagi menjadi 2 model. Model pertama meliputi variabel harga minyak (Oil), harga emas (Gold), nilai tukar rupiah (XR), suku bunga antar bank (IB), dan kasus COVID-19 (COVID). Sedangkan, model kedua meliputi indeks pasar saham Negara Malaysia (KLSE), Singapura (STI), Thailand (SETI), Jepang (Nikkei), dan Amerika Serikat (DJIA). Selain itu, untuk variabel RTJCI merupakan return IHSG, dan ECT adalah error correction term.

Berdasarkan model yang pertama, hasil analisis dengan menggunakan Analysis of Impulse Respone and Variance Decomposition menunjukkan bahwa, respon return IHSG negatif terhadap shock dari harga minyak dunia. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa sebelum periode COVID-19,perubahan harga minyak dunia negatif terhadap stock return negara (Giri dan Joshi, 2017). Harga minyak dunia yang direspon negatif menunjukkan negara tersebut merupakan negara pengimpor (Park and Ratti, 2008). Kenaikan harga minyak mendorong inflasi karena kenaikan biaya produksi dan pengiriman. Inflasi menyebabkan sentimen negatif bagi pasar saham (Youssef dan Mokni, 2019). Selain itu, respon return IHSG positif terhadap shock harga emas dunia. Penelitian dari Mulyadi dan Anwar (2012) menunjukkan bahwa penurunan return saham akan diikuti dengan peningkatan return emas. Sebaliknya, ketika return emas meningkat maka return saham juga akan meningkat. Kesimpulannya, ketika terjadi kenaikan harga emas, instrumen saham akan merespon positif.

Return IHSG merespon positif shock nilai tukar rupiah. Dapat diketahui bahwa ketika terjadi kenaikan nilai tukar rupiah maka akan terjadi peningkatan return IHSG. Depresiasi mata uang suatu negara dapat menyebabkan peningkatan ekspornya. Peningkatan ekspor tersebut disebabkan oleh turunnya harga barang-barang ekspor di negara tujuan. Peningkatan dalam penjualan barang juga meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga menimbulkan sentimen positif bagi investor saham (Paramati dan Gupta, 2013). Selain itu, respon return IHSG negatif terhadap shock suku bunga. Kenaikan suku bunga antar bank IndONIA akan menyebabkan penurunan return IHSG. Kebijakan suku bunga stimulator menyebabkan kenaikan harga saham. Perusahaan dengan pinjaman modal untuk ekspansi dapat menggunakan suku bunga yang lebih rendah. Perusahaan dengan kinerja atau laba yang meningkat dapat mencerminkan harapan investor saham (Khan et al., 2017b). Respon return IHSG negatif terhadap penambahan kasus harian COVID-19 di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa ketika terjadi peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia maka return IHSG akan menurun. Hasil ini sesuai dengan AlAwadhi et al. (2020), yang melaporkan bahwa pertumbuhan harian kasus COVID-19 dan kasus kematian yang dikonfirmasi telah merusak return saham yang terkandung dalam indeks Hang Seng dan Shanghai.

Berdasarkan model yang kedua, hasil dari impulse response menunjukkan bahwa respon return IHSG positif terhadap shock indeks saham Malaysia dan Jepang. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh variabel lain dimana fungsi impulse response menunjukkan bahwa return merespon negatif terhadap indeks harga saham Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan adanya korelasi antara indeks saham negara-negara Asia Tenggara dan dapat dipengaruhi oleh indeks saham Jepang dan Amerika Serikat (Thao dan Daly, 2012; Lee dan Chou, 2019; Wu, 2020). Kemajuan teknologi memberikan kemudahan akses bagi investor global untuk melihat dan bertransaksi saham negara lain (Arouri dan Foulquier, 2012). Integrasi pasar saham antar negara menyebabkan pergeseran risiko kenaikan dan penurunan harga saham (Shen, 2018). Investasi di negara lain merupakan bentuk diversifikasi aset dari psikologi politik, ekonomi, keamanan, dan pasar yang berbeda antar negara (Abbas et al., 2013)

Pada model 1, dari fungsi impulse response menunjukkan bahwa return IHSG memiliki respon positif terhadap shock indeks saham Malaysia dan Jepang. Hasil yang berbeda didapatkan oleh variabel lain dimana respon impulse menunjukkan bahwa return memiliki respon negatif terhadap guncangan indeks harga saham Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Return IHSG ditentukan oleh shock itu sendiri. Guncangan variabel lain dalam menentukan return IHSG adalah nilai tukar, harga minyak, harga emas, kasus COVID-19, dan suku bunga antar bank. Pada model 2, return IHSG ditentukan oleh shock itu sendiri. Variabel lain yang menentukan return IHSG adalah indeks saham Amerika Serikat, Thailand, Singapura, Jepang, dan Malaysia.

Penulis: Rossanto Dwi Handoyo, S.E., M.Si., Ph. D

Jurnal: Stock Returns Response to Internal and External Shocks during the COVID-19 Pandemic in Indonesia: A Comparison Study