Universitas Airlangga Official Website

Simulasi Jalur Molekuler Pada Bawang Ada dari Dayak Lundyeh di Kalimantan Utara Melawan Berbagai Macam Infeksi Virus dengan Penargetan Protein Kunci

Korelasi antara HBsAg kuantitatif dan DNA HBV kuantitatif
ilustrasi virus (foto: royalprogress)

Strategi penghambatan replikasi virus diperlukan untuk pencegah pandemi melalui desain agen terapeutik terbaru. Infeksi virus terjadi di area luas yang biasa disebut dengan pandemi. Beberapa contoh pandemi yaitu COVID-19, MERS, Zika, Ebola, dan Influenza yang menghasilkan dampak luas. Pandemi pertama yang dipicu oleh influenza terjadi pada tahun 1918 yang disebut sebagai Flu Spanyol dan tahun 2019, hal tersebut mendorong beberapa peneliti untuk menemukan agen terapi untuk mencegah perluasan pandemi tersebut.

Replikasi virus digunakan untuk mengatasi pandemi Virus dapat memicu regulasi negatif apoptosis dalam sel inang untuk kelangsungan hidup virus. Apoptosis dapat mengurangi viral load dan menghambat replikasi virus. Beberapa jenis virus dapat menghindari respon imun melalui peningkatan regulasi berbagai protein anti-apoptosis, yang memungkinkan penelitian ini untuk mengeksplorasi jenis protein anti-apoptosis tertentu dalam sel inang untuk merancang kandidat agen terapeutik.

Pengobatan antivirus sebenarnya sudah ditemukan namun kebanyakan penggunaan di khalayak umum yaitu sintetik, terkadang juga memiliki efek samping. Hal tersebut dapat ditangani dengan solusi back to nature salah satunya dengan menggunakan suatu tumbuhan obat yang berasal dari salah satu suku yang ada di Indonesia seperti dari suku dayak Lundayeh yang memiliki bawang ada’. Tumbuhan obat dari suku dayak Lundayeh di Kalimantan Utara memiliki potensi untuk kesehatan, potensi antivirus dari tumbuhan tersebut belum teridentifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi senyawa bioaktif dari bawang ada’ sebagai antivirus dengan mekanisme molekuler melalui apoptosis dengan pendekatan in silico.

Senyawa hongconin, eleutherol, isoeleutherin, elecanacin, dan erythrolaccin dalam bawang ada’ sebenarnya telah dilaporkan keberadaannya melalui identifikasi kromatografi. Namun potensi terkait kelima senyawa tersebut belum banyak diungkap terutama digunakan untuk agen terapi antivirus dan mekanisme molekulernya.

Pendekatan riset dengan bioinformatika atau lebih dikenal sebagai in silico dapat digunakan untuk memprediksi potensi aktivitas antivirus pada bawang ada’ yaitu dengan berbagai macam metode seperti prediksi aktivitas, simulasi penambatan molekuler (docking), analisis interaksi ligan-protein, dan visualisasi 3D yang mana metode tersebut dapat memungkap mekanisme molekuler bawang ada’ dapat berpotensi melawan infeksi berbagai macam virus dengan mengaktifkan jalur apoptosis dalam sel inang.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al., yaitu mengungkap potensi aktivitas senyawa bioaktif dari bawang ada’ sebagai antivirus dengan mekanisme molekuler untuk mengaktifkan jalur persinyalan apoptosis pada sel inang melalui pendekatan in silico.

Menurut hasil dari penelitian tersebut, bawang ada’ dapat berperan sebagai kandidat antivirus terbaik yaitu melalui aktivitas senyawa erythrolaccin dan isoeleutherin dalam menghambat protein antiapoptosis yang terdiri dari GSK3B dan AKT1 melalui posisi interaksi yaitu Val70, Leu132, Ile62, Leu188, Asp200, & Cys199 (GSK3B) dan Leu210, Leu264, Tyr272, Asp292, Trp80, Lys 268, Val270, & Ser205 (AKT1) untuk penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan target antivirus. Hasil penelitian ini sangat berkontribusi untuk dilakukannya penelitian lanjutan seperti uji preklinik untuk memperkuat bukti ilmiah yang telah diperoleh.

Penulis: Dwi Kusuma Wahyuni

Link artikel: https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2024-17-5-7