Hernia hiatal adalah berpindahnya gastroesophageal junction (GEJ) ke kranial diafragma yang pada umumnya tidak menimbulkan gejala, namun dalam perkembangan penyakitnya dapat memicu timbulnya GERD (gastroesophageal reflux disease). Sedangkan singultus (cegukan) adalah refleks involunter otot-otot inspirasi disertai penutupan glotis lebih dini yang membuat inspirasi terhenti dan mengeluarkan bunyi ‘hik’. Refleks tersebut di mediasi oleh nervus frenikus, vagus, dan pusat refleks di batang otak.
Singultus merupakan kejadian yang sering dialami sejak fetus hingga dewasa, bersifat self-limited tetapi ada yang bertahan hingga diatas 48 jam yang disebut singultus protracted, atau bahkan lebih dari 2 bulan yang dikenal dengan singultus intractable yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Etiologinya dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu CNS (central nervous system) dan non-CNS, namun pada 20% pasien tidak ditemukan etiologinya. Kelainan esofagus berupa hiatal hernia dan GERD dapat pula menyebabkan singultus. Berikut kami menyampaikan sebuah laporan kasus singultus intractable disertai hernia hiatal yang refrakter dengan terapi chlorpromazine dan repair hernia hiatal, serta meninjau literatur untuk dapat menentukan dasar diagnosis dan tatalaksana yang optimal.
Penulis: Anita Hartono, Tomy Lesmana
Link Jurnal: https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/2786