Universitas Airlangga Official Website

Sistem Informasi Terintegrasi untuk Ibu Hamil Risiko Tinggi

Sistem Informasi Terintegrasi untuk Ibu Hamil Risiko Tinggi
Sumber: Haibunda

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kualitas kesehatan suatu negara. Meski telah terjadi penurunan AKI di Indonesia, angkanya masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Tantangan utama dalam pencapaian target ini adalah masih tingginya jumlah kehamilan berisiko tinggi yang tidak terdeteksi secara dini akibat sistem pencatatan dan pelaporan yang belum terintegrasi. Keterbatasan akses informasi dapat menghambat pengambilan keputusan yang cepat dalam merujuk ibu hamil risiko tinggi ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut.

Banyuwangi, salah satu kabupaten di Indonesia, menghadapi tantangan serupa. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2014 hingga 2018, jumlah kematian ibu di kabupaten ini fluktuatif, dengan AKI mencapai lebih dari 100 per 100.000 kelahiran hidup di beberapa tahun. Sebagai respons, inovasi sistem informasi yang terintegrasi antara Puskesmas dan rumah sakit mulai dikembangkan untuk mengatasi masalah ini.

Penelitian ini menawarkan solusi berupa pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terintegrasi berbasis web dan Android. Sistem ini dirancang untuk memberikan peringatan dini bagi kehamilan berisiko tinggi dan mempermudah proses rujukan. Dengan menggunakan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC), penelitian ini mengidentifikasi masalah, merancang solusi, dan mengembangkan prototipe sistem yang dapat diimplementasikan di berbagai fasilitas kesehatan.

Penelitian ini mengungkapkan beberapa masalah utama dalam pengelolaan data kesehatan ibu hamil diantaranya:

  1. Pengumpulan dan analisis data masih dilakukan secara manual, sehingga memakan waktu dan rentan kesalahan.
  2. Tidak adanya integrasi antara sistem informasi di puskesmas dan rumah sakit.
  3. Data rujukan pasien harus dimasukkan ulang saat pendaftaran di rumah sakit.
  4. Informasi ketersediaan ruang bersalin di rumah sakit tidak dapat diakses secara langsung oleh petugas kesehatan di puskesmas.
  5. Tidak adanya mekanisme otomatis untuk mendeteksi kehamilan berisiko tinggi.

Masalah-masalah ini kemungkinan dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan, yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya risiko kematian ibu.

Sistem informasi yang dirancang melalui lima tahapan SDLC:

  1. Identifikasi masalah, peluang dan tujuan pengembangan sistem: melalui wawancara dan diskusi kelompok terarah (FGD), para peneliti memahami kebutuhan pengguna, termasuk bidan, kepala Puskesmas, dan petugas IT rumah sakit.
  2. Penentuan Kebutuhan: sistem dirancang untuk mengakomodasi data terkait kehamilan berisiko tinggi, seperti usia ibu (<20 tahun atau >35 tahun), jarak antar kehamilan yang pendek, serta jumlah kehamilan lebih dari empat kali.
  3. Analisis: diagram alur data disusun untuk memastikan integrasi yang optimal antara Puskesmas dan rumah sakit.
  4. Desain: prototipe sistem berbasis web dan Android dirancang dengan fitur utama, seperti pengumpulan data real-time, akses informasi ruang bersalin, dan pemberian peringatan dini.
  5. Prototipe: sistem diuji secara internal untuk memastikan fungsionalitas sebelum diimplementasikan secara luas.

Sistem ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan data kehamilan berisiko tinggi. Beberapa manfaat yang ditawarkan antara lain:

  1. Peringatan Dini: sistem ini memungkinkan bidan dan dokter untuk mendeteksi risiko sejak dini, sehingga pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas yang memadai.
  2. Integrasi Data: data dari berbagai sumber, seperti puskesmas, rumah sakit, dan bidan mandiri, terintegrasi dalam satu platform, mengurangi duplikasi dan kesalahan.
  3. Akses Informasi: petugas kesehatan dapat mengakses informasi penting, seperti ketersediaan ruang bersalin, secara real-time.
  4. Efisiensi Waktu: proses manual yang selama ini memakan waktu digantikan dengan sistem otomatis yang lebih cepat dan akurat.

Meskipun sistem ini menjanjikan, implementasinya membutuhkan dukungan kebijakan dari pemerintah daerah dan pelatihan intensif bagi pengguna. Selain itu, infrastruktur teknologi di daerah pedesaan juga perlu ditingkatkan untuk memastikan kelancaran operasional sistem. Pengembangan sistem informasi terintegrasi untuk kehamilan berisiko tinggi merupakan langkah inovatif yang sangat diperlukan dalam upaya menurunkan AKI di Indonesia. Dengan mengandalkan teknologi berbasis web dan Android, sistem ini tidak hanya mempercepat proses pengumpulan dan analisis data tetapi juga meningkatkan koordinasi antar fasilitas kesehatan. Implementasi lebih lanjut membutuhkan pengujian di lapangan, evaluasi, dan penyesuaian untuk memastikan efektivitasnya dalam mendukung layanan kesehatan ibu dan anak. Jika diterapkan dengan baik, sistem ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam menghadapi tantangan serupa.

Penulis: Syifaul Lailiyah, S.KM., M.Kes

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/integrated-early-warning-system-for-high-risk-pregnant-woman-deve