Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang masih memerlukan perhatian karena memberikan risiko kesehatan yang signifikan . Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana nilai sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan rentang waktu sekitar lima menit dalam kondisi relaks. Tekanan darah tersebut di atas bersifat permanen, mengakibatkan terganggunya asupan nutrisi dan oksigen yang seharusnya tidak tersumbat dan disalurkan secara normal ke jaringan tubuh yang diperlukan . Data dari Profil kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Surabaya sebesar 31,13%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 45,32%. Namun upaya promotif dan preventif masih diperlukan karena prevalensinya masih lebih tinggi dari prevalensi nasional.
 Target global bertujuan untuk menurunkan prevalensi hipertensi sebanyak 25% pada tahun 2025. Gejala umum yang muncul pada pasien adalah pusing, mimisan, sering sakit kepala, sesak napas. Dua jenis hipertensi diidentifikasi yaitu hipertensi sekunder yang berarti peningkatan tekanan darah sistemik yang penyebabnya masih belum dapat dideteksi, sedangkan hipertensi esensial atau primer dapat menyebabkan peningkatan risiko kejadian ginjal, jantung, dan otak. Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan serius pada banyak organ terutama pada jantung. Peningkatan tekanan menyebabkan arteri mengeras, aliran darah dan oksigen ke jantung secara tiba-tiba berkurang—termasuk nyeri dada atau sering disebut angina, serangan jantung, gagal jantung, dan detak jantung tidak teratur. Dalam kasus yang jarang terjadi, hal ini dapat menyebabkan kematian mendadak, karena pecah atau tersumbatnya arteri yang berperan dalam mensuplai darah dan oksigen ke otak. Hipertensi dapat berperan sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular, seperti stroke, penyakit arteri koroner, dan gagal jantung yang dapat menyerang 26% populasi orang dewasa.
WHO memperkirakan sebanyak 1,13 miliar penduduk dunia menderita hipertensi, dua pertiganya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Satu dari empat pria dan satu dari lima wanita cenderung menderita hipertensi. Banyak determinan yang dikenal sebagai faktor risiko hipertensi—termasuk asupan natrium, alkohol, obesitas, genetika, usia, gaya hidup, kondisi kerja. Walaupun pengobatan hipertensi dengan menggunakan obat antihipertensi sudah tersedia, namun obat ini masih dipertanyakan efektivitasnya dan juga efek sampingnya. Laporan CDC menunjukkan 75 juta orang di seluruh dunia menderita hipertensi, dengan kata lain hanya 54% orang di seluruh dunia yang memiliki tekanan darah normal.
Prevalensi hipertensi di Jawa Timur berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan 8,01% untuk hipertensi berdasarkan diagnosis dokter. Nilai tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, dengan nilai peningkatan sebesar 9,9%. Manifestasi klinis hipertensi adalah sakit kepala, mimisan, leher berat, telinga berdenging, susah tidur, sering pusing, dan pandangan kabur. Beberapa determinan hipertensi di Indonesia telah diidentifikasi antara lain usia, jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan rendah, merokok, konsumsi kafein secara teratur lebih dari satu porsi setiap hari, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, dan obesitas.
Upaya preventif memiliki peran penting dalam pencegahan penyakit kardiovaskular yang dapat dilakukan dengan deteksi dini yaitu skrining, untuk meminimalkan komplikasi. Skrining kesehatan pada era cakupan kesehatan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu skrining untuk pencegahan primer/historis kesehatan skrining dan skrining untuk pencegahan sekunder (terbatas pada orang dengan penyakit kronis dan deteksi kanker) Skrining primer merupakan prioritas cakupan kesehatan Indonesia untuk meminimalkan beban ekonomi. Skrining kesehatan telah digunakan selama beberapa dekade sebagai instrumen yang mudah digunakan dan murah, dengan target untuk mencegah kematian dini. Instrumen skrining yang valid perlu dikembangkan agar mudah digunakan dan faktor risiko dapat diidentifikasi. Validitas dapat mengungkapkan kesesuaian suatu instrumen untuk menemukan kasus. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deteksi dini kasus hipertensi pada dewasa dan lansia di Puskesmas Mulyorejo, Surabaya, Indonesia. Survei dilakukan pada tanggal 12 hingga 15 November 2019 dengan sasaran pasien dewasa dan lansia yang mengunjungi puskesmas. Kuisioner terstruktur digunakan sebagai instrumen penelitian, sedangkan pemeriksaan menggunakan tensimeter digital digunakan sebagai gold standar. Riwayat keluarga, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi sayur, dan konsumsi buah juga dicatat sebagai variable independent. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Sampling dilakukan secara accidental dan didapat sebanyak 100 orang berpartisipasi pada penelitian ini, 10% nya diklasifikasikan sebagai kelompok hipertensi berdasarkan pemeriksaan dengan tensimeter, sedangkan berdasarkan kuisioner sebanyak 16%. Hasil perhitungan validitas menunjukkan nilai sensitivitas 70%, spesifitas 87.8%, nilai prediksi positif 38.8%, dan nilai prediksi negative 96.34%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variable independent dengan hipertensi, riwayat keluarga (p=0.48 ; OR=1.64 ; 95% CI= 0.42<OR<6.29), kebiasaan merokok (p=0.21 ; OR=2.96 ; 95% CI= 0.52<OR<16.7), aktivitas fisik (p=0.46 ; OR=1.71 ; 95% CI= 0.4<OR<7.29), konsumsi sayur (p=0.94 ; OR=0.95 ; 95% CI= 0.25<OR<3.62), konsumsi buah (p=0.89 ; OR=1.09 ; 95% CI= 0.29<OR<4.03), konsumsi garam (p=0.66; OR=1.33; 95% CI= 0.25<OR<6.98). Tidak ada variabel independen yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penelitian ini. Pada kasus ini, upaya dari petugas kesehatan untuk melakukan cek kesehatan secara massif dibutuhkan, sehingga tidak ada kasus hipertensi yang tidak terdeteksi.
Penulis: Dr. Budi Utomo, dr., M.Kes; Shifa Fauziyah, S.Si., M.Ked.Trop; Teguh Hari Sucipto, S.Si., M.Si
Artikel dapat diakses apada link berikut: https://e-journal.unair.ac.id/IJPH/article/view/17718