UNAIR NEWS – Mekanisme pendaftaran SNMPTN, SBMPTN dan Bidik Misi yang selama ini dianggap cukup “ruwet”, terbantahkan dalam sosialisasi yang dihelat di Garuda Mukti lantai 5 Gedung Rektorat UNAIR Rabu pagi (3/2). Suasana bersahabat yang sesekali diiringi gelak tawa mewarnai kegiatan tersebut. Namun, materi utama tetap dapat sampai pada para peserta yang terdiri dari elemen Dinas Pendidikan Surabaya, guru, dan kepala SMA/SMK/MA negeri dan swasta di Surabaya itu. Prosiding tata cara pendaftaran pun dibagikan merata.
Dipandu oleh pakar komunikasi Suko Widodo, acara itu terasa makin gayeng. Apalagi, dosen FISIP tersebut kerap melontarkan joke dan gurauan cerdas. Hadirin pun terhibur.
Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA. berulang kali menyisipkan humor dalam presentasinya. Tak ayal, kejenuhan tak sempat hinggap dalam diri hadirin yang mesti duduk selama dua jam tersebut.
“Saya ini lahir dari keluarga kiai. Maka itu, pas lulus SMA mau meneruskan ke IAIN. Ealah, pas mau ndaftar di sana, saya nggak diterima. Karena, telat datang. Kampusnya sudah tutup. Ya, akhirnya saya mendaftar di UNAIR,” ujar lelaki asal Gresik itu disambut tawa renyah para kepala sekolah.
Sosialisasi di UNAIR berbeda dari biasanya. Narasumber atau pejabat tidak duduk berjejer di hadapan para peserta. Sebaliknya, pembicara berdiri dengan gaya “teatrikal” serupa orang sedang bermonolog atau stand up comedy. Rektor selaku panitia pusat seleksi penerimaan mahasiswa baru PTN menyampaikan presentasi secara interaktif.
Para peserta dipersilakan bertanya dan langsung dijawab dengan komunikatif. Rektor tampak menguasai materi sosialisasi. Kesan formal terpinggirkan oleh gaya egaliter. Ruang Garuda Mukti yang umumnya dipakai untuk prosesi “sakral” (Misalnya, sumpah jabatan dan pengukuhan guru besar) berganti penuh canda dan keakraban.
Dalam kesempatan itu, Rektor Prof Nasih mengajak para kepala sekolah, guru, dan pejabat Dinas Pendidikan Surabaya untuk ikut menelurkan generasi bangsa yang cerdas, jujur, dan bermoral. Maka itu, pengunggahan nilai-nilai raport dan prestasi siswa sebagai materi pendaftaran harus dilakukan secara objektif. Dengan begitu, UNAIR merasa terbantu dalam proses penyeleksian putra-putri terbaik asal Kota Pahlawan.
“Tapi, saya percaya, guru-guru dan kepala sekolah di Surabaya semuanya baik. Buktinya, mahasiswa asal Surabaya yang kuliah di UNAIR rata-rata selalu berprestasi,” kata Guru Besar FEB ini diiringi tepuk tangan hadirin.
Yang tak kalah menarik, setelah acara berakhir, Rektor Prof Nasih terlihat seperti selebritis. Pasalnya, banyak peserta yang berebutan ingin foto bareng. “Aku tak foto ambek rektor sing pinter lan lucu sik, Rek (Saya mau foto dengan rektor yang pandai dan lucu itu dulu),” celetuk salah seorang hadirin seraya bergegas mendekati pria yang pernah duduk sebagai Wakil Rektor II tersebut.
Kabid Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dispendik Surabaya Sudarminto mengaku takjub dengan suasana sosialisasi kali ini. Dia bahkan merasa tersanjung karena bisa berbaur dengan para akademisi UNAIR. “Saya pernah mengira kalau para dosen dan guru besar di UNAIR selalu mengambil jarak dengan kami. Faktanya, mereka ternyata orang-orang yang friendly dan menyenangkan. Kami merasa nyaman berada di sini,” terang dia.
Ke depan, pihak Dispendik akan mengundang UNAIR dalam sosialisasi di tempat lain. Misalnya, di kantor Dispendik dan sekolah-sekolah.
Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM mengungkapkan, pihaknya selalu siap melakukan sosialisasi di Surabaya. Bahkan, hingga ke sejumlah kota di Jawa Timur. “Ini merupakan bagian tugas dan tanggungjawab kami juga,” kata panitia lokal SNMPTN dan SBMPTN tersebut. (*)
Penulis: Rio F. Rachman