Universitas Airlangga Official Website

Strategi dan Peran Pemerintah Serta Masyarakat Indonesia pada Sektor Pariwisata

Pandemi COVID-19, berdampak pada banyak sektor, salah satunya adalah penurunan pendapatan ekonomi pada sektor pariwisata. Wilayah Bali yang merupakan daerah tujuan wisata di Indonesia, mengalami penurunan drastis terhadap jumlah wisatawan. Kesulitan dan tantangan tersebut, menjadi cikal bakal tumbuhnya inovasi, baik dari pemerintah, pihak swasta ataupun masyarakat dalam meningkatkan perekonomian di sekitar.

Saat masa pandemi COVID-19, tempat wisata di tutup secara permanen untuk mencegah kerumunan dan mencegah penyebaran virus COVID-19. Dampak tersebut  membuat penurunan pendapatan di sektor wisata, PHK masal dan pailit perusahaan. Sehingga Pemerintah melakukan pergerakan dengan memberikan bantuan hibah sebagai dukungan dan pemulihan ekonomi kreatif di Indonesia. Adapun tanggung jawab perusahaan di masa pandemi seperti pembiayaan untuk pemeliharaan infrastruktur, pembiayaan gaji pegawai, dan lain sebagainya.

Sebelum masa pandemi, sektor wisata merupakan penyumbang devisa negara yang cukup besar yaitu 536,8 triliun rupiah atau 4,1% PDB di tahun 2017. Karena itu, dalam pemulihan ekonomi paska pandemi, Pemerintah memberikan dukungan melalui dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) yang disalurkan pada beberapa program, salah satunya adalah program BIP (Bantuan Insentif Pemerintah), bantuan ini ditujukan pada tujuh subsektor ekonomi kreatif, yaitu aplikasi, game developer, kriya, fashion, kuliner, film dan sektor pariwisata.

Bali menjadi potensi Pilot Project untuk tujuan wisatawan mancanegara, karenanya pemerintah mempercepat kegiatan vaksinasi di Bali agar herd immunity masyarakat Bali bisa tercapai. Peluang dan upaya kerja sama meningkatkan sektor wisata juga dimanfaatkan melalui G20 di Bali, KTT Asean, dan Piala Dunia U-17 yang berlangsung di Indonesia. Identitas kuat dalam budaya Bali, membuat Bali berupaya untuk meningkatkan wisata melalui inspirasi dari film Eat, Pray, Love yang terdiri atas Trust, Trial dan Travel.

Trust dibangun dalam mengembalikan kepercayaan untuk mengunjungi tujuan wisata sebagai rasa aman. Setelah trust, selanjutnya adalah uji coba atau trial. Program seperti work from Bali bertujuan menarik minat wisatawan lokal dan asing untuk datang ke Bali. Sementara, promosi objek wisata, melalui pendekatan media sosial, cukup membantu dan mengobati rasa kangen orang-orang untuk berlibur. Selain promosi, peningkatan fasilitas dan infrastruktur penting pada aspek pembangunan wisata.

Travel, karena banyak yang merencanakan waktu untuk melakukan perjalanan ke Bali. Hal ini menjadi wacana free COVID Corridor atau Safe Travel Corridor, yaitu untuk wisatawan yang tinggal lebih lama di Bali harus memiliki asuransi COVID-19 dan sudah melakukan vaksinasi. Terdapat juga program Stay Now Pay Later yaitu upaya mengajak masyarakat yang berada di lingkungan daerah wisata untuk menerapkan prinsip aman, tertib, sejuk, indah dan ramah saat mengunjungi Bali. Konsep ini memberikan dampak proses kolaborasi antara masyarakat dan wisatawan.     

Ada kendala dan tantangan industri kreatif yang dihadapi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif paska pandemi yaitu resiliensi, adaptif, dan daya saing wisata, hal ini diimbangi dengan perubahan model bisnis pariwisata menuju digital transformasional. Pada potensi yang dimiliki Indonesia, adalah pada identitas budaya bangsa Indonesia, dimana dengan banyaknya suku, budaya dan keindahan alam, menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal atau luar.

Berdasarkan ancaman resesi 2023 akibat pandemi COVID-19 tidak sebesar di tahun 2022, dikarenakan di tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah lebih baik dan setidaknya bertahan untuk memenuhi kebutuhan domestik bruto di masyarakat. Selain itu, pada pariwisata, tidak hanya Bali tetapi Labuan Bajo dan Lombok sudah menjadi bagian market pariwisata untuk peningkatan ekonomi. Retensi dalam kebijakan inward looking policy adalah strategi dalam hubungan ekonomi global agar Indonesia juga dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian secara global serta produksi pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Situasi politik saat ini yang semakin dekat dengan tahun 2024, pastinya dimanfaatkan oleh banyak oknum untuk mencari suara dan menjadi buzzer pada capres. Tentunya, dengan terpilihnya bakal calon presiden nantinya, akan merubah sistem tatanan sektor pariwisata di Indonesia melalui cara kerja Presiden nantinya. Politik yang aman dan damai sangat diharapkan masyarakat di Indonesia, untuk menciptakan suasana yang tenang saat pemilu, sehingga Indonesia tetap menjadi negara yang nyaman ketika dikunjungi saat musim politik.

Banyaknya anak muda di Indonesia, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk para pemimpin sebagai potensi dalam menciptakan kepemimpinan yang transformatif. Anak muda memiliki kreatifitas untuk menciptakan kehidupan dinamis, mereka terbiasa dengan informasi yang instan dan berani memberikan pendapat. Tidak heran, pemimpin sekarang perlu paham teknologi agar dapat menerima kritik dan saran anak muda sebagai bentuk aspirasi.

Di sektor wisata, banyaknya jumlah usia produktif seharusnya perlu dimanfaatkan untuk menciptakan peluang usaha anak muda, Pemerintah perlu menjamin kemudahan permodalan dan perizinan pada anak muda yang tertarik dengan bisnis di sektor pariwisata. Adanya UMKM contohnya, menjadi sektor yang paling membantu kenaikan ekonomi saat pandemi COVID-19, Hal ini bisa dijadikan kekuatan ekonomi terhadap bagian wisata untuk memperkenalkan keragaman dan keunikan melalui berbagai usaha mikro kecil yang ada.

Penulis: Ilsa Nabila (Mahasiswa S2 PSDM UNAIR)