Universitas Airlangga Official Website

Strategi Menjaga Keberlangsungan dan Meningkatkan Kinerja Perusahaan Keluarga

Foto by JawaPos com

Perusahaan keluarga adalah perusahaan komersial di mana banyak generasi, terkait dengan darah, perkawinan, atau adopsi, memengaruhi pengambilan keputusan. Mereka dapat memengaruhi visi dan kemauan mereka untuk mengejar tujuan perusahaan (Chirico & Nordqvist, 2010).

Di Indonesia, bisnis keluarga mempunyai peran yang penting dalam perekonomian Negara. Suatu Survey yang dilakukan oleh Price Waterhouse Cooper Indonesia (2014)menunjukkan bahwa lebih dari 95% bisnis di Indonesia merupakan perusahaan keluarga yang berkonstribusi sebesar 25% terhadap Product Domestic Bruto (PDB) negara. Oleh karena itu keberlangsungan bisnis keluarga akan mempunyai dampak yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Negara.

Menurut Napolitano et al. (2015), salah satu tantangan signifikan yang dihadapi bisnis keluarga adalah menjaga profitabilitas dan keberlanjutan bisnis dari generasi ke generasi. Melanjutkan bisnis keluarga yang sudah berjalan, bukanlah perkara yang mudah. Ada yang bisa bertahan hingga beberapa generasi, tetapi tak jarang pula usaha yang sudah dirintis terhenti begitu saja karena tidak ada penerus atau terjadi konflik internal.

Berbagai permasalahan yang dihadapi bisnis keluarga menjadikan keberlanjutan bisnis ini menjadi rendah. Begitu kuatnya pandangan bahwa bisnis keluarga sangat sulit untuk bertahan melewati generasi ke generasi, karena sarat dengan konflik dan intrik yang timbul dalam hubungan kekeluargaan. Beberapa masalah umum yang dapat terjadi dalam bisnis milik keluarga termasuk argumen atas operasi sehari-hari, perbedaan pendapat tentang pembagian dan penggunaan laba bisnis, atau tingkat perputaran yang tinggi di antara karyawan non-keluarga. Perbedaan pendapat tidak selamanya menimbulkan perselisihan, tetapi akan ada gangguan pada hubungan emosional antara anggota keluarga dan menjadi sulit untuk membuat keputusan objektif.

Seiring berjalannya waktu, visi yang awalnya sama dan menjadi penyatu kekuatan antar keluarga untuk mencapai tujuan bersama lama kelamaan akan luntur karena ego yang dimiliki masing-masing, lalu menyebabkan konflik. Selain itu, jeleknya pengelolaan sumber daya untuk menjaga keberlangsungan bisnis keluarga, menjadikan banyak bisnis keluarga yang tidak mampu bertahan hingga generasi ketiga. Dalam penelitiannya, Ward (2011) menemukan bahwa hanya 13% bisnis keluarga yang dapat bertahan dan berkembang hingga generasi ketiga.

Agar dapat bertahan dan berkembang, bisnis keluarga perlu beradaptasi dalam kondisi lingkungan yang mengalamai perubahan yang sangat cepat. Menurut Rohde & Sundaram (2011), perusahaan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan jika dapat meningkatkan pengetahuan yang terus diperbarui dari waktu ke waktu untuk menciptakan keunggulan bersaing. Setelah generasi kedua, setiap bisnis keluarga gagal karena ketidakmampuan dan keengganan anggota dalam proses suksesi untuk mencari, berbagi, dan mentransfer pengetahuan (Zahra et al., 2007).

Untuk memahami bagaimana suatu bisnis keluarga yang sudah berjalan lebih dari 1 generasi bisa bertahan dan makin berkembang, maka kami melakukan penelitian kualitatif terhadap suatu perusahaan keluarga di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus tunggal pada perusahaan Ardiles. Perusahaan ini bergerak pada industri alas kaki.  Meskipun merupakan studi kasus tunggal, studi ini melibatkan 3 perusahaan dalam 1 grup. Ardiles dipilih karena berawal dari sebuah toko kecil yang menjual alas kaki pada tahun 1942. Saat ini, perusahaan telah beroperasi selama 78 tahun dan berkembang menjadi 3 perusahaan dengan 9 unit usaha. Kepemilikan saham dimiliki oleh ke-4 putra generasi ke-2, dan anggota yang memiliki hubungan darah menjalankan manajemen dan pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan ini telah menjaga keharmonisan dan kesinambungan dalam bisnis hingga saat ini, yang melibatkan hampir semua anggota generasi ke-2 dan ke-3.

Penelitian ini memberikan wawasan yang berfokus pada fenomena terkait bagaimana strategi manajemen konflik dan pengelolaan sumber daya pengetahuan dapat mendorong proses orkestrasi sumber daya dalam bisnis keluarga. Lebih jauh, penelitian  ini menjadi dasar untuk menjelaskan bagaimana bisnis keluarga cenderung meningkatkan kinerja inovatif untuk menjaga keberlanjutan.. Peningkatan strategi penanganan konflik akibat keterlibatan generasi dalam perusahaan keluarga diwujudkan melalui pemberdayaan kewenangan dan koordinasi dengan tujuan untuk menimbulkan keharmonisan dan kekompakan anggota keluarga

Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya mengelola konflik serta pengetahuan sebagai cara agar bisnis dapat bertahan lama dan tetap berkembang ditengah perubahan lingkungan yang sangat cepat. Meningkatkan sumber daya pengetahuan tidak cukup untuk mendorong orkestrasi sumber daya dan mempertahankan bisnis keluarga. Akibatnya, ada kebutuhan untuk mengelola konflik untuk mendukung bisnis keluarga yang kondusif untuk meningkatkan dan memanfaatkan sumber daya pengetahuan yang dimiliki untuk mempertahankan keberlanjutannya.

Strategi pengelolaan konflik dalam bisnis keluarga karena keterlibatan generasi diwujudkan melalui pemberdayaan wewenang dan koordinasi untuk menanamkan keharmonisan dan kekompakan di antara anggota keluarga. Kemampuan pimpinan perusahaan untuk melaksanakan empat solusi praktis terkait pembagian tanggung jawab terpisah, desentralisasi kewenangan, suksesi, dan kesejahteraan anggota keluarga disebut sebagai pemberdayaan kewenangan.

Sementara itu, untuk menjaga kepercayaan dalam mengelola bisnis kelarga, maka perusahaan perlu melakukan koordinasi kewenangan dalam rangka pengendalian jalannya perusahaan. Pengendalian ini harus dilakukan melalui internal audit yang bersifat independen. Pelaksanaa internal audit yang independen, dan diikuti dengan pelaksanaan nilai-nilai yang ditanamkan ditanamkan oleh pendiri seperti keharmonisan antar anggota keluarga dapat membantu meningkatkan keharmonisan dan kohesi keluarga.

Selain itu, sumber daya manusia dan modal sosial harus ditingkatkan dengan memperluas bisnis keluarga dalam mengelola pengetahuan yang dilakukan secara teratur melalui interaksi sosial. Bisnis keluarga dengan sumber daya manusia dan modal sosial yang tinggi dapat memperluas sumber daya pengetahuan mereka.

Kemampuan dalam mengelola sumber daya manusia, sumber daya pengetahuan serta sumber daya modal sosial yang terintegari dapat menjadi katalis bagi perusahaan dalam menciptakan produk-produk yang inovatif, beradaptasi dengan pasar, dan menjaga keberlanjutan perusahaan.

Penulis: Sri Gunawan dan Sugiarto Koentjoro

Informasi lebih detil dapat diperoleh di:

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23311975.2023.2176283

Sumber: Sri Gunawan & Sugiarto Koentjoro (2023), “Orchestration to improve the performance and sustainability of family companies”, Cogent Business & Management, Volume 10, Issue 1